Disiplin: Teladan Agung Kiai Sahal Mahfudh

Disiplin adalah kunci kesuksesan dalam segala bidang. Disiplin menunjukkan penghargaan yang tinggi terhadap waktu. Sedetik waktu penuh dengan nilai, baik ilmu, kearifan, sosial, dan lain-lain. Orang-orang sukses selalu menghargai waktu sekecil apapun untuk melakukan hal-hal terbaik dalam hidupnya: membaca, menulis, menambah dan merawat relasi, taqarrub ilallah, tafakkur, dan lain-lain yang bermanfaat untuk diri dan orang lain.

KH. MA. Sahal Mahfudh adalah sosok ulama besar yang berhasil menorehkan tinta emas dalam bidang keilmuan dan sosial sekaligus. Karya-karyanya dikaji anak manusia sepanjang zaman, baik yang berbahasa arab maupun berbahasa Indonesia. Karya-karya hebat ini tidak lahir secara tiba-tiba, tapi benar-benar melalui proses waktu yang panjang dengan penuh kesungguhan.
Penulis melihat langsung kedisiplinan Kiai Sahal ketika mengaji kepada beliau saat bulan suci Ramadan, baik ketika masih belajar di Perguruan Islam Mathali’ul Falah (PIM) Kajen atau setelahnya. Ketika menghadiri acara, beliau juga sangat disiplin, sehingga semua pihak termotivasi untuk mengikuti budaya disiplin yang beliau terapkan. Kehadiran beliau membentuk lingkungan menjadi disiplin. Disiplin personal menjadi disiplin kolektif.

Disiplin menjadi budaya Kiai Sahal dalam kehidupan keseharian. Banyak saksi orang dalam yang melihat langsung aktivitas Kiai Sahal. Beliau sebelum mengajar kepada para santri, pasti meluangkan waktu untuk belajar terlebih dahulu. Sama ketika dulu ketika beliau mengajar di Pondok Sarang, maka terlebih dahulu beliau membaca dan memberikan catatan (ta’liq) pada kitab yang akan diajarkan. Waktu benar-benar beliau hargai dan manfaatkan untuk menambah, mematangkan, dan mentahqiq ilmu sedalam-dalamnya.

Tradisi membaca dan menulis benar-benar melekat kuat dalam diri Kiai Sahal. Sedikit waktu dimanfaatkan untuk menambah ilmu dengan membaca dan menulis karya yang sangat bermanfaat bagi generasi sesudahnya. Beliau meng-update karya-karya baru, di samping mengapresiasi karya-karya lama. Maka wajar jika pemikiran dan cakrawala pemikiran beliau menembus dinding pembatas pesantren. Kosmopolitanisme pemikiran Kiai Sahal tergambar kuat dalam orasi dan karya beliau yang luar biasa di berbagai forum dan buku-kitab, seperti Nuansa Fiqh Sosial, Pesantren Mencari Makna, Dialog dengan Kiai Sahal Mahfudh, Thariqatul Hushul, Al-Bayanul Mulamma’, Anwarul Bashair, dan lain-lain.

Baca Juga:  Disiplin Keuangan ala Kiai Sahal

Karya sosial dalam bentuk institusi yang beliau pimpin, seperti di Nahdlatul Ulama dan Majlis Ulama Indonesia, berkembang dengan pesat. Beliau menerapkan budaya disiplin dalam memimpin lembaga. Orang-orang yang beliau pimpin akhirnya menyesuaikan diri dengan kedisiplinan yang ditegakkan Kiai Sahal. Disiplin tidak hanya tentang waktu, tapi juga pelaksanaan hasil musyawarah, dalam membangun transparansi dan akuntabilitas dan dalam mengembangkan kreativitas dan inovasi dilakukan secara konsisten.

Sebagai santri, kita punya tanggungjawab meneladani Kiai Sahal Mahfudh dalam menerapkan hidup disiplin. Kita latih secara sedikit demi sedikit, meskipun tidak mudah. Santri di pesantren misalnya, sudah waktunya menggunakan waktu luangnya secara disiplin untuk muthala’atul kutub, menulis karya, bahtsul masail, dan kegiatan lain yang bermanfaat. Santri di Nahdlatul Ulama sudah saatnya disiplin dalam menerapkan hasil musyawarah dalam mengemban amanat organisasi supaya mampu memberikan kemanfaatan sebesar-besarnya kepada umat dan bangsa.[BA]

الي روح الشيخ العالم العلامة الفقيه الأصولي الحاج محمد أحمد سهل محفوظ ووالديه ومشايخه الفاتحة … أمين

Dr. H. Jamal Makmur AS., M.A.
Penulis, Wakil Ketua PCNU Kabupaten Pati, dan Peneliti di IPMAFA Pati

    Rekomendasi

    1 Comment

    Tinggalkan Komentar

    More in Kisah