Musik dan Nyanyian

Al-Isfahani, dalam bukunya yang terkenal Al-Aghani (Nyanyian), mengatakan bahwa selama penyebaran Islam di berbagai wilayah: Arabia, Persia, Turki dan India, musik berkembang sangat pesat, sebagai sarana dakwah.

Di Indonesia, Sunan Kalijaga, seorang sufi besar adalah orang yang berhasil mengislamkan masyarakat Jawa yang masih menganut agama Hindu dan Budha, melalui musik. Lirik-lirik lagu yang diciptakannya, seperti Lir Ilir atau Tombo Ati berisi nilai-nilai spiritualitas yang tinggi dan mengungkapkan ajakan kemuliaan hidup berdasarkan ajaran-ajaran Agama.

Maka meski Beethoven, Mozart, Chopin, Bach, Debbusi atau yang lain-lain hanya mengalunkan dengan gesekan-gesekan biola, atau dengan menekan tuts-tuts pianonya, tanpa kata-kata, akan tetapi suara-suaranya menyembunyikan makna-makna yang dalam tentang hidup, kehidupan dan tentang semesta. Boleh jadi musik justru jauh lebih memberikan makna yang tak mungkin dituliskan dengan huruf-huruf dan dilukiskan oleh kata-kata. Ia sanggup menciptakan imajinasi-imajinasi intelektual dan spiritual yang luar biasa.

Memahami suara-suara seperti itu memang tak mudah bagi pada umumnya orang. Akan tetapi tidak bagi pikiran-pikiran yang jauh dan bagi jiwa-jiwa yang tercerahkan. Gus Dur adalah bagian dari kelompok ini. Baginya gubahan-gubahan musik klasik para maestro dunia di atas mengandung makna-makna spiritual yang mendalam. Lebih dari sekedar kesenangan pribadi pada musik-musik seperti ini, bagi Gus Dur, mengutip kata-kata Beethoven, “seni menyatukan semua orang”. Musik, seperti dikatakan banyak orang, adalah universal. Musik, seperti cinta, tak punya agama. Ia dapat dinikmati siapa saja, agama apa saja, dan di mana saja, di setiap bangsa dan Negara, dan budaya. Ia merupakan kekuatan untuk menyatukan dunia. Dan Gus Dur dan Maulana Jalal al-Din Rumi terlalu berhasrat pada cita-cita ini. [HW]

Husein Muhammad
Dr (HC) Kajian Tafsir Gender dari UIN Walisongo Semarang, Pengasuh PP Darut Tauhid Arjowinangun Cirebon, Pendiri Yayasan Fahmina Institute

Rekomendasi

Sarung Kebangsaan
Santri

Sarung Kebangsaan

Belakangan, serban, gamis dan tasbih acapkali disalahgunakan oleh pseudo ulama, dai karbitan dan ...

Tinggalkan Komentar

More in Opini