Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Sang Penggagas Thariqat Qadiriyah

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani memiliki nama lengkap yaitu Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abu Shalih Musa Jankidaous bin Musa al-Tsani bin Abdullah bin Musa al-Jun bin Abdullah Al-Mahdi bin Hasan al-Mutsanna bin Hasan bin Ali ra, bin Abu Thalib. Beliau adalah putra dari seorang syarifah yang bernama Fatimah binti Sayyid Abdillah al-Shuma’i al-Zahid bin Ali Jamaluddin Muhammad bin Sayid Thahir bin Sayid Abi al-Atha’ Abdullah bin Sayid Kamaluddin Isa bin Alauddin Muhammad al-Jawad bin Sayid Ali Rihda bin Sayid Musa al-Khadim bin Sayid Ja’far al-Shadiq bin Sayid Muhammad al-Baqir bin Sayid Zainal Abidin bin Sayid al-Husain bin Sayid Ali bin Abi Thalib. Beliau lahir di desa Naif, Jailan yaitu di sebelah selatan laut kaspia, Iran pada tanggal 1 Ramadhan 470 H/1077 Masehi.

Beliau tumbuh dalam bimbingan kaum sufi yang kebiasaan hidupnya serba sederhana serta ikhlas.Ayahnya telah pergi meninggalkannya sejak beliau masih kecil. Pada usia yang sudah lanjut beliau menikah bahkan mempunyai empat istri yang shalehah semua. Beliau dikaruniai empat puluh sembilan buah hati.dengan sejumlah 20 orang anak laki-laki dan 29 orang anak perempuan.

Pendidikan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani

Syekh Abdul Qadir mulai kecil belajar agama di tempat kelahirannya. Hingga sekitar tahun 1095 M tepatnya saat menginjak umur 18 tahun, beliau tergerak hatinya untuk merantau ke kota Baghdad dengan tujuan untuk mencari dan menambah lebih banyak ilmu disana. Diantara guru-guru beliau adalah Ali bin Aqil al-Hambali yang merupakan guru di bidang Al-Qur’an, Abu Zakariya Yahya bin Ali at-Tibrisi merupakan guru di bidang adab, serta dalam bidang hadist beliau mendengarkan riwayat dari Abu Ghalib Muhammad bin Hasan Al-Baqillani dan masih banyak lagi guru-guru beliau yang lainnya.  Tak heran jika beliau dapat menguasai ilmu lahir dan batin.

Baca Juga:  Manaqib menurut Syaikh Abdul Qadir Al-jailani

Dimasa-masa belajarnya, Syekh Abdul Qadir Al-jailani sangat suka berjihad, gemar berpuasa dan enggan untuk meminta makanan pada siapapun walaupun dalam keadaan berhari-hari tanpa memakan apapun. Lalu selama dua puluh lima tahun beliau mengasingkan diri dari hiruk pikuk keramaian yang dalam kesehariannya beliau hanyalah menggunakan jubah dari bulu domba yang lusuh serta seuntai kain putih yang bertaut di kepalanya. Setiap hari beliau menerjang panas dan dingin di tanah Irak tanpa beralas kaki serta makan dan minum yang tak tentu.

Kehidupan sehari-hari Syekh Abdul Qadir Al-Jailani tanpa mengenal istirahat dan lelah. Beliau selalu berpuasa sepanjang tahun bahkan sebelum beliau berbuka puasa, beliau menyempatkan untuk menjamu tetangganya untuk makan malam. Beliau menggunakan waktu siang untuk mengabdi pada umat manusia, sedangkan malam harinya beliau gunakan untuk bermunajat atau mengabdi kepada Allah. Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mempunyai kepribadian yang baik seperti tawadhu’ terhadap sesama,  akhlaknya mulia, sabar dan yang lainnya.

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani memiliki karomah-karomah yang sulit dijangkau oleh akal manusia diantaranya adalah menghidupkan orang meninggal, buah apel yang jatuh dari langit, menghidupkan hewan yang mati, menaklukkan musuh dari jauh, terbang ke udara, membuat bangsa jin tunduk, menghentikan hujan dan lain-lain.

Karya-Karya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani

banyak sekali karya beliau seperti Tafsir al-Jailani, Al-Fathu ar-Rabbani wa al-faidh ar-Rahmani, as-Sholawat wa al-Aurad, Al-Rasail, Yawaqit al-Hikam Futuh al-Ghaib, Sirrul Asrar. Diantara karya-karyanya terdapat karya yang benilai tinggi yaitu Sirrul Asrar. kitab ini adalah kitab yang sarat dengan mutiara ilmu yang bisa menjadikan kita sadar darimana kita berasal serta kemana kita harus melangkah. Dari sekian banyak karya-karyanya hampir tidak dapat ditemukan sama sekali di seluruh perpustakaan di dunia.

Baca Juga:  Sekilas Sulthonul Auliya Syekh Abdul Qodir Jailani
Pandangan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani

Adapun pokok ajaran tasawuf akhlaqi Syekh Abdul Qadir Al-Jailani adalah sebagai berikut.

  1. Takhalli

Takhalli yaitu memurnikan diri atau membersihkannya dari segala bentuk perbuatan-perbuatan tercela serta menjauhi penyakit hati.

  1. Tahalli

Tahalli merupakan cara memperindah diri dengan melatih diri dengan sikap dan akhlak yang baik. Tahapan ini dilakukan oleh para sufi setelah jiwanya dikosongkan dari perkara-perkara yang tercela.

  1. Tajalli

Tajalli berasal dari kata tajalla  yang memiliki makna menyatakan diri. Dengan kata lain jika seseorang berhasil melalui tahap takhalli dan tahalli maka akan sampai pada tahapan tajalli. Yang berarti tersingkapnya hijab dari sifat kemanusiaan atau terungkapnya cahaya tersembunyi ketika Nampak wajah Allah. Pencapaian tajalli ini melalui pendekatan dzauq dengan alat berupa hati.

Relevansi Konsep Pendidikan Spiritual Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Terhadap Pendidikan Islam di Indonesia

Kehidupan di era modern ini sangat berbeda dengan kehidupan masa lampau Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani. Namun, konsep pendidikan serta ajarannya masa sangat berkesinambungan dengan konsep pendidikan yang ada di Indonesia terutama di pondok-pondok pesantren salaf yang masih menggunakan metode yang ada pada zaman dahulu. Adapun relevansi mengenai konsep pendidikan antara lain, konsep akhlaq atau adab yang relevan dengan pendidikan di Indonesia karena sampai sekarang konsep tersebut masih dilestarikan di Indonesia karena adab itu diatas ilmu. Jika orang berilmu tanpa adab maka sia-sialah ilmu tersebut. Selain itu konsep ketauhidan pada masa Syekh Abdul Qadir Al-Jailani masih berkesinambungan dengan pendidikan islam di Indonesia karena konsep tauhid merupakan dasar dari pendidikan islam yang bertujuan untuk penyucian jiwa. Selain itu sifat-sifat terpuji Syekh Abdul Qadir Al-jailani seperti jujur, tawadhu’, bersungguh-sungguh, sabar dan yang lainnya perlu kita contoh dan kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari supaya kita terhindar dari perbuatan maksiat. []

Baca Juga:  Manaqib menurut Syaikh Abdul Qadir Al-jailani

 

DAFTAR PUSTAKA

Al-Barzanji. Al-Lujjain Al-Dain. Semarang: Toha Putera.
Al-Nadwi. (1969). Rijal Al-Fikri Wa’l-Da’wah fi’l-Islam. Kuwait: Dar al-Qolam.
Al-Sya’rani. Thabaqat al-Kubra.
al-Tadafi, S. M. Mahkota para Aulia: Syekh Abdul Qodir al-Jailani.
Anwar, M. S. (2002). Kamus Tasawuf. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Dhofier, Z. (1984). Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3ES.
Ensiklopedi. (1961). A History of Muslim Philosophy. New Delhi: Low Price.
Qodir, S. A. Rahasia Sufi. Yogyakarta: Beranda Publishing.
Said. (2003). Buku Putih: Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Jakarta: Darul Falah.

Syajarotin Aslin Nuronia
Mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Ulama