Kehadiran anak berbakat seharusnya diterima sebagai suatu anugerah “gift”, sehingga pada akhirnya bisa memberikan kemanfaatan bagi dirinya maupun orang lain. Namun kenyataannya tidak sedikit kehadirannya diabaikan, karena banyak yang berkeyakinan bahwa dengan bakat dan kemampuannya itu mereka bisa mengatasi sendiri. Padahal tidak jarang di antara mereka menjadi nakal dan beban orangtua dan masyarakat. Untuk bisa menjadikan mereka dapat berkembang optimal, ada sejumlah issue yang penting mendapat perhatian.

Pertama, anak berbakat seharusnya dididik, bukan hanya diajar saja. Anak berbakat akademik untuk bisa tumbuh dan berkembang optimal tidak cukup hanya diajar dengan sebaik-baiknya, sehingga meraih prestasi akademik tertinggi, mencapai ranking terbaik dan meraih IPK straight 4.00. Tetapi anak berbakat akademik sebagai suatu pribadi utuh sangat memerlukan bimbingan, asuhan dan latihan, sehingga semua aspek bisa berkembang secara seimbang dan optimal. Dengan begitu mereka tidak hanya diberi hard skills saja melainkan juga soft skills secara proporsional.

Kedua, untuk mendidik anak berbakat dibutuhkan guru yang bersertifikasi, guru profesional. Guru profesional diharapkan bisa mengenali karakteristik anak berbakat, sehingga mereka bisa dengan mudah memenuhi kebutuhan mereka. Guru bisa juga menentukan pendekatan pendidikan dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan anak berbakat. Yang pada akhirnya pendidikan dan pembelajaran mampu tunjukkan efektivitasnya.

Ketiga, pentingnya proses identifikasi. Identifikasi adalah suatu tahapan penting. Untuk mengenali identitas dan jati diri. Mengenali potensi, kondisi, dan kebutuhan. Dengan melakukan identifikasi sedini mungkin, kita dapat melakukan intervensi yang lebih tepat sedini mungkin. Terlebih-lebih proses identifikasi dapat dilakukan oleh ahlinya dan institusi yang kredibel. Dengan begitu bisa berpeluang besar memperoleh tindakan dan pendidikan yang tepat dari satu fase ke fase berikutnya.

Baca Juga:  Ki Hadjar Dewantara dan Pesantren

Keempat, dukungan pendanaan untuk terciptanya layanan pendidikan yang ideal. Kata orang Jawa, “JER BASUKI MOWO BEO”. Untuk sukses sangat tergantung pada dukungan dana. Dana untuk pembinaan, dana untuk latihan dan dana untuk eksibisi. Besarnya biaya sangat tergantung pada bidang keberbakatan dan target yang diraih. Persoalan biaya bisa menjadi tanggung jawab sendiri atau orang tua, atau donatur yang tertarik, atau institusi yang memang memiliki amanah CSR. Yang penting pengembangan keberbakatan jangan sampai berhenti hanya disebabkan oleh keterbatasan pendanaan.

Kelima, persoalan tentang perlakuan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan (equity). Keragaman bakat dan kemampuan, tidak cukup hanya sekedar dipenuhi dengan asal mendidik. Mendidik dan membelajarkan harus benar-benar sesuai dengan bakat dan tugas perkembangan. Bahkan tindakannya seharusnya dilakukan pada momentum yang tepat. Tidak cukup dengan formalitas. Di sinilah akhirnya pilihan pendekatan kirikulum yang tepat untuk mereka adalah Kurikulum Berdiferensiasi (Individualized Educational Programs).

Keenam, adanya tuntutan berinovasi. Keunggulan anak berbakat tidak boleh dibiarkan sia-sia. Sia-sia karena kehidupannya dibiarkan dan diabakan tanpa ada sentuhan dan pembinaan yang berarti. Karena itu keunggulannya harus bisa diupayakan, sehingga dapat menunjukkan hasil yang terbaik. Di era kini dan mendatang, anak berbakat harus diarahkan potensinya untuk menghasilkan berbagai inovasi. Dengan hasil inovasi sesuai dengan potensi dan jamannya, kehadiran anak berbakat menjadi lebih beramakna dan bermaslahat.

Demikianlah beberapa issu penting terkait dengan pembinaan anak berbakat. Anak berbakat merupakan modal sosial yang sangat berharga. Merupakan investasi yang tinggi nilainya. Menjadi tanggung jawab kita semua, orangtua, pendidik, para ahli terkait, para tokoh masyarakat, dan para pebisnis untuk bisa berkolaborasi dalam mengantarkan perjalanan hidup anak berbakat, sehingga mereka bisa tumbuh dan berkembang optimal. Dengan begitu diharapkan mereka bisa menjadi agen perubahan. Berkontribusi untuk menjadikan generasi yang lebih baik. Generasi yang tidak hanya berorientasi untuk raih hidup bahagia di dunia, melainkan juga di akhirat. [RZ]

Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.
Beliau adalah Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Anak Berbakat pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Ia menjabat Rektor Universitas Negeri Yogyakarta untuk periode 2009-2017, Ketua III Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) masa bakti 2014-2019, Ketua Umum Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI) periode 2011-2016, dan Ketua Tanfidliyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY masa bakti 2011-2016

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini