Salah satu karya terpenting dalam sejarah literatur Islam Nusantara masa silam adalah kitab “Sabîl al-Muhtadîn [fî al-Tafaqquh bi Amr al-Dîn]”. Kitab tersebut adalah karangan Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari (w. 1812), seorang ulama besar sekaligus mufti Kesultanan Banjar (Kalimantan) yang berisi kajian ilmu fikih madzhab Syafi’i.
Kitab “Sabîl al-Mutadîn” sendiri merupakan pengembangan dari kitab “Shîrâth al-Mustaqîm” yang dikarang pada abad ke-17 M oleh seorang ulama asal Randir (India) yang menjabat mufti Kesultanan Aceh pada zamannya, yaitu Syaikh Nuruddin al-Raniri (w. 1658). Di kemudian hari, kitab “Sabîl al-Muhtadîn” karya Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari ini diringkas oleh salah satu muridnya, yaitu Syaikh Dawud al-Fathani (w. 1847) dari Pattani, Thailand Selatan. Ringkasan itu berjudul “Sullam al-Mubtadî [fî Ma’rifah Tharîqah al-Muhtadî]”.
Selain diringkas oleh Syaikh Dawud Pattani, kitab “Sabîl al-Muhtadîn” juga diringkas oleh dua orang ulama Banjar generasi setelahnya, yaitu oleh Syaikh Jamaluddin b. Arsyad al-Banjari (l. 1870) yang tak lain adalah anak dari Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari, juga oleh Syaikh Abdul Rasyid al-Banjari (w. ?). Ringkasan yang dibuat oleh Syaikh Jamaluddin al-Banjari berjudul “Kitab Perukunan”, sementara Syaikh Abdul Rasyid al-Banjari berjudul “Kitab Perukunan Besar”.
Hingga saat ini, baik “Kitab Perukunan” dan “Kitab Perukunan Besar” masih dikaji, dipelajari dan tersebar luas di kalangan masyarakat Muslim Melayu di Nusantara (Asia Tenggara), mulai dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, Thailand, Filipina, Kamboja dan Champa.
Pada paruh pertama abad ke-20 M, seorang ulama Sunda asal Cicurug (Babakan Kaum), Sukabumi, yaitu KH. Hasan Basri b. Abdullah b. Sumapraja (w. 1948, dikenal juga dengan Mama Ajengan Bintang), menerjemahkan “Kitab Perukunan Besar” karya Syaikh Abdul Rasyid al-Banjari ini ke dalam bahasa Sunda. Terjemahan KH. Hasan Basri Cicurug ini berjudul “Bâb al-Minan fî Tarjamah Kitâb Perukunan bi Lughah Pasundan”.
Dalam keterangannya, KH. Hasan Basri Cicurug mengatakan selesai menerjemahkan karya ini pada 3 September 1932 Masehi (bertepatan dengan 2 Jumadil Awwal 1351 Hijri). Terjemahan bahasa Sunda ini kemudian dicetak di Cirebon (Jawa Barat) oleh al-Mathba’ah al-Mishriyyah dalam format cetak batu (litography/ thaba’ hajar).
Tertulis di halaman sampul kitab “Bâb al-Minan” dalam bahasa Sunda aksara Arab (Pegon):
اي كتاب فروكن كدي كراغن توان حاج عبد الرشيد بنجر كيغيغ ينداكن تنا ستغه كراغن توان شيخ العالم العلامة محمد أرشد بنجر بهاسا ملايو اينا دينا تغكل 3 بولن سفتمبر تاؤن 1932 كو جلم بغة ضعيفنا محمد حسن بصري بن عبد الله دفندهكن بهسنا كان بهسا سوندا
(Ieu “Kitab Parukunan Gede” karangan Tuan Abdul Rasyid Banjar, kenging nyandakan tina satengah karangan Tuan Syaikh al-‘Âlim al-‘Allâmah Muhammad Arsyad Banjar bahasa Melayu ayana, dina tanggal 3 bulan September taun 1932 ku jalma banget doipna Muhammad Hasan Bashri b. Abdullah dipindahkeun bahasana kana bahasa Sunda// Ini “Kitab Perukunan Besar” karangan Tuan Abdul Rasyid Banjar, dapat mengutip dari sebagian karangan Tuan Syaikh al-‘Âlim al-‘Allâmah Muhammad Arsyad Banjar berbahasa Melayu adanya, pada tanggal 3 bulan September tahun 1932 oleh orang yang sangat lemah Muhammad Hasan Basri b. Abdullah diterjemahkan bahasanya ke dalam bahasa Sunda)
KH. Hasan Basri Cicurug juga mengatakan, usaha penerjemahan “Kitab Perukunan Besar” ini ke dalam bahasa Sunda agar orang-orang sebangsanya, yaitu bangsa Sunda, yang tidak memahami dan mengerti bahasa Melayu, dapat memperoleh kemanfaatan dari kitab tersebut dan mempelajarinya dengan seksama.
Sementara itu, pada halaman muqaddimah (pengantar), KH. Hasan Basri Cicurug mengatakan bahwa sebahagian koleganya telah meminta dirinya untuk menerjemahkan “Kitab Perukunan Besar” itu ke dalam bahasa Sunda. Beliau menulis dalam bahasa Arab:
أما بعد. فقد سألني بعض الاخوان أصلح الله لي ولهم الحال والشأن أن أكتب كتابة ترجمة فروكنن من لغة الملايو الى لغة فسندن. فانشرح صدري لذلك والله أعلم بما هنالك. وسميت ذلك المترجم بباب المنن في ترجمة فروكنن الى لغة فسندن على يد العبد المذنب الضعيف محمد حسن بصري عبد الله بن سمافرجا. جعله الله خالصا لوجهه الكريم ونفع به النفع العميم
(Ammâ ba’du. Telah meminta kepadaku sebahagian saudara, semoga Allah memperbaiki keadaanku dan mereka, agar aku menulis terjemah “Perukunan” dari bahasa Melayu ke bahasa Pasundan [Sunda]. Maka hatiku pun merasa lapang, dan Allah jualah yang Maha Mengetahui apa yang ada di dalam hati itu. Aku menamakan karya terjemah ini dengan “Bâb al-Minan fî Tarjamah Perukunan ilâ Lughah Pasundan”, dilakukan oleh hamba yang lemah Muhammad Hasan Bashri b. Abdullah b. Sumapraja. Semoga Allah berkenan menjadikan karya terjemah ini tulus ikhlas untukNya dan menjadikannya bermanfaat untuk sesama)
Tak banyak informasi dan data yang saya tahu terkait sosok KH. Hasan Basri Cicurug ini. Di antara sumber data yang saya dapat, beliau adalah murid dari Sayyid Usman b. Yahya (mufti Batavia, w. 1914). Al-Fadhil Ajengan Muhammad Habibullah Habib Sukabumi, salah satu mahasiswa pada Program Pascasarjana di Fakultas Islam Nusantara (FIN) UNUSIA Jakarta yang juga keluarga pengasuh Pesantren al-Atiqiyyah (Cipanengah, Sukabumi), memberikan kepada saya fotokopi selembar surat mandat ilmiah atau kredensi intelektual (ijâzah) dari Sayyid Usman b. Yahya Batavia untuk KH. Hasan Basri Cicurug. Surat tersebut bertarikh 28 Sya’ban 1318 Hijri (bertepatan dengan 21 Desember 1900). Tertulis dalam surat itu dalam bahasa Melayu aksara Arab (Jawi):
اين كتراغن درفد سيد عثمان بن عبد الله بن عقيل بن يحي. دغن ممبري كفد حج محمد بصري اجازة اكن ممباج سكلين كتاب كتاب يغترسبوة ديدالم اين تاريف دان بواة مغاجر دغندي اكن سياف يغ سوكا مغاجي اكن مندافتكن كبجكن منجادي اورغ بايك دن منجهوكن سكل كجهتن اداث.
السيد عثمان بن عبد الله بن عقيل بن يحي
شعبان 28 سنة 1318
(Ini keterangan daripada Sayyid Usman b. Abdullah b. Aqil b. Yahya. Dengan memberi kepada Haji Muhamad [Hasan] Basri ijazah akan membaca sekalian kitab-kitab yang tersebut di dalam ini tarip dan buat mengajar dengan dia akan siapa yang suka mengaji akan mendapatkan kebajikan menjadi orang baik dan menjauhkan segala kejahatan adanya. Sayyid Usman b. Abdullah b. Aqil b. Yahya. Sya’ban 28 tahun 1318 [Hijri])
Selain itu, KH. Hasan Basri Cicurug juga mendirikan pesantren al-Hasaniyah yang terletak di Babakan Kaum, Cicurug, Sukabumi. Pesantren tersebut masih eksis hingga sekarang. Semasa hidupnya, KH. Hasan Basri Cicurug rutin memberikan pengajian kitab “Tafsir Jalalain” ke khalayak umum (sejak tahun 1924). Tradisi pengajian “Tafsir Jalalain” setiap hari Kamis itu masih berlanjut hingga sekarang, dengan diampu oleh cucu beliau, yaitu KH. Amang Muhammad b. KH. Muhsin b. KH. Hasan Basri (mustasyar PCNU Sukabumi). Wallahu A’lam