Pahlawan identik dengan sifat keberanian, cinta tanah air dan rela berkorban. Di masa lalu, sifat dan sikap kepahlawanan ditunjukkan oleh orang yang rela berkorban jiwa dan raga dengan segenap keberanian memperjuangkan kemerdekaan Tanah air Indonesia dari penjajahan dan penindasan bangsa lain.
Pesantren umumnya dan Annuqayah khususnya, tidak kekurangan contoh dalam hal kepahlawanan, sebab para Kiai dan santri di zaman penjajahan dahulu, senantiasa berada di garis depan perjuangan. Bahkan salah seorang Kiai Annuqayah, yaitu Kiai Abdullah Sajjad, yang menjadi panglima laskar Hizbullah Sumenep, gugur sebagai syuhada dalam perjuangan melawan penjajah Belanda.
Tugas kita sebagai santri di masa kini adalah meneladani kepahlawanan beliau dengan berusaha mewujudkan nilai-nilai kepahlawanan dalam kehidupan kita sehari-hari, yaitu menempa diri agar memiliki jiwa yang berani menegakkan kebenaran: amar makruf nahi mungkar, jujur dan rela berkorban dengan meletakkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.
Peringatan hari pahlawan ini adalah momentum yang penting untuk mengingat jasa para pahlawan termasuk para Kiai pejuang agar dapat mewarisi sifat-sifat kepahlawanan yang telah mereka contohkan.
Para Guru adalah penerus kepahlawanan yang harus berjuang memberikan keteladanan dan menanamkan nilai-nilai mulia kepahlawanan kepada para santri seperti disiplin, berjuang untuk mengaktualkan potensi terbaik santri, motivasi untuk berprestasi, semangat berkorban dan kebersamaan yang bisa dimulai dari ruang lingkup kelas, sekolah dan asrama pesantren.
Menanamkan nilai kepahlawanan kepada para santri dapat dimulai dengan memberikan pemahaman akan arti penting pengabdian, pengorbanan, kerja keras dan sikap selalu mengutamakan kepentingan bersama.
Selalu siap sedia membantu teman, berusaha mewujudkan kebersihan lingkungan sekolah dan asrama pesantren, patuh dan hormat pada guru, giat belajar dan berprestasi, bermusyawarah dalam menyelesaikan setiap persoalan adalah bagian dari nilai-nilai kepahlawanan yang bisa dipraktikkan oleh para santri dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di asrama pesantren.
Nilai-nilai yang dapat diwujudkan oleh para santri dalam lingkup kecil seperti di kelas, sekolah dan asrama itu pada akhirnya akan meluas pada skala yang lebih besar, yakni memberikan kemanfaatan kepada masyarakat, bangsa dan negara, dalam profesi apapun yang dijalani nanti di masa depan. Itulah wujud Nasionalisme dan Patriotisme seorang santri.
Kepahlawanan bukan soal laki-laki dan perempuan, tapi siapa saja yang memiliki jiwa ksatria adalah pahlawan. Abu Yazid Al Bisthami, seorang wali yang bergelar Sultan Al Auliya’, pernah memuji seorang perempuan yang memiliki jiwa ksatria dan maqam spiritual yang tinggi, Fatimah istri Syaikh Ahmad Khidruya, dengan suatu pernyataan kepada murid-muridnya, “ Jika kalian ingin tahu sosok laki-laki sejati, lihatlah Fatimah.”
Kepahlawanan adalah perjuangan untuk mewujudkan yang terbaik dalam segala hal: guru yang berjuang memberikan pendidikan terbaik bagi murid-muridnya adalah pahlawan. Orang tua yang yang berjuang mengusahakan pendidikan terbaik bagi putra-putrinya adalah pahlawan. Pedagang yang berjuang untuk selalu jujur dan adil dalam transaksi bisnisnya adalah pahlawan. Para santri yang berjuang menahan penderitaan hidup jauh dari orang tua dan kampung halaman demi pendidikan dan masa depan yang lebih baik bagi dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara adalah pahlawan.
Semoga Allah senantiasa meridhai dan memberkahi segenap perjuangan kita semua, amiin.
Selamat Hari Pahlawan 10 November. []