Saat catatan ini ditulis, saya baru saja datang dari Seiwun untuk mengikuti salah satu rangkaian Haul Akbar Al-Habib Ali Bin Muhammad Al-Habsy yang puncaknya akan diadakan besok sore jam 16:30 waktu Hadhramaut. Dalam acara Khotm + Pembacaan Manaqib Shohibul Haul di Kubah makam Imam Al-Habsy tadi, saya mendengar sebuah keterangan, bahwa salah satu keunikan dan keistimewaan Habib Ali Al-Habsy adalah keharuman nama dan kemasyhuran beliau yang justru lebih meluas setelah beliau wafat, meskipun ketika masih hidup beliau sudah menjadi sosok waliyullah yang tersohor dimana-mana.
Haul beliau adalah salah satu bukti nyatanya, beliau termasuk dari segelintir wali-wali Allah yang haulnya tidak hanya diperingati di satu titik saja. Uniknya, acara peringatan hari wafat beliau tiap tahunnya (baik di Seiwun ataupun Haul Solo) selalu dipadati ummat Islam dari segala penjuru. Haul beliau di Seiwun bisa jadi merupakan Haul terbesar dan paling meriah di Hadhramaut atau bahkan se- Antero Yaman. Haul beliau di Solo ? Jangan tanyakan lagi. Bahkan mereka yang dari luar Indonesia pun banyak yang datang untuk mengambil berkah Haul Habib Ali versi Solo tiap tahunnya. Belum lagi karya-karya beliau wabil Khusus Maulid Simtuddhuror yang dibaca dan disenandungkan di berbagai penjuru dunia..
Yang perlu kita renungi.. Apa kiranya yang membuat Habib Ali bisa meraih semua kemuliaan itu? yang menjadikan nama beliau selalu disebut, dielu-elukan dan tak pernah lekang oleh waktu sampai detik ini?
Meski tentu Allah yang lebih mengetahui rahasia kemuliaan itu, saya meyakini bahwa kunci kemuliaan Habib Ali Al-Habsy adalah kekuatan doa seorang Ibu, Ditambah bakti beliau kepada Sang Ibunda yang sangat tulus dan luar biasa
Sejak kecil Habib Ali sudah ditinggal sang Ayah Habib Muhammad Bin Husein yang ditugaskan oleh Habib Abdullah Bin Husain Bin Thohir untuk mengajar di Kota Mekkah. Ketika itu sang ibu, Hubabah Alawiah Bint Husein Al-Jufri yang memikul tanggung jawab untuk merawat dan mendidik Habib Ali. Salah satu kebiasaan beliau ketika masih kecil, setiap kali bertemu dengan seorang ulama, beliau pasti akan segera pergi pada ibunya lantas berkata :
” Ummah.. doakan aku supaya bisa menjadi seperti beliau ”
Sang Ibu dengan senang hati mendoakan dan mengamini. Bahkan ketika kelak Habib Ali sudah menjadi seorang ulama besar dengan ribuan murid dan pengikut, setiap kali selesai mengajar dalam suatu majlis di rumahnya, beliau selalu meminta Sang Ibunda (yang duduk di dalam rumah) untuk menutup majlis dengan doa dan fatihah.
Bakti dan cinta Habib Ali yang luarbiasa kepada ibunya pernah beliau ungkapkan dalam sebuah ucapan :
” ما أحسب أن معي شيئ أو أملك شيئ و أمي في قيد الحياة.. فما أملك كله حقه.. و لو إدعت أمي رقي و خرجت و باعتنا في السوق ما بأنكر ”
” Aku tidak pernah merasa mempunyai sesuatu atau menganggap diriku memiliki sesuatu selama ibuku masih hidup. Bagiku semua yang aku miliki adalah milik beliau. Dan andaikan ibuku mengatakan bahwa aku adalah budak lalu kemudian beliau membawaku ke pasar untuk dijual maka aku tak akan pernah menolak dan mengingkarinya ”
Ucapan tulus seorang ibu memang memiliki kekuatan yang luar biasa. Konon dulu ketika Habib Umar masih bayi, Ibu beliau Hubabah Zahro selalu mengulang-ulangi kata :
” Dai.. Dai.. Dai.. “ sambil menggendong dan menimang Habib Umar.
Begitu juga ketika beliau menggendong dan menimang putranya, Habib Ali Masyhur kakak Habib Umar yang menjabat sebagai Mufti Tarim sekarang. Beliau selalu mengulang-ulangi kata :
” Mufti.. Mufti.. Mufti.. “Sekali lagi jangan pernah meremehkan ucap dan doa seorang ibu, doa tulus seorang ibu bahkan bisa menembus tujuh tabir langit sebagaimana dijelaskan oleh para ulama. Habib Ali Al-Habsy yang esok akan kita hadiri haulnya dan banyak sosok hebat lainnya adalah sebagian dari bukti nyatanya.
[…] https://pesantren.id/habib-ali-al-habsy-dan-kekuatan-doa-seorang-ibu-1787/ […]