motivasi-menulis-karya-menurut-syekh-ramadhan-al-buthi

Nama lengkap beliau adalah Muhammad Sa’id Ramadhan ibn Mulla Ramadhan ibn Umar Al-Buthi. Beliau dilahirkan pada tahun 1929 M di desa Jilika, termasuk wilayah kepulauan Buthan, perbatasan Turki dan Irak, dari sebuah keluarga yang cerdas dan religius. Ayah beliau adalah termasuk tokoh ulama terkemuka di Turki dan Syam, yang bergelar Syekh Mulla. Selain itu, semua leluhur beliau adalah dari kalangan petani yang kesehariannya bekerja di sawah.

Sebagai seorang ulama muslim terkemuka, karya Al-Buthi sangat banyak dan beragam. Beliau salah satu ulama kontemporer yang sangat produktif  dalam melahirkan karya-karya ilmiah di berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Menurut Andreas Christmann, hampir tidak mungkin melihat batasan topik dalam karya-karya Al-Buthi.

Terkait data jumlah karya-karya Al-Buthi tersebut, penulis dapatkan dari website resmi Al-Buthi, yaitu: http://naseemalsham.com. Di dalam situs tersebut, disebutkan karya Al-Buthi berjumlah 49 buku, selebihnya judul-judul buku lainnya dari koleksi penulis pribadi yang sebagiannya belum tercantum di dalam situs resmi beliau.

Selain itu, data tentang karya-karya beliau dapat dilacak dari tulisan Dr. Nizar Abazhah dalam makalah yang berjudul “Muallifat al-Ustadz al-Duktur Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthi; Musarrad biha Ta’rif Mujaz”. Makalah ini merupakan kumpulan makalah dari para cendekiawan muslim kontemporer yang diterbitkan Dar al-Fikr dalam rangka memperingati ulang tahun Al-Buthi yang ke-73 tahun.

Sebagai sarjana muslim yang memiliki kedudukan intelektual  tinggi dalam kehidupan akademis dan kehidupan publiknya, beliau juga seorang tokoh agama terkemuka dalam perdebatan intelektual dalam Islam mengenai kehidupan modern, Al-Buthi menyusun buku tentang semua topik yang relevan dan paling eksplosif pada saat ini.

Persoalan tentang perbudakan, jilbab, buruh perempuan, pendidikan, dakwah Islam, revivalisme, radikalisme dan reformisme, jihad, sekularisasi, marxisme, nasionalisme merupakan topik-topik utama dalam karya-karya beliau. Bahkan, dalam buku-bukunya mencakup juga bahasan-bahasan seputar aborsi, keluarga berencana, media massa, ekonomi makro dan mikro, filsafat, hingga kesusastraan Arab. Karya-karya Al-Buthi yang pernah diterbitkan tidak kurang dari 70 judul buku.

Baca Juga:  Kritik al-Būtī terhadap Karya Husein Haikāl

Karya-karya beliau tidak hanya dinikmati di Timur Tengah, tetapi juga dikaji di Benua Eropa dan Asia. Hal ini dikarenakan karya-karya beliau telah banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing, seperti bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Malaysia dan Indonesia seperti karya-karyanya yang berjudul “Fiqh al-Sirah al-Nabawiyyah“, “al-Lamadzhabiyyah Akhtharu Bid’an Tuhaddidu as-Syari’ah al-Islamiyyah“, dan “al-Hubb fi al-Qur’an“.

Semangat menulis Al-Buthi tidak pernah pudar. Hingga di usianya yang senja, beliau pun masih terus aktif menulis buku maupun karya-karya ilmiah lainnya sebagai respons atas isu-isu aktual dalam kajian keislaman.

Bagi Al-buthi, menulis adalah bagian dari misi dakwah bil-qalam, disamping panggilan hati untuk menyebarkan ilmu kepada umat Islam yang haus akan ilmu pengetahuan, serta upaya untuk meluruskan syubhat-syubhat (kerancauan) yang sengaja dimunculkan oleh kaum orientalis untuk menyudutkan atau menyimpangkan pemahaman syariat Islam.

Syekh Ramadhan Al-Buthi pernah mengemukakan dalam bukunya yang berjudul; “al- Lamadzhabiyyah Akhthar Bid’an Tuhaddid as-Syari’ah al-Islamiyyah“:

وإنّي لأسأل نفسي؛ ما الذي يمسكني اليوم على الكتابة والتأليف ؟  أما الشهرة؛ فقد نلت منها أكثر ممّا كنتُ أتوقّع وأطمع  وأمّا المال؛ فقد أكرمني الله منه بما يفيض عن الحاجة  وأمّا ثناء النّاس؛ فقد نالني منه ما لا أستحق  وقد وجدتُ أخيرًا أنه شيء لا ثمرة ولا طعم فيه إلا أن يكون دعاء أخ مسلم لي من خلف سحاف الغيب

“Saya bertanya pada diri sendiri, apa yang membuat saya tetap menulis dan menulis? Kalau untuk kemasyhuran, saya telah mendapatkan lebih dari yang saya harapkan. Kalau untuk kesejahteraan dan kekayaan, Allah telah menganugerahkan saya lebih daripada yang saya butuhkan. Dan kalau untuk dihormati orang, saya sudah memperoleh lebih dari yang layak saya terima. Pada akhirnya, saya menyadari bahwa semua keinginan yang saya sebut tadi sia-sia dan hampa kecuali seuntai doa yang dihadiahkan kepada saya oleh seorang muslim yang tidak saya kenal.”

Baca Juga:  Belajar dari Dialog Al-Būtī dan Arkoun

Demikianlah, visi Syekh Al-Buthi dalam menulis karya-karya intelektualnya. Dipasaran, buku beliau menjadi salah satu buku yang selalu ditunggu-tunggu para penikmat kajian Islam. Penerbit Dar-al-Fikr menjadi penerbit yang langganan menerbitkan karya-karya beliau.

Penuturan dalam karyanya yang sangat indah merefleksikan ketinggian keilmuannya. Sentuhan olah bahasanya sering kali ‘menyihir’ membuat para pembaca kagum dan takjub. Tak heran, beliau bukan hanya pakar di bidang syariah, tetapi juga sastrawan.

Sebagai penutup, penulis berharap sepertihalnya perkataan seorang penyair:

أآموت ويبقى كل ما قد كتبته

فيا ليت من يقرأآ كتاي دعاي

“Aku akan mati, akan tetapi semua yang aku tulis akan abadi. Kuberharap kiranya orang yang membaca tulisanku ini mau mendoakanku.”

Wallahu a’lamu bish-shawab. [HW]

M Ryan Romadon
Mahasantri Ma'had Aly Ponpes Al-Iman Bulus Purworejo Jawa Tengah

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini