Pada awalnya dakwah memang erat kaitannya dengan orang yang berceramah di atas mimbar dan di sana banyak jamaah yang berkumpul untuk mendengarkannya. Namun tidak semua orang memiliki kemampuan public speaking yang bagus, maka dakwah dengan cara apa pun sangat dianjurkan, asalkan sesuai dengan perintah Allah Swt dan petunjuk Rasulullah Saw yakni dakwah dengan hikmah dan kebijaksanaan dengan pelajaran yang baik.
Maka, dalam hal ini dakwah tidak hanya dilakukan dalam bentuk lisan, tetapi juga bisa dilakukan dalam bentuk tulisan. Karena esensi dakwah adalah mengundang, mengajak, menuntun, dan mengarahkan masyarakat dalam bentuk kebaikan. Dengan begitu, dakwah bisa dilakukan dalam bentuk apa pun, baik itu dilakukan dalam bentuk tindakan, ucapan, dan tulisan.
Selain itu, dakwah juga bisa dilakukan melalui literasi (baca dan tulis) dalam dunia digital. Mengingat semakin masifnya berita yang begitu luas dalam penyebarannya dan belum jelas asal-usulnya, maka perlu adanya filter untuk mengetahui kebenaran berita tersebut. Sehingga dakwah melalui dunia digital sangat penting dilakukan di era disrupsi sekarang ini.
Di era informasi yang begitu cepat dan masif perkembangannya, maka dakwah melalui dunia digital sangat tepat untuk diaplikasikan baik itu dari kalangan kiai, ustaz, akademisi, dan pegiat literasi lainnya. Mengingat masyarakat kita lebih banyak dalam mengakses informasi melalui media-media online. Apabila informasi yang ditayangkan tidak tepat, maka yang terjadi adalah masyarakat akan banyak termakan berita hoaks. Oleh karena itu, hidup di zaman serba digital, dakwah secara online sangat dianjurkan, dengan tujuan untuk memberikan perlindungan dan pemahaman terhadap masyarakat secara luas biar tidak salah dalam mengakses informasi.
Jika berdakwah secara online, kita tidak perlu repot mengundang orang-orang ke sana kemari dan memasang sepanduk di sana-sini. Kita cukup bermodalkan komputer yang terkoneksi ke internet, lalu menulis kemudian kita sebarkan. Karena, semua orang memiliki media masing-masing, baik itu Facebook, Twitter, Youtube, Blog dan media sosial lainnya. Sehingga konten yang kita tulis akan lebih cepat tersebar dan diakses jutaan orang dari seluruh penjuru dunia.
Selain itu, berdakwah secara online bisa mengefektifkan dan mengefisiensikan waktu kita dalam berdakwah. Di Facebook, misalnya kita bisa buat akun atau fanspage untuk dijadikan sebagai media dakwah. Melalui akun tersebut, kita undang sebanyak-banyaknya teman kita untuk mengklik tombol like fanspage yang kita buat. Dan jika teman-teman kita sudah me-like fanspage, secara otomatis status yang kita tulis di fanspage akan muncul di beranda teman-teman kita. Bayangkan, jika fanspage yang kita buat itu ada seribu orang yang me-like, maka seribu orang itu akan mendapatkan pesan dakwah dari status fanspage yang kita buat.
Maka, dengan adanya penyebaran informasi yang cepat dan pengguna yang semakin banyak, harapannya bisa mendapatkan manfaat dari konten yang kita sebarkan melalui dunia digital. Mengingat dunia digital seperti perpustakaan global yang di dalamnya terdapat jutaan referensi dan informasi yang kita butuhkan. Siapa pun bisa mengaksesnya, baik muda atau tua, kaya atau miskin, remaja atau manula tidak ada batasannya. Dan siapa pun bisa mengakses informasi tersebut.
Dengan demikian, dakwah melalui dunia digital, selain untuk efesiensi waktu juga sebagai media yang sangat menarik, efektif, dan inovatif dalam menyebarkan informasi. Oleh karena itu, di era revolusi industri 4.0. Sudah saatnya kita tampil terdepan dalam memberikan nilai-nilai pesan positif, arif, dan bijaksana terhadap generasi milenial agar tidak salah dalam mengakses informasi dan tidak mudah termakan berita hoaks. [HW]
[…] bisa dipastikan dalam beberapa pekan ke depan, kita tak dapat berinteraksi dengan Gus Nadir via media sosial. Tak dapat lagi kita jumpai tulisan atau candaan beliau di lini masa Twitter atau Instagram dan hal […]