memulai-tahun-ajaran-baru-era-covid-19

Hari ini, Senin, 13 Juli 2020 adalah hari resmi memulai tahun ajaran baru siswa jenjang pendidikan menengah ke bawah. Umumnya para siswa merasa bersukaria, karena memulai kehidupan baru baik yang naik kelas, maupun utamanya yang memulai dengan status sebagai peserta didik. Mulai pelajaran baru, teman baru, guru baru, wali kelas baru dan sekolah baru. Di era Covid-19 ini suasana dan kondisi sekolah berbeda secara signifikan dengan tahun-tahun lalu.

Masa-masa orientasi kelas baru dan Sekolah baru dilewati dengan agenda-agenda yang berbeda. Baik aspek akademik maupun aspek akademik. Bentuk kegiatannya juga antara yang bersifat formal maupun yang bersifat non formal dan informal. Biasanya perkenalan dan orientasi dilakukan secara riil. Kini bisa terjadi dilakukan secara artifisial atau virtual. Mungkin hal-hal tertentu lebih efektif, melainkan ada juga hal-hal lain yang tidak efektif.

Jika pada masa-masa awal tahun ajaran baru kita bisa bikin acara keakraban. Yang dampak positifnya bisa mempercepat proses persahabatan. Persahabatan sangat diperlukan untuk aktivitas pendidikan. Yang juga tidak kalah pentingnya latihan keterampilan berkomunikasi terjadi secara alamiah. Walau kadang juga terjadi proses pemaksaan yang sangat penting untuk proses pendidikan dan hidup selanjutnya. Yang tidak kalah pentingnya bahwa masa-masa awal ini terjadi proses eksplorasi potensi dan kecakapan semua anak tanpa terkecuali.

Demikian juga di awal tahun ajaran kini memiliki hal yang spesial. Karena biasanya tak mendapatkan perhatian yang serius. Kini kultur baru perlu diupayakan. Perhatian terhadap kesehatan, kebersihan, manajemen waktu, disiplin, tanggung jawab, kecakapan berkomunikasi, dan kepedulian sosial sangatlah penting. Sekolah perlu meyakinkan bahwa semua ruang menjadi sehat, persediaan tempat cuci tangan secukupnya, penyiapan bahan materi pelajaran yang bersifat hardcopy maupun softcopy. Menuntaskan persoalan jaringan dan hardware untuk komunikasi. Paket parenting utamanya menyiapkan orangtua/wali murid menjadi mitra sekolah. Memperjuangkan memperoleh hak dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk akses pendidikan bermutu. Mengupayakan mitra baik bersifat individual maupun institusional untuk mendukung terjadinya proses pendidikan bermutu.

Baca Juga:  Kedisiplinan Era COVID-19

Di era Covid-19, semua institusi pendidikan atau sekolah wajib berjuang keras untuk menjaga kualitas layanan pendidikan. Tidak ada apologi bagi siapapun. Amanah wajib diwujudkan secara optimal untuk tetap semangat membangun pendidikan bermutu, walau tidak mudah. Menurut hemat ada tiga pilihan modus pembelajaran dan pendidikan yang bisa dipilih berdasarkan kondisi kesehatan dan kemanusiaan serta kemampuan institusi pendidikan, di damping infrastruktur yang ada serta lingkungan strategis lainnya. Tiga pilihan itu, yaitu (1) model pembelajaran dan pendidikan konvensional, (2) pendidikan jarak jauh melalui luar jaringan (luring), dan (3) pendidikan jarak jauh dalam jaringan (daring).

Pertama, pendidikan konvensional dapat dilakukan di lakukan di zona hijau yang jumlah wilayahnya sekitar 6%. Zona yang relatif sangat terbatas. Zona didasarkan pada agregat daerah kabupaten/kota. Agenda dan jadwal pembelajaran bersifat biasa dengan modifikasi kurikulum yang diawali dengan apersepsi materi kurikulum kelas sebelumnya sekitar 30% bagian akhir. Ada dua pilihan rombongan belajar, bisa dengan shift pagi dan siang. Pilihan ini harus di-back up dengan implementasi protokol kesehatan, karena harus utamakan kesehatan dan keselamatan.

Kedua, pendidikan jarak jauh luar jaringan (Luring). Implementasinya bisa menggunakan modul, buku teks, website offline, dan bahan ajar dari sekitar. Cara ini utamanya bagi yang jaringannya belum tersedia dan banyak gangguan jaringan, tiadanya atau terbatasnya kesediaan hardware gadget (laptop dan atau hp). Adanya pengambilan atau pengiriman materi dan tugas pelajaran. Adanya kemudahan mobilitas guru ke rumah untuk fasilitasi belajar anak. Tentu saja ada pendampingan orangtua baik langsung maupun tidak langsung.

Ketiga, pendidikan dan pembelajaran jarak jauh dalam jaringan (daring). Implementasinya bisa dilakukan di daerah dengan jaringan yang aman, tersedianya hardware (gadget) di rumah, dukungan orangtua sebagai fasilitator. Banyak tersedia paket materi pembelajaran dari PAUD sampai dengan SMA. Dapat memilih paket yang tersedia, misalnya: (1) Rumah Belajar, (2) Meja Kita, (3) Icando, (4) IndonesiaX, (5) Google for Education, (6) Kelas Pintar, (7) Microsoft Office 365, (8) Quopper School, (9) Ruangguru, (10) Sekolahmu, (11) Zenius, dan (12) Cisco Webex. Untuk memilih dan memanfaatkan paket memang perlu pendampingan dengan baik, jangan sampai berlebihan dan kurang terarah. Modus Daring memang efektif untuk instructions effect-nya, melainkan kurang untuk nurturant effect-nya. Disiplin, kejujuran dan tanggung jawab serta kemandirian menjadi kunci.

Baca Juga:  Hari Santri, Dokter Santri dan Tantangan Menyambut Serangan Covid Gelombang Ke-3 bagi Dunia Pesantren Kita

Di antara tiga modus pendidikan dan pembelajaran bisa dipilih secara tunggal, bisa juga campuran. Bisa modus 1 dan 2, atau 1 dan 3, terutama kurang tempat belajar yang disebabkan oleh komitmen terhadap protokol kesehatan. Bisa juga modus 2 dan 3, sekiranya untuk memanfaatkan guru dalam memfasilitasi belajar di rumah bagi yang memerlukan. Merdeka belajar dalam konteks era Covid-19 harus dipahami dengan benar, sehingga bisa menyelamatkan kualitas. Kemandirian siswa harus dibangun, sehingga mampu mampu tunjukkan minat dan budaya membaca, demikian pula minat dan budaya belajar menjadi karakternya.

Akhirnya bahwa kehadiran tahun ajaran baru 2020/2021 harus disambut dengan baik dan optimis. Berbagai kesulitan dan hambatan yang ada baik terkait dengan belajar maupun kehidupan, harus disikapi dengan positif. Kita jadikan semuanya menjadi pelajaran kehidupan yang tidak semata-mata akademik. Karena modul pembelajaran yang dipilih jangan hanya dikaitkan dengan aspek akademik semata, melainkan juga aspek-aspek lainnya, yaitu aspek fisik, sosial, emosional dan spiritual. Dengan begitu diharapkan ada nilai plus yang dipetik. Biasanya anak digiring ke belajar konsep semata, kini anak lebih banyak dilibatkan dengan belajar sesuatu yang bermakna. Dalam implementasinya, pembelajaran terus dilakukan perbaikan sambil jalan, sehingga diperlukan penilaian dan feedback secara periodik, sehingga berujung dengan hasil yang optimal. [HW]

Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.
Beliau adalah Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Anak Berbakat pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Ia menjabat Rektor Universitas Negeri Yogyakarta untuk periode 2009-2017, Ketua III Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) masa bakti 2014-2019, Ketua Umum Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI) periode 2011-2016, dan Ketua Tanfidliyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY masa bakti 2011-2016

    Rekomendasi

    Leaders Eat Last
    Opini

    Leaders Eat Last

    Entah memulai dari mana, menulis isu sensitif kadangkala, tanpa disadari, kita dianggap menyikut ...

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini