Kearifan Sya’ban dan Wejangan Bershalawat untuk Kanjeng Nabi perspektif Tafsir Al-Qur’an

Sya’ban berasal dari bahasa Arab dari kata syi’ab maksudnya “jalan di atas gunung”. Jalan yang dimaksudkan adalah usaha atau perilaku menuju amalan yang mendatangkan pahala dan keberkahan sebab banyak keutamaan di bulan Sya’ban. Maka jalan di atas gunung kemudian menunjukkan jalan yang bermanfaat untuk nilai kebaikan yang tinggi, seperti di atas gunung.

Mengutip dari islam.nu.or.id, Al-Imam ‘Abdurraḥmān As-Shafury dalam kitab fenomenalnya Nuzhatul Majâlis wa Muntakhabun Nafâ’is mengungkapkan bahwa kata Sya’bān (شَعْبَانَ) merupakan singkatan dari huruf shīn yang berarti kemuliaan (الشَّرَفُ), huruf ‘ain yang berarti derajat dan kedudukan yang tinggi dan terhormat (العُلُوُّ), huruf ba’ yang berarti kebaikan (البِرُّ), huruf alif yang berarti kasih sayang (الأُلْفَة), dan huruf nun yang berarti cahaya (النُّوْرُ).

Sya’ban dan Kearifannya

Bulan Sya’ban terletak di antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan dengan banyak kebaikan di dalamnya, namun justru mendapati fenomena kelengahan dan merosotnya amal ibadah yang dilakukan umat Muslim. Sebagaimana Rasulullah Saw. bersabda,

ذاكَ شهر تغفل الناس فِيه عنه ، بين رجب ورمضان، وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين، وأحب أن يرفع عملي وأنا صائم — حديث صحيح رواه أبو داود النسائي

”Bulan Sya’ban adalah bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadan. Bulan Sya’ban adalah bulan diangkatnya amal-amal. Karenanya, aku menginginkan pada saat diangkatnya amalku, aku dalam keadaan sedang berpuasa.” (H.R Abu Dawud dan Nasa’i)

Bulan Sya’ban menjadi bulan penyerahan amal perbuatan manusia, seharusnya menjadi sarana untuk memaksimalkan aktivitas ataupun ibadah yang penuh kemuliaan dan suka cita, guna berhasrat terhadap anugerah, ampunan, serta pahala dari Allah Swt. Sebagaimana makna tersurat dalam hadits tersebut, momen pengangkatan amal dikatakan bertepatan pada pertengahan bulan (malam Nisfu Sya’ban) menjadi iktikad untuk memperbanyak puasa sunnah.

Baca Juga:  Kecerdasan Profetik Nabi

Fenomena bulan Sya’ban mengandung banyak anjuran beribadah kepada Allah Swt. dalam rangka meningkatkan kualitas spiritual secara personal maupun dalam berinteraksi di kehidupan sosial-agama masyarakat. Di antara amalan dan peristiwa penting yang dianjurkan merayakannya di bulan Sya’ban yakni, 1) Seruan untuk melaksanakan puasa sunnah Sya’ban; 2) Peristiwa penyerahan catatan amal perbuatan manusia kepada Allah Swt.  pada momen Nisfu Sya’ban; 3) Refleksi peristiwa pemindahan arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah (tahun kedua hijriah); 4) Anjuran untuk memperbanyak shodaqoh dan silaturahim (guna mempererat patembayatan umat Muslim); dan 5) Anjuran melantunkan shalawat ataupun puji-pujian untuk Kanjeng Nabi Saw. yang akan dibahas dalam tulisan ini

Turunnya Dalil tentang Wejangan Bersholawat kepada Kanjeng Nabi

Syaikh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Quds mengemukakan dalam kitab Kanzun Najah was Surur sebagaimana,

قال العلماء : رجب شهر الاستغفار وشعبان شهرالصلاة على النبي المختار ورمضان شهر القرأن

“Ulama berkata, ‘Rajab adalah bulan istighfar, Sya’ban adalah bulan shalawat kepada Nabi Saw, dan Ramadhan adalah bulan Al-Quran.”

Dalam fragmen kitab tersebut, dikatakan bahwa bulan Sya’ban selain termaktub kemuliaan-kemuliaan sebagaimana di atas juga disebut sebagai bulan shalawat. Selaras dengan itu, Ibnu Abi Shai Al-Yamani mengatakan bahwa Sya’ban adalah bulan shalawat, sebab pada bulan tersebut turunlah dalil tentang anjuran bersholawat. Pendapat tersebut dikuatkan oleh Imam Syihabuddin Al-Qasthalani dalam Al-Mawahib-nya dan Ibnu Hajar Al-Asqalani yang mengatakan bahwa ayat itu turun pada bulan Sya’ban tahun ke-2 hijriyah. Dalil yang dimaksudkan adalah Q.S al-Ahzab (33): 56,

  إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, shalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Menurut penjelasan Tafsir Kemenag, Q.S al-Ahzab (33): 56 tersebut menjelaskan tentang Allah Swt. yang telah memberikan rahmat kepada Nabi Muhammad dan ampunan melalui permohonan malaikat-Nya. Allah Swt. menganjurkan kepada umat Muslim supaya bershalawat untuk Kanjeng Nabi dan mengucapkan salam dengan penuh penghormatan kepadanya. Diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri bahwa ia bertanya, “Wahai Rasulullah, adapun pemberian salam kepadamu kami telah mengetahuinya, bagaimana kami harus membaca salawat?” Nabi menjawab, ucapkanlah Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad kama shallaita ‘ala Ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim innaka hamid majid. Allahumma barik ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad kama barakta ‘ala Ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim innaka hamid majid. (Riwayat al-Bukhari, Ahmad, an-Nasa’i, Ibnu Majah, dan lainnya).

Baca Juga:  Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 235-237 tentang Khitbah dan Hak Mahar Istri

Senada Ibnu Katsir melanjutkan dalam tafsirnya, bahwa Allah Swt. menjelaskan perintah-Nya kepada penghulu alam rendah (bumi) agar memberi shalawat dan salam kepada Nabi Saw. supaya terhimpunlah pujian atasnya dari penghuni dua alam, baik alam tinggi dan alam rendah. Berkaitan dengan perintah tersebut, Abu Isa at-Tirmidzi meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud bahwasannya Rasulullah Saw. bersabda,

عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ عَمْرٍو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا اَنَّهُ سَمِعَ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا رواه مسلم.

“Barang siapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali.” (HR Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa’i). Dan banyak hadits lain yang menjelaskan keutamaan bershalawat.

Memperbanyak shalawat dan salam kepada Kanjeng Nabi merupakan amalan yang mendatangkan kebaikan, mengusir kegundahan dan kegelisahan. Bershalawat juga menjadi jalan (suluk) cinta kepada Kanjeng Nabi dan luapan perasaan syukur menjadi umat beliau Saw. Apalagi di momen Sya’ban yang penuh laggam kemuliaan, maka sebenarnya hal tersebut adalah clue (petunjuk) yang dikaruniakan Allah Swt. agar umat Muslim memperbanyak shalwat, Memperbanyak shalawat adalah memuji keagungan dan keluhungan sosok Kanjeng Nabi, maka menjadi wasilah untuk memohon dan mewujudkan hajat dunia dan akhirat kepada Allah Swt.

Rutinkan Bershalawat, Menggapai Barakah-Nya,  Melanggengkan Cinta pada Kanjeng Nabi ~Aamiin. []

Referensi

Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib dan Syihabuddin. Kemudahan dari Allah: ringkasan tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Gema Insani, 2000.

nu.or.id. “Beberapa Peristiwa Penting di Bulan Sya’ban.” Diakses 14 Maret 2022. https://islam.nu.or.id/ubudiyah/beberapa-peristiwa-penting-di-bulan-syaban-BHu4i.

Arinda Rosalina
Mahasiswi Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir IAIN Ponorogo

Rekomendasi

Opini

Tentang Haflah

Malam ini adalah malam haflah akhirrus sanah pondok Kwagean, malam penutup dari serangkaian ...

Tinggalkan Komentar

More in Hikmah