Mulianya Seorang Anak

Barang siapa yang memuliakan orangtua, maka dia akan dimuliakan oleh Allah swt”. – Rochmat Wahab

Kita semua alhamdulillah telah dilahirkan sebagai seorang anak di bumi yang fana ini tidak bisa dilepaskan dari jasa dan kebaikan orangtua kita. Hak hidup, tumbuh dan berkembang telah dituntaskan dan dilunasi oleh orangtua kita. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Berkat kelebihannya, kita terfasilitasi segala apa yang menjadi kebutuhan. Berkat kekurangannya kita mendapatkan pelajaran hidup mandiri dan semangat berjuang. Saatnya kita sebagai anak kesayangan orangtua, sebagai hamba Allah yang dicintai-Nya, untuk bisa memenuhi kewajiban berbakti kepada kedua orangtua yang telah menyayangi sejak kecil dan seterusnya.

Berbuat kebaikan kepada kedua kedua orangtua adalah suatu keutamaan. Yang perlu terus diupayakan. Sebagai seorang anak ketika dalam masa kanak-kanak sudah bisa memulai dengan memenuhi apa yang diperintahkan oleh orangtua. Juga menghindari atau meninggalkan apa yang dilarang dan tidak disukai oleh orangtua.

Bertunduk kepada orangtua dan tidak menatap dengan melawannya. Berbicara dengan halus, sopan dan santun kepadanya. Menahan diri tidak berbicara kasar, bicara ah atau cus, apalagi membentak dan menghardik kepadanya. Mencium tangan dan bahkan Mencium kaki orangtua, tidak mendorong, menyakiti dan memukul orangtua. Artinya bahwa menunjukkan adab yang baik kepada kedua orangtua sebagai manifestasi birrul walidain. Perilaku birrul walidain itu sangatlah penting dalam kehidupan, karena merupakan perintah dari Allah swt, sebagaimana diungkapkan dalam QS. An Nisa: 36, yaitu : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua”.

Begitu pentingnya birrul walidain itu dalam proses perjalanan hidup kita, Allah swt telah menggunakan bentuk kalimat perintah, sebagaimana yang tertulis dalam QS. Al An’am: 151, yang artinya: “Katakanlah, Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang tua”. Perintah ini juga diperkuat oleh Allah swt yang tertuang dalam QS. Al Isra: 23, yang artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya”. Betapa pentingnya perintah untuk berbuat baik kepada orangtua, dalam kondusi apapun.

Baca Juga:  Hikmah Mengantre dalam Pembentukan Karakter Santri

Selain perintah berbuat kebaikan dari Allah swt, Rasulullah saw juga bersabda, “Amal apa yang paling dicintai Allah ‘Azza Wa Jalla?”. Nabi bersabda: “Salat pada waktunya”. Ibnu Mas’ud bertanya lagi: “Lalu apa lagi?”. Nabi menjawab: “Lalu birrul walidain”. Ibnu Mas’ud bertanya lagi: “Lalu apa lagi?”. Nabi menjawab: “Jihad fi sabilillah…“ (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam mewujudkan birrul walidain, perlu diawali dengan perilaku taat kepada Allah swt. Yang seterusnya melakukan jihad di jalan Allah untuk mengharapkan rida-Nya. Terlebih- lebih jika ada panggilan jihad untuk menegakkan kalimat Allah.

Selanjutnya bahwa untuk menjadi dan menyempurnakan diri sebagai anak saleh atau salihah, yang memiliki keistimewaan dibandingkan dengan anak lainnya, kita perlu terus mantapkan iman kita, tingkatkan ketakwaan dengan perbanyak amal saleh dan hiasi diri dengan akhlakul karimah. Selain daripada itu kita tidak pernah berhenti menyayangi dan panjatkan doa untuk kebaikan kedua orangtua baik selama masih hidup maupun telah kembali ke rahmatullah.

Sebagai anak yang baik selalu peduli dengan kebutuhan hidup sehari-hari dan kesehatan orangtua. Bersikap sopan santun dan menyenangkan. Tidak pernah memberikan kabar jelek dan membikin susah, sebaliknya suka berbagai dengan berita yang menyenangkan. Berusaha terus melindungi orangtua dari kekerasan dan melindungi hidup orangtua dengan menguatkan keamanan dan perlindungan dari berbagai gangguan. Menjadikan hidup orangtua yang selalu terjaga dengan penuh kasih sayang.

Demikian juga yang sangat penting, anak selalu mengawal ibadah orangtua, sehingga terjauhkan dari gangguan berupa kesulitan dan halangan untuk beribadah. Jika mungkin secara syariah dibenarkan, sebagai anak dapat menfasilitasi orangtua,sehingga orangtua bisa beribadah dengan baik dan benar. Apakah dengan badal atau membantu secara finansial untuk memenuhi kewajiban orangtua.

Baca Juga:  Prediksi Imam Ghazali Tentang Ujian Iman Generasi Milenial (1)

Terhadap orangtua, kita harus menjauhi dari perilaku yang hanya bertumpu pada pertimbangan ekonomi. Menghitung betul jasa orangtua selama hidup. Jika kita melakukan hitungan, semuanya semata-mata menjadi pertimbangan untuk membuat hitungan balasan jasa kepada orangtua yang jauh di atasnya. Ingat, bahwa tidak pernah ada orangtua menghitung-hitung selama membesarkan anaknya. Karena semuanya itu menjadi tanggung jawab orangtua. Kita sebagai anak, akan menjadi baik, bahkan mulia jika mampu berbuat amal bagi orangtua sebanyak mungkin dengan mengirim doa yang tak terputus untuk orangtua. Demikian juga kita wajib menjaga orangtua, sehingga hidup orangtua tidak tersia-siakan. Rasulullah saw mengingatkan kita melalui sabdanya yang artinya, yaitu “orang tua adalah pintu surga yang paling tengah, terserah kamu, hendak kamu terlantarkan ia, atau kamu hendak menjaganya.” (HR Tirmidzi)

Upaya lain yang sangat terpuji adalah mengajak dan menjadikan keluarga mengenali orangtua dan sesepuh ke atas hingga muncak, sehingga kita tidak melupakan garis keturunan. Juga tak lupa menanamkan garis keturunan ke anak cucu dan seterusnya untuk bisa diteruskan perjuangannya ilaa akhiriz zamaani. Jika perlu membukukan pengalaman baik untuk dijadikan inspirasi bagi anak cucu.

Demikianlah beberapa catatan penting, bagaimana menjadi anak yang baik untuk orangtua dan nenek moyang. Juga bagaimana kita mampu memberikan contoh berupa perilaku baik dan mulia, yang bisa menginspirasi anak cucu kita. Untuk berbuat baik kepada orangtua, perlu dilakukan sesegera mungkin, kapanpun, di manapun dan dalam suasana apapun. Jika sekarang sudah memasuki era digital, kita perlu menyesuaikan strategi dengan memanfaatkan jasa digital untuk kelancaran berkomunikasi dengan tetap menjaga adab. Akhirnya bahwa di era pandemi, kita harus bisa memberikan perhatian kita kepada orangtua dengan tulus, sehingga orangtua menjadi terhormat. Jika beliau-beliau sudah wafat, kita rawat makamnya dan selalu kita kirim doa untuk kebaikan orangtua yang terus menerus. Tetap kita harus menjaga keridaan orangtua, dan menjauhi murka orangtua. Karena “Rida Allah tergantung pada rida kedua orangtua, murka Allah tergantung pada murka kedua orangtua” (HR. Muslim). [HW]

Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.
Beliau adalah Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Anak Berbakat pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Ia menjabat Rektor Universitas Negeri Yogyakarta untuk periode 2009-2017, Ketua III Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) masa bakti 2014-2019, Ketua Umum Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI) periode 2011-2016, dan Ketua Tanfidliyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY masa bakti 2011-2016

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Hikmah