Bisakah Pondok Pesantren Menerapkan Pendidikan Via Daring

Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan islam tertua di Indonesia yang memberikan kontribusi di bidang ilmu keagamaan dan sosial. Dalam catatan yang ada pesantren sudah ada sejak sebelum kemerdekaan Indonesia yakni tahun 1596.

Pondok pesantren di Indonesia memiliki peran yang sangat besar, baik bagi kemajuan Islam maupun bangsa Indonesia sendiri. Keilmuan agama Islam yang begitu beragam dapat dipelajari dengan utuh di pesantren. Bahkan, ilmu itu tak akan kita jumpai di sekolah-sekolah yang mendalami ilmu agama layaknya pesantren.

Meski begitu, pesantren bukanlah  lembaga pendidikan yang mengedepankan pengajaran keilmuan (transfer of knowlege) tapi lebih mengedepankan pengajaran akhlak yang dilakukan secara langsung atau praktik.

Pernah suatu pagi setelah jamaah subuh saya mendapat dawuh dari Bu Nyai  untuk membersihkan rumahnya karena pagi itu akan ada tamu istimewa. Meski kantuk berat, karena malamnya saya ronda saya tetap melaksanakan dawuh tersebut. Sebagai santri tentu akan menaati dawuh gurunya. Dan patuh terhadap guru adalah salah satu akhlak santri. Dan itu adalah salah satu praktik langsung pembelajaran akhlak di pondok pesantren.

Sebagaimana ungkapan sayyidina ali dalam kitab Ta’lim al-Muta’alim, kitab yang amat amat populer di kalangan pesantren yang berbunyi Ana Abdu Man Allamani, Walau Harfan Wahidan artinya, Aku adalah hamba bagi siapapun yang mengajarkanku walau satu huruf saja.

Selain patuh dengan guru, di pesantren juga diajarkan untuk saling menghargai perbedaan pendapat. Pelajaran menghargai perbedaan pendapat diimplementasikan secara langsung dalam musyawarah pesantren.

Musyawarah adalah sistem pengajaran dengan cara mendiskusikan pelajaran yang akan atau sudah diberikan oleh guru secara berkelompok. Biasanya musyawarah mendiskusikan masalah-masalah-masalah fikih yang ada di sekitar masyarakat. Dalam musyawarah setiap orang boleh mengemukakan pendapatnya. Kelompok lain juga boleh menyanggahnya. Tentu dengan cara yang baik dan benar. Setelah musyawarah selesai biasanya santri-santri saling bersalaman sebagai tanda kerukunan antar kelompok meski berbeda pendapat.

Baca Juga:  KH Bisri Syansuri; Inisiator Pendidikan Pesantren Putri

Karena Perbedaan adalah hal yang biasa. Berpendapat dengan argumen, dalil, keilmuan itu adalah tradisi ulama turun temurun sejak dulu. Yang lebih penting dari ilmu, adalah akhlak.

Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan baik. Untuk menerapkan akhlak perlu dilakukan praktek langsung atau face to face.

Di masa pandemi ini semua kegiatan dilakukan dari rumah. Kebijakan physical distancing untuk memutus penyebaran wabah COVID-19, memaksa seluruh lembaga pendidikan dari face to face dirubah menjadi sistem online dalam skala nasional tak terkecuali pesantren.

Di pesantren tempat saya nyantri, pembelajaran kitab dan pengajian dilakukan lewat aplikasi YouTube dan Spoon radio. Karena pesantren saya juga pondok berbasis tahfidzul Quran, setoran hafalan Al-Quran dilakukan lewat WA yang diampu oleh ustazah masing-masing.

Tapi sayang, tak semua pembelajaran dapat dilakukan dengan sistem online. Mungkin transfer pengetahuan (knowlege) keagamaan ataupun pembelajaran mengaji bisa dilakukan dengan sistem online, tapi pembelajaran akhlak tak bisa dilakukan dengan sistem online karena harus dilakukan secara praktik dan face to face.

Meskipun kini New Normal sudah mulai diberlakukan di beberapa daerah, tapi tetap saja, jika suatu saat ada ada kasus santri yang terpapar virus corona seperti yang terjadi di Pondok Pesantren Al-Fattah Temboro, Magetan Jawa Timur kegiatan pesantren akan diberhentikan dan seluruh santri akan dipulangkan.

Jadi, mungkin pembelajaran pesantren bisa dilakukan  dengan sistem online, tapi tapi tidak efektif. Karena pesantren bukan melulu tentang pengetahuan agama  tapi juga tentang pembelajaran sosial berupa akhlak.

Karena pesantren amat menjunjung tinggi maqolah Al adabu fauqal ilmi yang artinya adab itu lebih utama dari ilmu. [HW]

Muhamad Ulinnuha
Santri Pondok Pesantren An-Nur Ngrukem Yogyakarta

    Rekomendasi

    1 Comment

    1. […] dari anak-anak habis belajar daring lansung gass game online, jika dilihat dari sisi waktunya belajar daring kisaran 30 menit-1 jam, sedangkan main game online bisa 2-3 jam atau mungkin lebih.  Hal ini harus […]

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini