Bulan Ramadan sudah di penghujung akhir, namun ada satu hal yang belum kesampaian bagi saya, yaitu safari tarawih.
Gus Ulil mengatakan, jika ada hubungan kausalitas (sebab dan akibat), maka ada tiga status.
Sudah jelas bahwa sifat kikir ini bertingkat-tingkat, dan tingkat yang paling tinggi menunjukkan ketidakmampuan untuk memenuhi kewajibannya, seperti mengeluarkan zakat, memberikan nafkah kepada keluarganya, atau mengadakan jamuan untuk tamu.
Apa itu hakikatnya dunia? Kenapa manusia sibuk mengurus dunia sehingga lupa kepada Allah Swt. Serta dirinya sendiri? Yang jelas, kata Gus Ulil, dunia dikatakan dunia karena meliputi tiga unsur. Pertama, karena ada wujudnya (a’yan maujudah); kedua, kita memiliki kepentingan (ada kepentingannya); ketiga, kita melakukan sesuatu untuk mendapatkannya (effort).
Dalam kitab durratun nasihin terdapat beberapa berbagai pendapat ulama mengenai asbabu nuzul (sebab turunnya ayat al-Qur’an) QS. al-Qadr. Tetapi ada pendapat yang menarik yang merujuk dari riwayat Ibnu Abbas r.a. Menurut riwayat ini, turunnya QS. al-Qadr berkaitan dengan kisah Syam’un al-Ghazi.
Diceritakan bahwa pada masa kepemimpinan Umar ibn Abdul Aziz, ia pernah mengutus pasukan ke daerah Romawi untuk keperluan perang.
Ulama NU telah mewariskan nilai-nilai luhur yang menjadi pondasi kehidupan berbangsa dan beragama. Keikhlasan, kecintaan pada ilmu, dan seni adalah warisan yang harus kita jaga dan terus hidupkan.
Sudah mafhum dalam akidah Islam bahwa ketika manusia mati, maka kelak di hari kiamat tubuhnya akan dibangkitkan lagi. Lalu apa yang dibangkitkan ketika mati? Yang hancur apanya? Apakah barangnya (badannya) atau yang lain? Gus Ulil mengatakan ada dua kemungkinan. Pertama, yang mati dari manusia adalah jauhar dan ard-nya sekaligus, dan kedua hanya ard tanpa jauhar.
Ada tiga kelompok yang mengingkari kenabian Nabi Muhammad Saw. Pertama, adalah kelompok Isawiyah. Satu kelompok di dalam masyarakat Yahudi yang mengingkari kenabian Nabi Muhammad. Mereka mengatakan
Ternyata ada hikmah yang besar dibalik kesedihan yang menimpa kita. Salah satunya adalah menaikkan derajat hamba yang sedang ditimpa kesedihan.