Sumur Tempat Dilemparkannya Nabi Yusuf (Perbedaan Jubb dan Bi'r dalam Al-Qur'an)

Kisah Nabi Yusuf sebagai kisah terbaik, sebagaimana yang dinyatakan sendiri oleh Al-Qur’an sebagai “Ahsana al-Qashasi“. Kisahnya yang indah dari sisi alur, penokohan, amanah, bahasa yang digunakan dan pemilihan diksinya.

قَال قَائِلٌ مِنْهُمْ لَا تَقْتُلُوا يُوسُفَ وَأَلْقُوهُ فِي غَيَابَتِ الْجُبِّ يَلْتَقِطْهُ بَعْضُ السَّيَّارَةِ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ

Seorang di antara mereka berkata: “Janganlah kamu bunuh Yusuf, tetapi masukkanlah dia ke dasar sumur supaya dia dipungut oleh beberapa orang musafir, jika kamu hendak berbuat” (QS. Yusuf, 10)

Kali ini, kita kaji satu kata dalam ayat di atas, yaitu al-jubb (sumur). Dalam al-Qur’an kata al-Jubb diulang dua kali, sedangkan kata al-bi’r hanya satu kali disebutkan. Keduanya dalam bahasa Indonesia diartikan sama, yaitu sumur.

Beberapa pendapat ulama terkait dengan kata al-Jubb dan al-Bi’r. Ada pendapat bahwa al-Bi’r adalah sumur yang kecil (sempit) bawahnya, sedangkan atasnya lebar (luas). Sedangkan al-Jubb, adalah sumur yang luas (lebar) di tengah-tengahnya. Alasannya mengapa Nabi Yusuf disembunyikan di dalam Jubb (sumur), agar beliau tidak tenggelam dalam air yang akan menyebabkan meninggal dunia, sedangkan saudaranya hanya ingin menyembunyikan dan menjauhkannya dari ayahnya, bukan membunuhnya. Dan diletakkan dalam Jubb agar tidak terlihat dari permukaan, kecuali orang-orang yang melintas di tempat tersebut. Berbeda bila Nabi Yusuf dilemparkan ke dalam Bi’r (sumur) yang dipenuhi air, atau sering kali dipenuhi dengan air.

Perbedaan dari keduanya juga (qila), al-bi’ru a’maq (sumur itu lebih dalam), sedangkan al-Jubb itu lebih rendah. (dalam Kitaban Mutsabihan). sedangkan dalam al-Tafsir al-isytiqaqi, kata al-Jubb dalam Surat Yusuf, adalah sumur yang pinggirnya tidak ditutupi batu (tidak dibangun), disebut Jubb karena ia digali dalam Jubub (tanah yang keras).

Baca Juga:  Mengkaji Taqdir dalam al-Qur’an

Dalam Kitab Al-Lamahul al-Bayan karya Dr. Abdul Wahid Wajih, al-Jubb adalah galian kecil yang tidak terkena sinar matahari dan dapat menampung air hujan, artinya bukan sumur yang dalam (amiq) yang dapat mencelakakan Yusuf. Sebelum kata al-Jubb terdapat kata “Ghayabah” (ghaib), yang hanya untuk menghidari Nabi Yusuf dari sengatan matahari dan dari pandangan manusia. Sifat kasih sayang saudara-saudara itu masih terlihat, Yusuf tidak diinginkan untuk meninggal dunia, maka dari berbagai pilihan membunuh yang kemudian disepakati adalah pilihan terakhir, dilemparkan (qil, diletakkan) di sumur. Karena surat ini dimulai dengan Ali Lam Ra’, Ra’ adalah Rahmah. Tetapi pendapat yang lain, kata Ghayabah adalah dasar sumur, hanya hiperbolis saja, artinya sumur yang tidak benar-benar dalam.

Dalam beberapa penjelasan yang lain, al-jubb adalah sumur yang tidak ada pagarnya (tembok yang berada di atas sumur), sumur yang rimbun, yang tidak semua orang mengetahuinya. Sedangkan al-Bi’r sebaliknya, sebagaimana yang banyak ditemukan di Indonesia, sumur tradisional. “Lemparkan saja ke sumur agar diambil para musafir”, sumur kecil tetapi sumur ini populer, banyak yang mengetahui keberadaannya, apalagi orang-orang yang sering melewati tempat itu. Saudara-saudara Nabi Yusuf tidak menginginkan Nabi Yusuf dibunuh dengan menggunakan kata “yaltaqith-hu” (memungut) agar ditemukan oleh para kafilah yang lewat di tempat tersebut, bila saudara- saudaranya menginginkan ia terbunuh, maka akan diletakkan di dalam lubang lain atau dalam al-Bi’r, atau juga dengan cara-cara yang lain.

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10218468859741973&id=1508880804

Dalam kitab Al-Kasyyaf lokasi keberadaan sumur Yusuf terdapat beberapa pendapat, ada yang berpendapat ia adalah sumur Bait al-Muqaddas yang berada di Palestina, ada pula yang mengatakan sumur yang berada di Yordan. Pendapat yang lain, bahwa sumur tersebut terletak di antara Negeri Mesir dan Negeri Madyan. Juga dalam kitab Al-Kasyyaf, Sumur yang berjarak kira-kira 3 farsakh dari rumah Nabi Ya’qub. Dalam al-Muhith, Sumur ini terletak di Negara Palestina yang berada di kota Nablus, sekitar 1km dari makam Nabi Yusuf, dan ada yang berpendapat bahwa Nabi Isa minum dari sumur ini.

Baca Juga:  Generasi Qurani

Mengapa Nabi Yusuf dilemparkan ke dasar sumur? Karena kedengkian saudara-saudara. Kedengkian sering kali tidak hanya berusaha untuk menghilangkan nikmat yang dimiliki saudaranya atau seseorang yang memiliki sesuatu yang lebih darinya, tetapi ia berusaha untuk mencelakakannya, sebagaimana pilihan saudara-suadara Nabi Yusuf kepada beliau, dibunuh, atau dilemparkan. Dasar sumur, adalah kebahagiaan sang pendengki bila ia mampu membuat orang lain celaka, terbenam, tertimpa musibah, bahkan sampai meninggal. Dan terkadang lupa, orang yang didengki seringkali bertambah sukses, semakin dicela, ia semakin berkibar. Kemudian yang celaka adalah dirinya sendiri, karena hilangkan kebahagiaan yang diliputi kedengkian. []

Allah ‘alam bishawab

Silahkan baca ulasan lainnya terkait dengan I’jaz al-Quran dll di; FB Halimi Zuhdy, www.halimizuhdy.com, IG halimizuhdy3011.

Halimi Zuhdy
Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, dan Pengasuh Pondok Literasi PP. Darun Nun Malang, Jawa Timur.

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Kisah