Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi’i, yang sering disebut Imam Ghazali, lahir di Thus; 1058 / 450 H – wafat di Thus pada 19 December 1111 / 14 Jumadil Akhir 505 H; umur 52–53 tahun). Dari nama lengkapnya dibubuhkan gelar asy-Syafi’i yang menunjukkan bahwa beliau bermazhab Syafi’i. Ia berasal dari keluarga yang miskin. Ayahnya mempunyai cita-cita yang tinggi yaitu ingin anaknya menjadi orang alim dan saleh. Imam Al-Ghazali adalah seorang ulama, ahli pikir, ahli filsafat Islam yang terkemuka yang banyak memberi sumbangan bagi perkembangan kemajuan dan peradaban manusia. Beliau pernah memegang jabatan sebagai Naib Kanselor di Madrasah Nizhamiyah, pusat pengajian tinggi di Baghdad.

Imam Al-Ghazali telah mengembara ke beberapa tempat seperti Mekkah, Madinah, Mesir dan Jerusalem untuk berjumpa dengan ulama-ulama di sana untuk mendalami ilmu pengetahuannya yang ada. Dalam pengembaraan, dia menulis buku di bidang Tasawwuf, yaitu kitab Ihya Ulumuddin yang memberi sumbangan besar kepada masyarakat dan pemikiran manusia dalam semua masalah. Dalam bidang Filsafat, buku yang telah ditulis berjudul Maqasid al-Falasifah dan Tahafut al-Falasifah. Sedangkan bidang Logika, buku yang ditulis berjudul Mi’yar al-Ilm,(The Standard Measure of Knowledge).

Imam Al-Ghazali pernah memberi nasihat kepada murid beliau tentang apa yang paling dekat, paling jauh, paling berat, paling besar, paling ringan, paling tajam, paling sulit, dan paling sering dilupakan. Jika kita renungkan, nasehat ini adalah nasehat yang sangat sarat makna. Jika seorang muslim menyadari apa yang disampaikan oleh Imam al-Ghazali, Insya Allah ia akan menjadi muslim yang baik di dunia dan akhirat.

Berikut nasehat penuh makna Imam al-Ghazali, yaitu:

Pertama, Yang Paling Dekat ialah Mati.
Imam al-Ghazali pernah bertanya kepada murid-murid beliau tentang apa yang paling dekat dengan kita dalam kehidupan ini. Di antara murid-murid beliau ada yang menjawab orang tua, guru, teman,dan kerabatnya. Imam al-Ghazali kemudian menjelaskan bahwa yang paling dekat dengan adalah “Mati”, karena mati itu janji Allah yang pasti akan menimpa semua insan bernyawa dan kapan saja. Firman Allah SWT, dalam QS, Ali Imran 185, yaitu

Baca Juga:  Prediksi Imam Ghazali Tentang Ujian Iman Generasi Milenial (2)

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

Artinya : “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.”

Selain itu ditegaskan juga dalam QS, Al A’raaf:34, yaitu:

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

Artinya :”Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu, maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.”

Kedua, Yang Paling Jauh adalah Masa Lalu.
Imam al-Ghazali menjelaskan yang paling jauh adalah masa lalu, karena bagaimanapun caranya, kita tidak bisa kembali ke masa lalu, karena itu jangan membanggakan kebaikan di masa lalu. Teruslah meningkatkan kebaikan untuk hari ini dan esok hari.

Ada peribahasa arab yang mengatakan :

الوَقْتُ كَالسَّيْفِ إِذَا لَـمْ تَقْطَعْهُ قَطَعَكَ

Artinya: “Waktu bagaikan pedang jika kamu tidak memotongnya, maka dia yang akan memotongmu.”

Jika kita tidak disiplin menjaga waktu, maka kita akan menjadi korban waktu. Katakanlah, jika kita abaikan waktu, maka kita bisa ketinggalan kereta atau pesawat. Bahkan bisa jadi kena DO dari tempat kuliah program sarjana atau program profesi.

Ketiga, Yang Paling Besar adalah Nafsu.
Masalah paling besar yang harus kita hadapi ialah Nafsu. Acapkali Nafsu menjerumuskan manusia ke jurang nista hingga kehidupannya di dunia hancur, dan azab menunggu setelah kematian. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghazali, bahwa yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah “nafsu”.

Sebagaimana firman Allah swt dalam QS. Al A’raf 179, sbb:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ “

Baca Juga:  Selamat Harlah GP Ansor ke 88, Riwayat Drumband GP Ansor: Syiar Islam dan Sarana Propaganda

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”

Adapun ayat lain yang bisa menguatkan tentang nafsu tercantum dalam QS Yusuf: 53, yang artinya: “Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang.”

Keempat, Yang Paling Berat adalah Menanggung Amanah.? Tumbuh – tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mau menerima ketika Allah Swt. meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini, tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga menyebabkan manusia banyak masuk neraka karena tidak sanggup menanggung Amanah.

Tapi yang paling berat adalah “memegang amanah”, sebagaimana firman Allah swt QS. Al Ahzab: 72, yaitu:

إِنَّا عَرَضْنَا الأمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الإنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولا

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”

Kelima, Yang Paling Ringan Ialah Meninggalkan Shalat. Hanya karena kesibukan kecil, manusia rela meninggalkan shalat. Padalah shalat adalah tiang agama. Jika manusia hanya hidup untuk mencari makan dan kesenangan maka tidak ada bedanya manusia dengan binatang.

Dalam sabda Nabi Saw menerangkan bahwa yang membedakan antara orang muslim dan kafir ialah sholat. Allah memberikan ancaman kepada orang yang meninggalkan sholat sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Mudatsir : 42-43, sebagai berikut:

Baca Juga:  Manusia Jawa dan Islam (Seri ke-2)

مَا سَلَكَكُمْ فِيْ سَقَرَ ، قَالُوْا لَمْ نَكُ مِنَ المُصَلِّينَ

“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)? Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat.”

Keenam, Yang Paling Tajam ialah Lidah
Dengan Lidah manusia menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya. Kita sering mendengar pepatah bijak mengenai bahaya lidah, yaitu: “Kalau pedang melukai tubuh ada harapan akan sembuh, tapi kalau lidah melukai hati kemana obat hendak dicari”

Sebagaimana pepatah arab mengatakan:

سَلاَمَةُ الإِنْسَانِ فيِ حِفْظِ اللِّسَانِ

Artinya :”Keselamatan manusia itu dalam menjaga lidahnya (perkataannya).”

Ketujuh, Yang Paling Sulit adalah Ikhlas,
Mampu menerima kenyataan yang tidak kita sukai itulah keikhlasan.
Allah SWT dalam QS Al Bayyinah: 5 berfirman:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ

Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allâh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus”.

Kedelapan, Yang Paling Sering Dilupakan adalah Bersyukur. Jika kita bersyukur, maka Allah SWT akan menambah nikmat-Nya. Jika kita berbuat kufur, ingat bahwa siksa Allah SWT itu pedih. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS Ibrahim:7, yang berbunyi:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.

Masih banyak lagi nasihat Imam Al Ghazali yang bisa dipetik manfaatnya. Untuk sementara ini cukup disajikan nasihat yang ini saja, semoga nasihat ini memiliki nilai motivatif yang mampu meningkatkan semangat kita untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan harapan dapat menyelamatkan hidup kita, yang sekaligus mampu antarkan kita meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.
Beliau adalah Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Anak Berbakat pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Ia menjabat Rektor Universitas Negeri Yogyakarta untuk periode 2009-2017, Ketua III Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) masa bakti 2014-2019, Ketua Umum Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI) periode 2011-2016, dan Ketua Tanfidliyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY masa bakti 2011-2016

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Ulama