Sudah menjadi keyakinan kaum Muslim bahwa Islam hadir membawa misi rahmatan li al-alamiin; merahmati semesta alam. Sebagaimana firman Allah SWT:

وما ارسلناك إلا رحمة للعالمين

“Dan tidaklah kami mengutus kamu (Muhammad) kecuali untuk merahmati alam semesta”

Dengan memahami ayat tersebut lebih dalam, kita harus tahu cita-cita Islam mewujudkan kemaslahatan, kesejahteraan, kemakmuran, kedamaian, dan keadilan tidak hanya meliputi kaum muslimin sebagai pemeluknya, tetapi juga kepada seluruh umat manusia penghuni alam semesta. Keyakinan ini bukanlah tanpa bukti dan dalil. Karena dampak penerapan agama Islam dalam dunia nyata dapat dijadikan bukti dan dalil nyata adanya rahmat bagi dunia. Bahkan bukti-bukti itu bisa dirasakan oleh setiap orang yang dengan jujur dan insaf mengkaji ajaran-ajaran Islam melalui dimensi akidah, akhlak, dan amaliyah umatnya.

Sebagai umat Islam, menjadi tanggung jawab kita untuk mengamalkan ruh agama ini, yaitu agama yang merahmati alam semesta. Sehingga ada beberapa prinsip Islam terkait hubungannya dengan sesama, dan prinsip-prinsip seringkali terlupakan dan tidak diamalkan, yang sehaursnya diterapkan dalam tatanan kemasyarakatan, baik bersifat lokal, regional, dan internasional. Di antara prinsip Islam adalah:

Pertama, prinsip Karamah Insaniyah, agama ini memandang manusia sebagai makhluk terhormat. Dengan demikian Islam bukan hanya memperhatikan kemuliaan pemeluknya, namun juga memuliakan seluruh manusia. Hal ini selaras dengan firman Allah SWT:

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا (الإسراء: 70 )

“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan (maksud Allah memudahkan bagi anak Adam untuk mencari nafkah di darat dan di laut), kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkanmereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan” (QS. Al-Isra’:70).

Baca Juga:  Nadirsyah Hosen: Pandemi Buka Peluang untuk Muslim, Sinergikan Agama dan Sains

Kedua, Musawah Kamilah (kesetaraan yang sempurna) diantara umat manusia. Tanpa membedakan jenis kelamin dari setiap umat manusia.

Ketiga, Adalah, yaitu agama yang berlandaskan keadilan bagi umat manusia. Tanpa pandang bulu dari setiap ketentuan hukumnya.

Keempat, Hurriyah (kemerdekaan/kebebasan), agama ini tidak sedikitpun melegalkan penjajahan di muka bumi. Hal ini sesuai dengan perkataan Sayyidina Umar ra:

متى استعبدتم الناس وقد ولدتهم أمهاتهم أحرارا

“Kamu memperbudak manusia, sementara kamu terlahirkan dalam keadaan merdeka dari rahim ibumu”

Kelima, prinsip Tahrim al-‘Udwan (larangan permusuhan). Agama ini memperhatikan kedamaian yang harus dijunjung tinggi demi ketentraman hidup. Hal ini berlandaskan firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 193:

[البقرة: 193] {وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلَّهِ فَإِنِ انْتَهَوْا فَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِينَ }

“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan sehingga ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti dari memusuhi kamu, maka tidak ada permusuhan lagi, kecuali terhadap orang-orang yang zalim”.

Dari ayat di atas, perintah memerangi kaum kafir adalah dibebankan kepada kaum Muslim jika mereka diserang terlebih dahulu, bukan perintah menimbulkan peperangan kepada umat manusia. Seringkali oknum-oknum Islam kurang tepat memahami ayat ini, dengan kapasitas keilmuan yang tidak memadai. Seharusnya mereka bertanya terlebih dahulu pada ahlinya, yakni alim yang memiliki kapasitas ilmu keagamaan yang mendalam dan diakui oleh ulama lainnya.

Demikian tadi beberapa prinsip untuk menjadi pribadi Muslim yang rahmatan li al-alamiin, dan masih banyak prinsip-prinsip yang memang tidak dicantumkan sehingga dapat kita ambil kesimpulan bahwasanya menjadi muslim yang rahmatan li al-alamiin perlu kiranya ada dukungan dari dari diri kita sendiri dan dari kaum Muslim lainnya, dimulai dari kita memiliki pemahaman yang benar tentang agama Islam. Lalu mengamalkan dengan baik dan benar ilmu yang diperoleh.

Muhammad Ihyaul Fikro
Mahasantri Ma'had Aly Nurul Qarnain Sukowono Jember

    Rekomendasi

    1 Comment

    1. […] Muhammad Ihyaul Fikro, Mahasantri Ma’had Aly Nurul Qarnain Sukowono Jember. […]

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini