Puasa Ramadan adalah salah satu ibadah khas yang membutuhkan upaya penuh perjuangan. Ibadah yang melibatkan raga, jiwa, dan spirit secara total. Tidak setengah-setengah. Bisa dibilang Ramadan adalah bulan perjuangan untuk berhijrah dari satu posisi ke posisi lain yang lebih baik. Dengan akhir pencapaian derajat takwa yang lebih baik. Dengan begitu Puasa Ramadan bukan lagi sebagai beban, melainkan sebagai kebutuhan untuk meraih tempat yang lebih terhormat dan diridai Allah.
Seandainya tahun tidak ada suatu waktu, apalagi dengan rentang waktu satu bulan, untuk berintrospeksi atau berkontemplasi, maka hidup kita bisa kebablasan. Hidup kita tidak terkontrol, sehingga bisa tersesat yang bisa mengakibatkan hidup kita menuju kerusakan dan kehancuran, bahkan kebinasaan. Oleh karena itu, kita bersyukur sebagai hamba Allah swt yang secara pasti kita memiliki waktu satu bulan yang bisa kita manfaatkan untuk bermuhasabah dan berjuang memperbaiki berbagai hal dalam kehidupan kita, sehingga hidup kita lebih mulia.
Pertama, berjuang melawan hawa nafsu. Pada hakekatnya perjuangan yang berat bukanlah melawan musuh yang menggunakan senjata api atau senjata modern, melainkan melawan hawa nafsu. Dengan puasa diharapkan mampu menaklukkan nafsu amarah, nafsu seksual, dan nafsu serakah yang bisa merendahkan martabat manusia. Nafsu-nafsu yang demikian itu bila dibiarkan bisa menghancurkan diri kita sendiri dan orang lain. Oleh karena itu dengan niat yang bersih, setiap tahun kita hajatkan untuk berjuang melawan hawa nafsu.
Kedua, berjuang melawan dosa. Melalui puasa Ramadan kita tunjukkan perjuangan kita melawan dosa dan maksiat yang bisa merusak badan dan pribadi kita. Bahkan tidak jarang dosa dan maksiat itu juga bisa mengganggu dan merusak masyarakat. Dengan puasa kita berjuang keras menghentikan perkataan dan perbuatan dosa dan berbau maksiat. Dengan begitu perilaku kita tergiring menuju takwa.
Karena puasa kita juga merupakan perjuangan tegakkan amar makruf nahi munkar. Dalam QS Ali Imran:110, yang berbunyi “Kuntum khaira ummatin ukhrijat lin-nāsi ta`murụna bil-ma’rụfi wa tan-hauna ‘anil-mungkari wa tu`minụna billāh”. Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”.
Ketiga, berjuang melawan kebodohan. Bulan Ramadan juga bisa menjadi simbol turunnya wahyu pertama kepada Muhammad saw. Dengan wahyunya yang diawali dengan IQRA, bisa menjadi simbol perintah kepada untuk terus menuntut ilmu. “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim dan muslimah sejak dari ayunan hingga liang lahat“. (HR. Ibnu Majah). Umat manusia, terutama Islam tidak boleh merasa aman dengan tanpa belajar. Minimal tadarus Al Qur-an dan belajar ilmu lainnya untuk bisa menunaikan amanah-Nya sebagai hamba-Nya dan khalifah fil ardhi. Dengan begitu diharapkan mereka bisa keluar dari kebodohan, maka mereka harus berjuang dengan belajar dan belajar. Mengasah terus dengan belajar untuk melek hidup, melek teknologi dan melek digital.
Keempat, berjuang melawan sakit/penyakit. Setiap orang pasti berharap hidup sehat, tanpa sakit. Sakit itu kadang-kadang tampak, kadang-kadang tersembunyi. Tahu-tahu sudah sudah parah. Karena itu setiap orang perlu memiliki kecakapan diri terkait dengan soal kesehatan. Untuk itu setiap manusia perlu berikhtiar untuk sehat, yang salah satunya dengan berpuasa. “Shumu Tashihhu” yang artinya “Puasalah niscaya kamu akan sehat“. Puasa dengan segala perjuangan, tidaklah mudah bagi orang yang bekerja keras di siang hari. Tidak sedikit yang membatalkan karena tidak mampu mengatasi lapar dan dahaga. Namun dengan niat yang bersih dan bersungguh-sungguh puasa bisa dijalani dengan baik. Harapannya dengan dengan puasa, tidak hanya bersifat kuratif, melainkan juga bersifat preventif. Semoga dengan puasa juga bisa dimanfaatkan berzikir dan berdoa sebagai usaha vertikal untuk mohon kesembuhan dari Allah, umumnya semua yang terkait dengan berbagai penyakit, terutama yang kena Covid-19, karena hakekatnya penyakit dan obatnya dari Allah swt. Di samping itu ada potensi doa diijabahi, senyampang masih dalam suasana berpuasa.
Kelima, perjuangan melawan kemiskinan. Ramadan merupakan saat yang tepat untuk berjuang mengentaskan kemiskinan, karena Ramadan momentum yang tepat untuk membersihkan diri dan harta, baik melalui zakat, infak, maupun sedekah dengan pengelolaan yang baik dan bertanggung jawab. Apalagi bisa diarahkan pembagiannya untuk yang bersifat produktif, bukan konsumtif. Kecuali mustahik yang benar-benar membutuhkan penyantunan karena ketidakberdayaannya.
Ramadan sebagai bulan perjuangan, bukan lagi bersifat personal, melainkan juga bisa bersifat kolektif. Karena perjuangan kolektif seringkali menunjukkan kekuatan dan kemampuan untuk meraih sukses. Kita sangat berharap bahwa Ramadan dengan spirit perjuangan memiliki impact kebaikan yang lebih luas dan berjangka waktu yang selama mungkin. Yang utama bahwa puasa Ramadan bisa membangkitkan semangat untuk maju meraih capaian hidup yang terbaik, sebagai hamba Allah yang taat dengan nilai-nilai agama, sehingga hidupnya bisa lebih bermakna dan bermanfaat. [HW]