Rombongan Daulat Budaya Nusantara akhirnya sampai di Aceh, ini adalah titik paling barat dari rangkaian Ruwatan yang ke lima setelah awal Desember 2023 lalu di Pulau Alor, di batas timur selatan Nusantara.
Pagelaran budaya kali ini akan menampilkan pertunjukan seni budaya dengan judul besarnya Pidie Negeri Mulia dan lakon yang dibawakan oleh Ki Dalang Sujiwo Tejo adalah Pohon Hayat Malahayati.
“Kami dari Jawa ini anak bungsu, kembali kepada Ibu kita di Aceh, menziarahi leluhur Nusantara dan merajut Daulat. Kami sangat senang sekali diterima oleh saudara saudara kami di Aceh sebagai bagian dari keluarga yang menjahit ingatan persaudaraan para leluhur kita” terang Gus Benny Zakaria, Pengasuh Pondok Alam Adat Budaya Nusantara.
Bersama dengan Sujiwo Tejo, pagelaran budaya yang bertepatan dengan Hari Ibu ini diawali dengan ziarah ke Makam Laksamana Keumalahayati sekaligus mengingat hari lahirnya pahlawan perempuan dari Aceh.
Laksamana Keumalahayati lahir pada tanggal 01 Januari 1550 dan meninggal pada tanggal 30 Juni 1615 pada saat melindungi Teluk Krueng Raya dari serangan Portugis yang dipimpin Laksamana Martim Afonso De Castro.
Ibu Rakyat Indonesia ini adalah potret perempuan pejuang Aceh yang melindungi segenap tumpah darah Nusantara. Dalam catatan sejarah, Laksamana Keumalahayati memimpin 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid) berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda tanggal 11 September 1599 sekaligus membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal. Dia mendapat gelar Laksamana untuk keberaniannya ini, sehingga ia kemudian lebih dikenal dengan nama Laksamana Malahayati Saat meninggal dunia, jasad Malahayati dikebumikan di bukit Krueng Raya, Lamreh, Aceh Besar.
Selain ke Makam Laksamana Keumalahayati, rombongan Daulat Budaya Nusantara juga berziarah ke Makam Sultan Mughayatsyah yang tidak lain adalah ayahanda dari Sayyid Abdurrahman Ar Rumi atau Sultan Hadlirin suami dari Ratu Kalinyamat yang memimpin Kerajaan Kalinyamat yang melawan Portugis dengan 300 Kapal Perang ke Malaka.
“Dalam lintasan sejarah Nusantara, Ratu Kalinyamat di Jawa adalah istri Sultan Hadlirin seorang pangeran dari Aceh. Ini artinya ada irisan kebudayaan yang sangat kuat antara Jawa dengan Aceh. Itulah sebabnya kami menggelar Pagelaran Budaya kolaborasi gamelan wayang dan seni budaya seperti Ratoeh Jaroe, Sedati, Sholawat, Seni Tutur Aceh, PMTOH dan Serunai Kali” tukas Gus Hamid Abdulloh, dari Dunia Santri Community.