Agama Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan ilmu. Di dalam agama islam ini, ahli ilmu sangat istimewa dan mempunyai privilese tersendiri. Salah satu buktinya termaktub dalam al-Qur’an surat al-Mujadilah ayat 11:
يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberiilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Dari ayat tadi sudah sangat jelas bahwa seorang yang alim atau ahli ilmu, akan diangkat derajatnya oleh Allah dengan beberapa derajat. Hal ini membuktikan bahwa Allah begitu memuliakan dan memberikan perhatian lebih kepada para alim dan ahli ilmu dengan mengangkat derajat mereka.
Di dalam kitab tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir karya Ibnu Asyur dijelaskan, maksud dari kata diangkatnya dengan beberapa derajat di sini bukan hanya derajat para ahli ilmu kelak di akhirat saja, namun juga derajat mereka di dunia. Hal ini selaras dengan penjelasan yang terdapat dalam kitab Ta’lim al-Muta’alim karya Azzarnuji, yang mengatakan bahwa ilmu itu akan memberikan pepaes serta kemulian bagi pemiliknya.
Dan di sini, rupanya bukan hanya Allah saja yang memberikan perhatian lebih kepada para ahli ilmu. Ternyata di dalam agama islam pun menganjurkan kepada kita semua agar mencintai, memuliakan, dan berbuat baik kepada para ahli ilmu ini. Jadi, kita semua pun dianjurkan untuk memberikan perhatian lebih kepada mereka, karena memang sudah sangat jelas bahwa mereka itu istimewa.
Nabi Muhammad pernah bersabda, “Jadilah seorang alim atau seorang yang mau belajar, atau seorang yang sekedar mau dengar, atau seorang yang sekedar suka, janganlah jadi yang kelima, maka kau akan hancur.” Pesan yang terkandung dalam hadis ini adalah anjuran agar kita bisa menjadi orang alim atau ahli ilmu, jika tidak mampu maka dianjurkan untuk menjadi orang yang mau belajar. Dan jika masih tidak mampu lagi, dianjurkan agar mau mendengarkan nasihat-nasihat. Dan apabila masih tidak mampu lagi, yang terakhir kita dianjurkan supaya mencinta mereka para alim dan ahli ilmu. Sudah sangat jelas bukan, dari isi hadis ini kita dianjurkan untuk mencinta mereka, para alim dan ahli ilmu.
Bukan hanya mencintainya saja, namun kita juga dianjurkan untuk memuliakan serta berbuat baik kepada para ahli ilmu. Dalam kitab Ta’lim al-Muta’alim disebutkan bahwa suatu ketika, saat Syekh Burhanudin sedang mengadakan majelis sesekali dia berdiri dengan sendirinya. Setelah ditanya salah satu santri yang ada di majelis itu kenapa beliau sesekali berdiri. beliau menjawab, “aku berdiri sebab ada anak dari guruku yang bermain, maka aku berdiri sebagai bentuk memuliakan kepada guruku”.
Selain itu, kita pula dianjurkan untuk senantiasa berbuat baik kepada ahli ilmu. Karena dengan berbuat baik kepada mereka para ahli ilmu, kita pasti akan beruntung. Karena ada sebuah kisah yang tertulis kitab Hikaya al-Shufiyah karya Muhammad Abu al-Yusr Abidin. Dikisahkan ada seorang saudagar bersama para pegawainya sedang dalam perjalanan dengan menunggangi unta-untanya, kemudian dia berpapasan dengan seorang ahli ilmu yang sedang dalam perjalanan pula, namun di sana seorang ahli ilmu tadi hanya berjalan kaki tanpa tunggangan dan terlihat sudah sangat letih sekali. Tanpa pikir panjang si saudagar memerintahkan pegawainya untuk memberikan salah satu untanya kepada sang ahli ilmu supaya dapat menungganginya dan tidak kelelahan lagi.
Singkat cerita, saat saudagar sedang tidur di malam harinya, dia bermimpi. Di dalam mimpinya dia seakan dihadapkan dengan Shiratal Mustaqim. Dan dirinya pun melewati Shirat tadi sama seperti orang-orang yang lain, namun di tengah jalan dia kelelahan sebab dirinya melewati shirat yang sangat panjang tadi dengan jalan kaki. Tak lama tiba-tiba si saudagar melihat sang ahli ilmu lewat di hadapannya dengan menunggangi unta bersama para santrinya. Akhirnya sang ahli ilmu memberikan tunggangan kepada si saudagar yang tempo hari telah menolongnya itu.
Dari kisah ini, bisa kita ambil sebuah hikmah. Bahwasanya berbuat baik kepada orang alim dan ahli ilmu itu adalah sebuah amal yang balasannya begitu luar biasanya. Bagaimana tidak, saudagar tadi saja hanya dengan memberikan seekor unta untuk tunggangan di dunia, mendapat balasan unta tunggangan di akhirat kala melewati Shiratal Mustaqim. Oleh karenanya janganlah ragu lagi untuk mencintai, memuliakan dan berbuat baik kepada para kiai kita dan para ahli ilmu. []