Dinamika Pesantren Salaf Di Era Digital

Arus globalisasi yang melaju cepat membawa pengaruh bagi bidang teknologi, majunya teknologi yang semakin canggih diciptakan untuk memudahkan manusia melakukan pekerjaannya dan memberi manfaat bagi kehidupan. Adanya teknologi ini menghasilkan berbagai negara di belahan dunia sangat berpengaruh terhadap perkembangannya, terutama pada Indonesia. Teknologi sangat berpengaruh penting dalam kehidupan, teknologi tidak hanya berperan dalam bidang pendidikan bahkan teknologi mempunyai pengaruh penting di berbagai bidang kehidupan manusia.

Perkembangan teknologi informasi yang terjadi saat ini sangat cepat, dan hampir menyeluruh dalam semua bidang kehidupan masyarakat. Namun tidak hanya membawa dampak positif dalam kehidupan masyarakat, akan tetapi perkembangan teknologi ini juga menimbulkan sebuah masalah baru yang cukup serius, yaitu masalah masalah tentang ketidak seimbangan digital. Ketidak seimbangan digital ini muncul karena kesenjangan yang terjadi diantara masyarakat yang dapat menjangkau perkembangan teknologi informasi yang ada dan masyarakat yang tidak dapat menjangkau perkembangan teknologi informasi.

seiring dengan perkembangan teknologi yang ada di masyarakat dan cepatnya perkembangan teknologi informasi, saat ini telah banyak pondok pesantren yang telah merubah sistem kegiatan mereka. Pondok pesantren mulai menggunakan teknologi informasi di dalam kegiatan santri utamanya pada kegiatan belajar-mengajar. Pondok pesantren seperti ini biasa disebut dengan pesantren modern. Hal ini dilakukan dengan tujuan pondok pesantren dapat mencetak generasi yang relevan dengan masyarakat saat ini. Namun, tidak sedikit pondok pesantren yang masih terus menerapkan sistem tradisional atau salaf di tengah perkembangan masyarakat dan teknologi yang pesat ini.

Pesantren salaf adalah sebutan bagi pondok pesantren yang mengkaji kitab-kitab kuning (kitab kuno). Pesantren salaf identik dengan pesantren tradisional yang berbeda dengan pesantren modern dalam hal metode pengajaran dan infrastrukturnya. Pada dasarnya, pesantren salaf adalah bentuk asli dari lembaga pesantren itu sendiri. Sejak munculnya pesantren format pendidikan bersistem salaf. Kata salaf di belakang kata pesantren merupakan bahasa Arab yang berarti terdahulu, klasik, kuno, tradisional, atau bisa juga diartikan bahwa pesantren tersebut selalu menjunjung dan mengamalkan ajaran orang-orang salaf melalui kitab-kitab kuning.

Baca Juga:  Covid-19 di Pesantren (5): Berlaku Moderat di Masa Pandemi

Pesantren salaf yang melekat adalah coraknya yang tradisional, ciri khas tradisional dari pondok pesantren ini adalah dari segi sistem pengajarannya dan peraturan pondok yang mengambil jarak terhadap produk-produk teknologi. Tipe pesantren ini merupakan model pesantren yang muncul pertama kali sebagai respon atas ke-jahiliyah- an masyarakat pedesaan waktu itu. Adapun tujuan pertama kali didirikannya pondok pesantren yang berbasis salaf ini adalah bentuk mencetak generasi penerus kyai dan ulama’. Selain itu juga, sebagai tempat pembentukan moral, akidah dan menyiapkan santri untuk hidup tawadu’ dan qona’ah.

santri yang berada di dalam pondok pesantren memiliki keterbatasan akses terhadap teknologi informasi, sehingga mereka tidak dapat mengikuti skill atau kemampuan santri dalam mengoperasikan teknologi informasi yang juga berkaitan dengan pemanfaatan teknologi informasi oleh santri. Di mana kurangnya skill yang dimiliki oleh santri akan berpengaruh terhadap pemanfaatan teknologi informasi oleh santri.

Seiring dengan perkembangan kehidupan masyarakat disertai perkembangan zaman yang serba digital, mudahnya akses informasi dan pengetahuan, masih banyak pondok salaf yang tetap eksis dengan sistem tradisionalnya. Bukan berarti pondok salaf yang anti terhadap kemunculan dan perkembangan produk digital. Alasannya, membatasi akses terhadap teknologi informasi guna meminimalisir dan menyelamatkan generasi dari dampak negatif menjamurnya produk-produk teknologi.

Ditemukan dalam banyak riset, hampir keseluruhan menyebutkan bahwa sistem tradisional yang diusung pondok salaf dianggap ketinggalan zaman. Dari sisi pembelajaran misalnya, di pondok salaf hanya terbatas pada pembelajaran keagamaan. Sedangkan pembelajaran diluar keagamaan agak dikecualikan. Dalam beberapa riset, kebanyakan peneliti mengemukakan dan mendesak rekonstruksi sistem pendidikan dengan merubah sistem pendidikan tradisional atau pun dikombinasikan dengan keilmuan sesuai dengan tuntutan zaman.

Karel Steenbrink, dalam bukunya Pesantren, Madrasah, Sekolah, Pendidikan lslam kurun Modern 1999, pesantren yang tidak mau beranjak ke modernitas dan kekeh mempertahankan sistem pengajarannya yang tradisional dengan kitab-kitab klasiknya tanpa ada pembaharuan sistematis, mau tidak mau harus siap ditinggalkan oleh masyarakat.

Baca Juga:  Dinamika "Sejarah Politik" Kaum Santri

Dalam artikel jurnal Wahyu Iryana, Tantangan Pesantren Salaf di Era Modern, pesantren harus berbasis keseimbangan dengan memadukan akar tradisi dan modernitas. Apabila mampu dilaksanakan, hubungan keduanya akan baik dan seimbang. Tetapi jika tidak, maka pesantren akan mati dengan sendirinya karena tergilas oleh laju arus perubahan dan modernisasi. Oleh karena itu rekonstruksi pesantren salaf sangat dibutuhkan demi eksistensi dunia pesantren yang menjadi cika bakal pendidikan Islam di masa sekarang dan masa depan.

Ditengah gempuran zaman digital yang terus menggerus moral dan ketergantungan generasi bangsa terhadap produk teknologi, dengan sistem tradisionalnya pesantren adalah tempat untuk mengembalikan kodrat generasi (bermoral dan kudu mandiri). Oleh karena itu, je-kudet-an orangtua terhadap produk teknologi dan kurangnya self control terhadap anaknya, pesantren adalah pilihan yang tepat.

Di sisi lain, kelebihan dari sistem pendidikan tradisional pada pondok salaf yang masih dipertahankan di era digital, yaitu budaya literasi. Tidak ada cara lain untuk akses mencari pengetahuan baru selain dari membaca kitab-kitab yang dipelajari, tidak ada internet tidak ada google untuk menjelajah. Pesantren salaf masih menjunjung tinggi sistem sanad, khususnya dalam pengetahuan keilmuan.

Lantas, mengapa pondok salaf masih sanggup bertahan di tengah tuntutan zaman digital?

Alasan pertama, kiai karismatik. Tidak bisa dipungkiri, eksistensi pondok salaf ini tidak bisa terlepas dari Kiainya yang memegang peranan penting dalam menjalankan kepemimpinannya. Segala permasalahan yang ada di pondok salaf, kiai adalah tempat penyelesaiannya.

Alasan kedua, pendidikan karakter yang diterapkan di dalam pondok salaf. Dampak yang paling nyata dari fenomena era digital adalah degradasi moral. Jika dibandingkan dengan sistem pendidikan lain, pendidikan pondok salaf yang menerapkan “nderek dawuh yEII” adalah pendidikan karakter yang lebih unggul. Dalam sejarah lslam, Rasulullah menegaskan bahwa misi utamanya adalah mendidik manusia dengan mengutamakan pembentukan good character, akhlak yang baik.

Baca Juga:  Pesantren sebagai Wadah Santri Budayakan Akhlakul Karimah

Alasan ketiga, sanad keilmuan jelas. Mudahnya akses informasi di era digital ini, memungkinkan terjadinya taqlid, itba’ pendapat tanpa mengetahui sumber pasti dan alasannya. Di pondok salaf, akses informasi hanya berdasar apa yang dijelaskan oleh guru. Sehingga kemungkinan taqlid sangat kecil. []

Salma Umulkhoiriyah
Mahasantri Pesantren Maslakul Huda

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini