Pentingnya Klarifikasi Sebelum Menuai Kontroversi

Fenomena yang sengit saat ini semakin memanas. Berbagai tudingan telah dilakukan para netizen untuk kepentingan pribadi. Media sosial misalnya, yang kini digunakan sebagai ajang untuk memprovokasi antara kubu satu dengan kubu yang lainnya. Berita-berita hoax menyebar luas sehingga masyarakat mudah terpengaruh. Keresahan masyarakat semakin menjelit. Hal tersebut dikarenakan berbagai informasi hoax yang saat ini sudah berkeliaran dimana-mana.

Tabayyun adalah sikap yang bijak dalam menanggapi persoalan tersebut. Mengklarifikasi terlebih dahulu, jangan mudah percaya akan tipu daya muslihat yang dilakukan oleh klompotan-klompotan yang tidak bertanggungjawab. Hati-hati dengan berita yang menyebar luas yang tujuannya mengadu domba sehingga seseorang yang menerimanya akan saling su’udzon kepada orang yang semestinya tidak bersalah. Biasanya berita hoax tersebut lebih dominan disebarkan lewat dunia medsos seperti whatsapp, instagram, twitter, facebook. Karena medsos tersebut sering digunakan khalayak umum, sehingga mudah dalam memprovokasi.

Tidak hanya soal berita terkait politik, tetapi menginformasikan masalah aqidah, fiqih dalam Islam pun dijerumuskan, sehingga tidak heran bila masyarakat yang awam termakan akan informasi ajaran tersebut. Indikatornya seseorang yang mengeshare informasi itu mempunyai tujuan yang sudah diplanning secara matang yaitu agar iman umat Islam goyah dan perilakunya menyimpang. Maka dari itu suatu informasi harus terlebih dahulu disaring. Ibarat Mustholahul Hadis yang dipakai ulama hadis untuk meneliti kebenaran terkait maqbul atau mardudnya suatu periwayatan dengan Mustholahul Medsos yang dipakai untuk benar atau tidaknya suatu informasi tersebut.

Memanfaatkan canggihnya teknologi merupakan bentuk cara menikmati adanya situasi dan kondisi saat ini. Banyak pekerjaan sekarang menjadi ringan maupun komunikasi dipermudahkan. Hal tersebut dikarenakan mudahnya dalam mengakses internet. Tetapi ironisnya, dengan adanya kecanggihan teknologi saat ini banyak penipuan bertebaran dimana-mana. Hipnotis Teknologi sebutannya, mereka menipu dengan cara melacak nomor telepon dengan mengaku-ngaku sebagai teman atau kerabatnya, lalu meminta uang dengan alasan ada kecelakaan, atau masalah rumit yang hanya dapat diselesaikan dengan fulus. Jika kondisi korban tidak sadar, maka pikirannya akan terpengaruh dengan perkataannya. Sehingga korban langsung mentransfer uang sesuai yang telah diinformasikan. Datangnya suatu berita atau informasi sekarang harus diklarifikasi, jangan mudah percaya dengan adanya informasi yang baru muncul. Apalagi yang membawa informasi adalah orang yang tidak dikenal dan asing.          

Mengutip tulisan dari Quraish Syihab bahwa Sayyidina Ali ra. Berkata “Bila kebaikan meliputi satu masa beserta orang-orang didalamnya, lalu seseorang berburuk sangka kepada orang lain yang belum pernah melakukan cela, maka sesungguhnya ia telah menzhaliminya. Tetapi apabila kejahatan telah meliputi satu masa disertai banyaknya yang berlaku dzalim, lalu seseorang berbaik sangka terhadap orang yang belum dikenalnya, maka ia akan sangat mudah tertipu”. Hal tersebut memberikan isyarat bahwa jangan mudah menuding atau menilai seseorang yang belum mengetahui kebenarannya. Dari perkataan sayyidina Ali ra. di atas memberikan gambaran terhadap apa yang terjadi situasi sekarang. Bahwasanya jangan mudah menerima informasi yang memang belum mengerti keshohihannya. Manusia pada hakikatnya tidak bisa menjangkau informasi secara luas. Karena manusia sifat pengetahuannya hanya terbatas. Dan pastinya membutuhkan pihak untuk berinteraksi secara detail dan lues. Sedangkan suatu pihak ada yang sifatnya jujur dan berintegritas tinggi yang menjunjung suatu kebenaran, tetapi ada yang sebaliknya. Maka dari itu periwayatan sebuah informasi atau berita harus diteliti dan dikenal secara baik siapa yang meriwayatkannya.

Baca Juga:  Pentingnya Tabayyun di Era Banjir Informasi

Kembali pada Al-Qur’an dan sunnah kanjeng nabi merupakan solusi yang benar dalam menanggapi permasalahan tersebut. Kunci utama adalah dengan Fatabayyanu, menyelidiki terlebih dahulu datangnya informasi. Maka, berhati-hati dalam menerima informasi juga cara yang benar yang diungkapkan dalam al-Qur’an. Hakikatnya al-Qur’an yang dijadikan sebagai pedoman umat Islam telah memberikan petunjuk dan mengarahkan ke jalan yang benar. Dengan demikian, dapat menjadikan hidup yang damai dan tentram dengan memegang prinsip Islam yang menyebar kasih sayang. []

Miftahur Rohmah
Pondok Pesantren Darussalam Bermi, Mijen, Demak

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini