Bidadari Tanpa Sayap

Bidadari tanpa sayap, begitulah kiranya saya mengumpamakan wanita dizaman sekarang yang masih berpegang teguh dengan keimanan dan ketakwaan serta menjaga muru’ahnya sebagai wanita. Yang tidak goyah dengan merah, kuning, hijaunya trend masa kini. Disaat yang lain sibuk memoles wajahnya atau yang sibuk memikirkan besok mau pake outfit apa. Tetapi wanita-wanita diluar sana yang kemana-mana masih mengenakan pakaian sopan dengan menutup auratnya.

Saya sering mendengar atau mungkin anda juga pernah mendengarnya pula dari mulut ke mulut. Atau bahkan pernah menimba ilmu langsung disana. Kota Tarim, kota kecil yang di propinsi Hadramaut, Yaman. Dari mulai sejarahnya, orang-orang hebatnya, dan keunikannya yang tak didapat ditempat lain. Begitupula dengan wanita-wanita hebat yang namanya tak pernah kita semua dengar ataupun ketahui tetapi harum namanya. Maka dari itu, kisah-kisah tersebut ingin saya

Rasa Malu Sebagai Kodratnya Seorang Wanita

Mungkin dizaman ini malu merupakan hal yang tabu untuk dilakukan, semua harus ditampakkan. Menilik dari Kitab Dzakhirotul Musyarofah karya Al Habib Umar bin Hafidz bin Syekh Abu Bakar yang diterjemahkan oleh Habib Abdul Qodir Ba’abud pada bab  Syara-syaratnya sholat ada 8 (شروط الصلاة ثمانية):

سَتْرُ اْلعَوْرَةِ.۳

       والثالث من شروطها : ( سَتْرُ اْلعَوْرَةِ ) ، وهي لغة : النقص والشيء المستقبح . وشرعاً : تطلق على ما يجب ستره في الصلاة ويحرم النظر إليه . فيجب على المصلي ستر عورته ولو كان خالياً لا ي يوجد عنده أحـد ، أو – كان في ظلمة ؛ لقوله صلى الله عليه وسلم : ( ( لَا يَقْبَلُ الله صَلَاَة حَائِضٍ ـ أي بالغ . إِلَّا ِبِخِمَارٍ ) ) أخرجه الخمسة إلا النسائي ، ومن عجز عن ستر عورته .. صلى عارياً وجوباً ، وأتم ركوعه وسجوده ولا إعادة عليه ، وقيل : أنه يـومي برأسه بالركوع والسجود بعيداً .

Baca Juga:  Habib Ali Al-Masyhur dalam Kenangan

“Menutup aurat. Auratnya orang laki-laki adalah diatas pusar dan dibawahnya lutut baik didalam maupun diluar sholat. Sedangkan auratnya untuk perempuan ketika shalat yaitu seluruh tubuhnya selain wajah dan telapak tangan, diluar sholat sebagian mengatakan bahwa “Seluruh tubuhnya perempuan adalah aurat””.

Habib Abdul Qodir juga mengatakan bahwa, : “Bagi yang bisa menutup aurat, seorang wanita yaitu minimal yang terbuka adalah muka dan tangan seperti disholat. Dan lebih bagusnya lagi ketika belum bisa menutup tapi dia meletakkan rasa malu. Dan juga yang sudah pakai penutup seyogyanya menjaga”.

Nah, yang saya tangkap dari perkataan Habib Abdul Qodir Ba’abud ini adalah kita sebagai wanita sudah sepantasnya menutup aurat. Jika belum bisa maka seluruhnya maka kita bisa ambil yang cukup mudahnya yakni minimal muka dan tangan saja yang terlihat. Karna saya lihat dizaman ini wanita-wanita yang menutup aurat malahan nampak seperti tidak menutup aurat. Jelas berbanding terbalik ketika saya mendengar wanita-wanita yang berada di Tarim. Para wanita disana sedari kecil sudah didik serta ditanamkan rasa malu.

Bahkan konon katanya, para gadis yang sudah menginjak masa-masa remaja tidak pernah berinteraksi langsung kepada yang bukan mahram (lawan jenis) kecuali dengan saudara mereka. Bahkan para wanita di Tarimpun tidak pernah memperlihatkan auratnya ke sesama wanita. Ketika mereka keluar rumah memakai niqab atau memakai purdah bewarna hitam.

Shalihah Susah Dicari

Wanita shalihah adalah keinginan kita semua, khususnya teruntuk para muslimah. Bukan hanya dengan kata-kata saja sebagai penyemangat, melainkan disertai dengan perbuatan agar hal tersebut bisa menjadi nyata. Lebih baik berusaha sedikit demi sedikit daripada tidak sama sekali.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :

Baca Juga:  Habib Umar bin Hafidz: Terjadinya Kerusakan Umat karena Salah Paham Islam

,,,,اَالدُّنْيَا مَتَاعٌ وَ خَيْرُ مَتَاعِهَا اْلمَرْآةُ الصَّالِحَةُ,,,,,, (حديث صحيح, رواه المسلم وأحمد والنسائ عن أبن عمر)

Artinya : “Rasulullah SAW berkata, : “Dunia itu semua harta. Dan sebagik-baiknya harta didunia yaitu perempuan yang baik budi pekertinya atau perilakunya”. (Hadist Shohih, HR. Muslim, Ahmad, dan An Nasa’i dari Ibnu Umar)

Wanita yang baik budi pekertinya akan mempermudahkannya dalam mencari ilmu. Karena, orang yang berilmu memiliki strata dan dihormati ditengah-tengah masyarakat. Terlebih ilmu yang membahas mengenai bab kewanitaan.

Dalam kajian Ustadzah Halimah Alaydrus mengenai akhlak, : “Nilai seseorang itu dilihat dari akhlaknya, bukan dari ibdahnya, kecantikannya apalagi hartanya”. Dari sini bisa saya simpulkan, orang melihat orang lain untuk pertama kalinya yakni dengan akhlak atau perilakunya. Bagaimana akhlak kepada orangtuanya, gurunya, bahkan kepada temannya itu seperti apa.

Para perempuan di Tarim, memiliki akhlak yang sudah dipastikan berakhlakul karimah. Banyak sekali saya mendengar dari teman-teman saya, bahwasannya wanita-wanita disana tidak pernah bergosip antara satu dengan yang lainnya, atau bahkan memiliki akhlak yang tercela. Karna dalam 24 jamnya dipergunakan untuk mencari ilmu, hadir di majlis-majlis atau dipergunakan untuk berdzikir. Layaknya Sayyidah Khodijah dan Sayyidah Fatimah diera sekarang ini, begitu kiranya saya mendeskripsikan akhlak mereka.

Disini saya tidak sedang menulis hal-hal yang kiranya muluk-muluk menjadi wanita yang sempurna. Tetapi niat saya yakni mengajak teman-teman khususnya para wanita agar menjaga auratnya. Karna sebegitunya Islam itu menjaga wanita agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Dan dari sini pula, baik saya maupun anda bisa mengambil hikmah tentang para bidadari tanpa sayap yang memang masih ada sampai hari ini tanpa kita sadari.

Amalia Shapna Dwi Utami

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Opini