Hikmah Nabi Musa; Allah Saja Sering dicela, Apalagi Kita

Hidup di dunia pasti banyak celaan, karena dunia memang tempat ujian semata, Berbagai cobaan begitu banyak menerpa. Baik itu ujian berupa sakit, kekurangan harta ataupun kehilangan sosok-sosok berharga dalam hidupnya. sebagaimana yang difirmankan Allah pada surah Al-Baqarah 155:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS: Al-Baqarah: 155)

Dan seiring berjalannya waktu, ragam cobaan yang menimpa manusia pun kian banyak dan variatif bentuknya. Apalagi di era medsos seperti ini. Dimana sudah tidak ada lagi sekat yang memisahkan. Informasi di ujung dunia sekalipun, akan dengan mudah diakses hanya dengan usapan jempol belaka. Semua orang pun mempunyai akses yang sama. Satu informasi bisa dibaca oleh siapa saja. Mulai pegawai kantor hingga petani di sawah.

Arus informasi yang begitu besar itu pun mempunyai berbagai dampak bagi kehidupan manusia. salah satu yang paling banyak ditemui adalah banyaknya ujaran kebencian yang bertebaran di linimasa media.

Dan memang sedari dulu, ujaran kebencian itu telah ada. Bahkan semenjak zaman nabi. Dalam menjalankan misi dakwahnya tak jarang para nabi mendapatkan ujian, cacian, bahkan hinaan untuk mendiskreditkan dakwahnya. sebagaimana yang dialami oleh Nabi Musa. Kisah ini ditulis Didalam kitab Ithaf al-Sadah al-Muttaqin karangan Syekh Murtadlo az-Zabidi yang merupakan kitab syarah atau penjelas dari Kitab monumental karangan Hujjatul islam  al-Ghazali. Juz.7 hal.401

Suatu ketika Nabi Musa AS sedang bermunajat kepada Allah SWT. Dalam munajatnya Nabi Musa mengadu pada Allah. Beliau begitu khusyuk mengadukan segala keluh kesahnya dalam berdakwah. Beliau mengeluh, dalam mengemban misi dakwah, beliau banyak mengalami hinaan dan ancaman dari umatnya. dan itu sangat mengganggu kondisi emosionalnya.

Baca Juga:  Ijazah Kerasan Mondok

“Wahai Tuhanku, hindarkanlah aku dari dari hinaan dan celaan manusia” keluh Nabi Musa.

Lalu Allah pun menjawab:

“Wahai Musa, Lawong Aku saja Tuhan yang menciptakan bumi, langit dan seluruh alam semesta saja masih di cela manusia. Lalu bagaimana aku menghindarkan celaan manusia padamu?”.

Nabi Musa pun terdiam. Jawaban dari Allah sangat singkat. Namun begitu dalam menghunjam. Hingga menyadarkan Nabi Musa, betapa dirinya sangat tidak tahu diri. Allah dengan segala kebesarannya saja masih banyak dicela dan dihina. Bahkan seringkali orang kafir memvonis Allah dengan sesuatu yang tidak mungkin bagi-Nya. Seperti Allah disangka mempunyai putra dan lain sebagainya. Apalagi

Nabi Musa pun kemudian menyadari, bahwa hidup di dunia tidak akan lepas dari penilaian dan komentar orang lain. Itu semua tidak lain merupakan cobaan yang harus dihadapi setiap manusia.

Terdapat syiir yang begitu indah terkait perkara hinaan manusia ini, dikatakan:

قيل إن الإله ذو ولد  #  قيل إن الرسول قد كهنا

 ما نجا الله و الرسول من  #  لسان الورى فكيف أنا

“Mereka berkata bahwa Allah mempunyai anak, mereka juga menuduh Rasulullah Saw. adalah seorang dukun yang penuh dusta. Jika Allah dan Rasul-Nya saja masih terkena perkataan-perkataan buruk manusia, lalu bagaimana dengan kita wahai manusia?”. []

Ahmad Tantowi Jauhari
Santri dan pengajar di pendidikan Islam sabilul Muttaqin Demak. Menggeluti naskah-naskah kitab klasik.

    Rekomendasi

    Berita

    Menjadi Indonesia

    Bendera merah putih dijahit oleh Fatmawati, perempuan Bengkulu. Nampan berisi sang saka merah ...

    Tinggalkan Komentar

    More in Hikmah