Beberapa minggu yang lalu, lini masa medsos saya dipenuhi oleh gambar dan atau video dari selibritis dunia perdukunan yang kini sedang naik daun, yaitu KUB atau Kang Ujang Busthomi. Disamping karena memang popularitas KUB yang sedang naik daun, keterpautan akun saya dengan banyak alumni dan santri Kwagean mungkin sangat berpengaruh pada jenis berita dan cerita yang melintas di beranda dan atau halaman muka hampir semua akun medsos saya. Tidak bisa dipungkiri, banyak sekali santri dan atau alumni yang bangga dengan viralnya KUB yang notabene satu almamater dengan mereka, dan masih mau sowan meminta doa pangestu kepada bapak, salah satu gurunya.

Saya pribadi tidak mengenal KUB kecuali dari channel Youtube atau akun Instagram dan Facebook beliau. Bila merunut pada pengakuan beliau pribadi, juga dari cerita banyak santri yang seangkatan, beliau mondok di Kwagean sekitar tahun 2000-an. Itupun hanya dua tahunan. Pada tahun tersebut, saya sudah mondok di Kajen. Dimana pulang ke rumah hanya bisa saya lakukan ketika liburan. Itupun hanya beberapa hari, dan jarang sekali berkumpul intens dengan para santri. Tak seperti dulu sebelum mondok, dimana hampir semua waktu saya habiskan di asrama santri. Mulai dari bermain, mengaji, dan juga tidur.

Ketika informasi bahwa KUB sowan Kwagean menyebar, banyak sekali yang bertanya kepada saya pribadi, bahkan tak sedikit yang langsung bertanya kepada bapak, tentang bagaimana sambutan kami atas kedatangan KUB ke pondok. Saya menjawab biasa-biasa saja, sebagaimana alumni lain yang datang. Bapak pasti akan menghormati sebaik mungkin, dan memenuhi hajat atau permintaan apapun dari tamu yang sowan, selama beliau mampu dan berkenan. Standar penghormatan atas tamu ini sudah menjadi SOP (standard operating procedure) bagi santri ndalem dan atau saudara-saudara kami. Bila ada tamu yang sowan ke bapak dan sudah duduk di ruang tamu, maka harus segera dihaturi unjukan (minuman), dan dibukakan toples jajanan yang ada di depan para tamu. Bila tidak segera, maka bapak akan duko-duko (marah-marah), sesuatu yang sangat menakutkan bagi kami, karena memang bapak sangat jarang sekali marah.

Tidak peduli santri atau bukan santri, tidak peduli orang terkenal atau tidak, tidak peduli tokoh atau bukan, bapak akan selalu sama memperlakukan tamunya.

Ketika KUB datang dan melakukan live Youtube dan sowan bapak di Kwagean, tidak ada satupun dari keluarga yang tahu dan ikut menyambut, karena memang tidak ada konfirmasi sebelumnya. Pun kalau sudah konfirmasi, kami pasti akan menyambut dan menghormati semampunya. Penyambutan dan penghormatan ini umum kami lakukan selayaknya kepada semua santri atau alumni yang datang berkunjung ke Kwagean.

Ketika KUB melakukan live Youtube di Kwagean, beliau sempat mengatakan dalam pembukaannya: ”sedang berada di pesantren Fathul Ulum Kwagean, dimana saya mesantren, numpang tidur selama dua tahun. Disini adalah tempat mencetak ahli spiritual (saya menggunakan redaksi saya pribadi yang disarikan dari tayangan Youtube KUB)”. Satu statement yang seringkali diucapkan oleh santri yang pernah mondok di Kwagean, ataupun hanya yang tahu dari cerita orang lain.

Memang Kwagean mengandung banyak potensi, yang mana potensi ini tergantung dari si pencari dalam menggalinya. Bagi yang melihat potensi ilmu hikmahnya, yaitu kajian kitab-kitab hikmah, ijazah kubro dan asma’ arta. Serta banyaknya amalan kesaktian atau kejadugan yang bisa diminta ijazahnya kepada bapak, maka sangat wajar bila Kwagean identik dengan pondok ‘dukun’. Pun bila yang dilihat adalah wiridan ngaji ihya’ selama puluhan tahun, maka akan menganggap bahwa Kwagean adalah pondok takhassus bidang tasawuf.

Banyak potensi lain yang masih dan akan terus berkembang sesuai zaman. Karena memang bapak tak pernah mendeklarasikan pada satu fan atau potensi saja. Bapak selalu berfikir untuk ngaji kitab apa saja yang diminta, dan menanamkan keilmuan serta amalan yang menurut beliau penting. Terutama yang berhubungan dengan keilmuan Islam, dan beberapa hal penting lainnya sebagai pendukung bagi penyebaran ajaran islam nantinya.

Segala hal yang berhubungan dengan kebahagiaan dunia, dan kebahagiaan akhirat.

Meskipun secara personal saya tidak begitu kenal dengan KUB, namun ada salah satu statementnya yang menurut saya sangat menarik. Pernyataan ini saya dengar ketika melihat live Youtubenya di pesantren Al-Azhar Selojari Grobogan (pondok dari almarhum Kyai Ishaq, kakak ipar saya). “Ilmu hikmah hanya lantaran agar menjadi publik figur. Bila sudah menjadi publik figur, maka setiap pengajaran yang diajarkan akan gampang diikuti oleh banyak orang. Minimal oleh pengikutnya. Ini adalah pesan dari almarhum Kyai ishaq kepada saya”.

Bila sebelum melihat tayangan ini saya cenderung simpatik dengan orang-orang yang memilih tidak terkenal, maka saya tersadarkan bahwa tak selamanya pilihan untuk terkenal dan memiliki banyak pengikut adalah sebuah kekurangan. Justru kemasyhuran yang diniatkan sebagai jalan dakwah, adalah salah satu metode yang sangat efektif pada saat ini. Dan saya mengamini hal ini.

Terlepas dari semuanya, saya pribadi sangat mengapresiasi para santri yang mampu mengisi didalam dunia digital. Tidak peduli santri kwagean atau bukan, tidak peduli menggunakan media sosial apa saja dan tidak peduli melalui konten positif yang mana. Sudah saatnya memang, santri memberi warna yang tebal pada dunia. Apalagi bisa memberi narasi positif tentang Islam, terutama Islam di indonesia yang terkenal dengan moderatnya. Dan juga mendahulukan kasih sayang dan perdamaian.

Pun hormat saya tak berkurang, bagi para santri yang berjuang dalam keheningan. Menyebarkan alif ba’ ta’, dan juga segala keilmuan islam di seluruh pelosok negeri. Melalui jalur ngaji kitab, ataupun jalur lainnya. Selama masih menjaga Islam yang diajarkan oleh para guru di pesantren dalam keseharian, dan apalagi menularkannya pada keluarga dan lingkungan, maka anda adalah pahlawan sesungguhnya.

Angkat kopiah untuk Anda semua.

Setiap dari kita adalah pejuang di medan laganya masing-masing.

Semoga kita mampu menjadi pribadi yang selalu berusaha menjadi baik, dan mampu memberikan kebermanfaatan bagi sesama.

Muhammad Muslim Hanan
Santri Alumnus PIM Kajen dan PP Kwagean Kediri

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini