Setiap manusia terkadang tak lepas dari yang namanya menginginkan sesuatu (berhajat). Dalam mencapainya harus diraih dengan berusaha dan berdoa, yang mana berusaha dan doa tersebut harus berjalan beriringan. Jika seseorang hanya berusaha tanpa berdoa berarti telah mengesampingkan kekuasaan Allah SWT, tapi jika seseorang tersebut hanya berdoa saja tanpa usaha (untuk orang awam/biasa) itu juga salah. Karena emas tidak jatuh dari langit dengan sendirinya.

Berdoa merupakan aktivitas dim seorang hamba meminta pertolongan kepada Allah SWT rentang berbagai hajat seorang hamba baik di dunia maupun akhirat. Allah itu senang kepada jika hambaNya sering meminta pertolongan, semakin sering diminta semakin senang, tapi sebaliknya jika seorang hamba meminta pertolongan kepada selain Allah, maka Allah bendu (tidak suka) kepada orang tersebut. Beda dengan hambanya, terkadang ada seseorang yang dimintai sesuatu oleh temannya, minta satu dua kali dikasih, tetapi kalau mintanya terlalu sering malah yang ada rasa jengkel.

Kita tahu bahwasanya Allah SWT dengan segala sifat kesempurnaannya memperlihatkan kepada kita sifat kedermawanan-Nya ketika seorang hamba itu berdoa. Dhawuhipun Gusti Allah “Berdoalah, maka akan aku kabulkan” (QS. Ghofir : 60)

Jadi, doa yang dipanjatkan setiap hamba pasti dikabulkan, karena itu sudah janji Allah Ta’ala. Tapi, doa tersebut dapat diwujudkan berupa beberapa kemungkinan.
Pertama, doa tersebut dikabulakan dan dalam waktu yang singkat.

Kedua, dikabulkan tapi waktunya ditunda bisa dikasih didunia atau di akhirat kelak. Seperti kisah dari Nabi Musa dan Nabi Harun AS. Allah sudah berfirman bahwa Firaun tidak akan beriman.

Lalu mengapa Allah tetap menyuruh agar nabi musa tetap berdakwah kepada Firaun, bukan lain agar Nabi Musa dapat istiqomah dalam berrjuang mengajak Firaun ke jalan yang benar dan Nabi Musa bisa mendapat pahala yang banyak atas perjuangannya. Nabi Musa berdoa agar Firaun dimusnahkan, doa beliau dikabulkan tapi tidak seketika setelah selesai berdoa, tetapi dikabulkan setelah terpaut 30 tahun sejak doa itu dipanjatkan. Karena, doa akan dikabulkan pada saat yang tepat.

Baca Juga:  Allah Telah Mengabulkan Doamu

Pada suatu hari, Malaikat Jibril menjelma menjadi seorang pengemis. Lalu masuk kerajaan Firaun. Dengan mudahnya Malaikat Jibril masuk dan mendekati singgahsana dari Firaun. Firaun sedikit bingung mengapa tiba tiba ada pengemis disini. “Wahai pengemis, ada apa gerangan engkau datang kesini ?” tanya Firaun.

Kemudian pengemis tersebut menjawab “Wahai Firaun, aku kesini hanya ingin bertanya kepadamu. Apa hukuman yang cocok untuk sorang budak atau hamba sahaya yang sudah dicukupi semua kebutuhan hidup oleh tuannya, tapi dia malah menentang tuannya tersebut dan tidak mau menaatinya?”. Firaun kemudian menjawab “ Budak seperti itu pantasnya ditenggelamkan saja kelaut”.

Setelah mendapat jawaban tersebut pengemis jilmaan Malaikat Jibril itu pamit.
Kemudian Malaikat Jibril mendatangi Nabi Musa dan berkata “Wahai Musa, sesungguhnya pada saat ini Firaun telah siap mendapatkan akibat dari perbuatan sombongnya”. Kemudian Allah memerintahkan Nabi Musa dan kaumnya yang berjumlah sekitar 600,000 orang untuk pergi meninggalkan kota.

Firaun yang mengetahui bahwa Nabi Musa dan umatnya melarikan diri marah besar, karena dianggap melanggar larangannya yang pernah disampaikan kepada Nabi Musa. Nabi Musa dan kaumnya berangkat, di belakangnya menyusul Firaun yang menunggang kuda dan 1,6 juta prajuritnya. Pada akhirnya, sampailah Nabi Musa dan kaumnya ditepi Laut Merah.

Nabi Musa menuggu komando, kemudian Allah memerintahkan Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya ke tanah. Seketika itu laut terbelah, terbentang jalan lebar dan kering (biasanya laut itu penuh lumpur, tapi karena kuasa Allah tanah di laut tersebut langsung kering). Kemudian Nabi Musa dan para pengikutnya menyebrang. Disaat yang besamaan Firaun ragu, apakah dia harus menyebrang untuk mengejar nabi musa atau tidak, karena melihat pemandangan yang tidak biasa tersebut.

Baca Juga:  Doa Lintas Agama

Malaikat Jibril kemudian menyamar menjadi orang yang menunggangi seekor kuda betina, yang menarik perhatian kuda jantan yang ditunggangi Firaun. Alhasil kuda yang dinaiki Firaun mengejar kuda betina tersebut ke tengah lautan yang terbelah tersebut. Pada saat Nabi Musa dan kaumnya sudah sampai di sebrang, Allah mengembalikan air laut tersebut yang menengelamkan Firaun. Saat itu Firaun bertaubat dan mengakui kebenaran ajaran Nabi Musa. Tapi, semua itu sudah terlambat.
Jadi, sebenarnya yang minta ditenggelamkan itu ya Firaun sendiri. Karena, sebagai hamba dia membangkang kepada majikannya yaitu Allah SWT yang telah mencukupi kehidupannya di dunia.

Ketiga, doa dikabulkan tetapi diganti dengan bentuk yang lain. Misalnya, ada orang miskin yang berdoa supaya diberikan kekayaan, tetapi oleh Allah SWT tidak dikabulkan, karena boleh jadi jikka dituruti menjadi orang kaya sungguhan malah tidak kuat imannya, bisa bisa tidak sholat dan kufur nikmat. Mungkin, bisa jadi doanya diganti dengan mendapat anak yang sholeh, atau mendapat ilmu yang barokah, atau kesehatan dan lain lain.

Oleh karena itu, banyak sekali keutamaan yang didapat ketika seseorang mau berdoa. Kerena berdoa itu adalah puncaknya ibadah. Allah sangat suka kepada hambanya yang mau memperbanyak doa, semakin banyak semakin bagus, tapi jangan lupa usaha juga.

Semoga kutipan singkat ini bisa bermanfaat untuk saya khususnya dan para pembaca pada umumnya dan semoga saya, para pembaca, tim redaksi, orang tua kita, guru guru kita, saudara saudara kita, musimin muslimat, mukminin mukminat, yang masih hidup ataupun sudah dipanggil oleh Allah SWT. Semoga diberikan selalu ridho Allah SWT, syafaat Nabi Muhammad SAW, diberikan khusnul khotimah, diberikan kebaikan di dunia sampai akhirat, dan di jauhkan dari siksa api neraka. Aaminn

** Diolah dari Pengajian Subuh KH Baidhowi Muslikh dan sumber lainnya.

Tomy Andre Ansyah
Penulis adalah santri aktif Pondok Pesantren Miftahul Huda Gading, Komplek Sunan Muria dan menempuh pendidikan S1 di jurusan Fisika angkatan 2016 Universitas Negeri Malang.

Rekomendasi

Memilih Netral
Opini

Memilih Netral

Dulu, dulu sekali sebelum saya berangkat mondok, sekitar tahun 1998an, ketika musim kampanye ...

Tinggalkan Komentar

More in Pengajian