SINKRETISME SEBAGAI BENTUK DAN CIRI ISLAM NUSANTARA

Islam rahmatan lil alamiin, pernyataan ini mengandung makna bahwa islam merupakan agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam semesta.

Islam pada mulanya berkembang di jazirah arab, yang kemudian menyebar ke berbagai dunia termasuk Indonesia. Menurut beberapa sejarawan Islam sendiri pertama kali memasuki wilayah di Indonesia pada abad ke-7.

Seperti yang dikemukakan Achmad Syafrizal dalam penelitiannya yang berjudul Sejarah Islam Nusantara dalam jurnal Islamuna (2015), bahwa sejak awal abad masehi kaum pedagang asing sudah mengunjungi beberapa pelabuhan di nusantara seperti Palembang, Aceh, Barus, Sunda Kelapa, hingga Gresik.

Agama islam kemudian berkembang pesat di Indonesia, dan hingga kini Indonesia menjadi negara dengan umat muslim terbesar di dunia. Berdasarkan laporan The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC) atau MABDA bertajuk The Muslim 500 edisi 2022, ada 231,06 juta penduduk Indonesia yang beragama Islam. Jumlah itu setara dengan 86,7% dari total penduduk Indonesia.

Namun sebelum islam masuk ke indonesia pun masyarakat indonesia telah mengenal ajaran agama seperti hindu-budha ataupun kepercayaan seperti animisme dan dinamisme. Kepercayaan-kepercayaan ini memiliki tradisi dan adat istiadat yang amat kental sehingga mendarah daging pada masyarakat nusantara yang kemudian mempengaruhi corak-corak ajaran islam di Indonesia.

Ajaran islam yang masuk ke Indonesia bercampur dengan ajaran-ajaran kepercayaan masyarakat terdahulu sehingga kemudian lebih dikenal dengan istilah islam nusantara.

Hal ini sesuai dengan definisi islam nusantara menurut pemikir-pemikir islam, antara lain: “Islam Nusantara adalah paham dan praktik keislaman di bumi Nusantara sebagai hasil dialektika antara teks syariat dengan realitas dan budaya setempat.” (Muhajir dalam Sahal & Aziz, 2015: 67).

Didukung juga oleh pendapat bahwa “Islam Nusantara adalah Islam yang khas ala Indonesia, gabungan nilai Islam teologis dengan nilai-nilai tradisi lokal, budaya, adat istiadat di tanah air” (Bizawie dalam Sahal & Aziz, 2015: 239).

Baca Juga:  Gus Dur dan Islam Nusantara

SINKRETISME

Secara etimologis, sinkretisme berasal dari kata syin dan kretiozein atau kerannynain yang berarti mencampurkan elemen-elemen yang saling bertentangan. (Sumanto al-Qurtubi, 2016). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sinkretisme adalah paham aliran (baru) yang merupakan perpaduan dari paham beberapa aliran yang berbeda untuk mencari keserasian, keseimbangan, dan sebagainya. (KBBI, 1988).

Sedangkan seperti yang dijelaskan oleh John L Esposito dalam Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, sinkretisme merupakan fenomena bercampurnya praktik-praktik dan kepercayaan-kepercayaan dari sebuah agama dengan agama lainnya sehingga menciptakan tradisi yang baru dan berbeda. Derajat identifikasinya sangat beragam sehingga sulit membedakannya dengan praktik bid’ah yang diperdebatkan.

Sinkretisme dalam islam nusantara ini sendiri kemudian memunculkan karakterisasi yang berbeda dalam komunitas muslim. Sinkretisme ini menjadikan islam di indonesia atau islam nusantara berbeda dengan islam timur tengah dan islam di negara lainnya.

PRAKTEK SINKRETISME DI NUSANTARA

Praktek sinkretisme dapat dengan mudah ditemukan di Nusantara, pada masa awal penyebaran islam di Indonesia contohnya, walisongo menggunakan wayang yang merupakan budaya dan tradisi jawa sebagai sarana untuk berdakwah dan mengajarkan ajaran islam.

Contoh lain dari praktek sinkretisme di Nusantara adalah ajaran Kejawen Jawa. Kejawen merupakan percampuran agama Hindu-Budha-Islam. Islam Kejawen disebutkan muncul bersamaan dengan datangnya Wali Songo. Contoh penerapannya yaitu ziarah kubur, dan Slametan(syukuran). Contoh lainnya adalah dalam penyebutan nama Tuhan yang digabung dengan istilah jawa sehingga menjadi “Gusti Allah”.

Praktek sinkretisme lainnya dapat ditemukan pada arsitektur masjid-masjidnya. Salah satunya ialah masjid Sunan Ampel di Surabaya. Masjid tersebut memiliki lambang Majapahit di atapnya yang merupakan bentuk patronasi kerajaan yang masyarakatnya kala itu memeluk agama Hindu, namun berangsur angsur memeluk agama Islam dengan upaya Sunan Ampel. Diketahui tujuan ornamen Majapahit yang terletak pada masjid adalah untuk menghormati raja Majapahit. Selain itu masjid ini juga mencirikan karakteristik Rumah Joglo sebagai rumah tradisional Jawa.

Baca Juga:  Kenapa Gagasan Islam Nusantara Kurang Diterima di Kawasan Melayu?

Sinkretisme merupakan ciri dan bentuk Islam Nusantara, yang menjadikan islam di Nusantara berbeda dengan islam di negara lainnya. Apabila kita membicarakan tentang nusantara, pasti tak lepas dari ajaran islamnya, begitu pula jika kita menilik tentang islam di nusantara, maka tradisi dan adat-istiadat nusantara pun sangat kental berpadu di dalamnya.

Virginia Anisa Yuana

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Opini