Kurikulum 2013 pada Kompetensi Inti (KI) pengetahuan telah menekankan pada empat hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran. Salah satunya adalah metakognisi. Metakognisi merupakan kemampuan seseorang untuk sadar pada proses berpikirnya. Teori Flavel (1979) yang menjadi rujukan Anderson (2009) menjelaskan lebih lanjut terkait metakognisi yakni sebuah kemampuan “berpikir mengenai berpikir” dan menyebutkan tiga aspek penting yakni strategi, tugas, dan diri.

Lebih jelasnya teori tersebut menekankan seseorang yang melakukan proses berpikir harus sadar pada apa yang sedang dipikirkannya. Baik strategi, tugas, dan kemampuan dirinya. Seorang yang melakukan proses berpikir harus mengetahui apa yang yang sedang dia pikirkan, bagaimana proses menyelesaikannya, dan bagaimana kemampuan dirinya dalam menyelesaikan hal tersebut.

Pada pembahasan dunia literasi, khususnya kegiatan pembelajaran dalam pendidikan. Pemeran pendidikan terpenting adalah siswa dan guru. Keduanya harus sadar pada kemampuan metakognisi yang dimiliki. Kesadaran tersebut sangat berpengaruh pada hasil pembelajaran. Selain itu, pentingnya literasi diperkuat dengan kurikulum 2013 yang menekankan pada kegiatan literasi. Telah disepakati oleh para ahli bahwa literasi adalah kemampuan yang sangat penting untuk proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai.

Teori Anderson tentang pentingnya metakognisi dalam pembelajaran dengan literasi adalah benang merah yang sangat berkaitan. Bukan hanya kemampuan pembelajar dalam membaca dan menulis. Literasi adalah kemampuan pebelajar dalam mengolah informasi yang diperolehnya, membandingkan, dan menyaring informasi yang sudah diperoleh.

Kesadaran berliterasi harus ditanamkan sejak dini, baik siswa maupun guru. Guru yang malas melakukan kegiatan literasi maka kemampuannya tidak akan bertambah dan mempersempit diskusi pembelajaran. Begitu pula seorang siswa yang berperan sebagai subjek pembejaran harus jauh lebih aktif untuk terus membuka cakrawala pengetahuan.

Baca Juga:  Belajar Cara Belajar di Hari Pendidikan Nasional

Selain itu, kemampuan menyampaikan gagasan, keberanian menjawab pertanyaan, dan dapat menghargai pendapat orang lain adalah salah satu bentuk penguasaan dalam berliterasi.

Keterkaitan tiga aspek metakognisi dengan literasi:

  1. Aspek Strategi

Pemeran proses pembelajaran (guru dan siswa) harus sadar bahwa strategi dalam melakukan literasi seperti apa yang sesuai dengan dirinya. Gagne menjelaskan bahwa strategi merupakan kemampuan dalam diri untuk berpikir, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah. Misalkan seorang guru yang akan mengajar dia merencanakan strategi yang baik agar siswa mampu melakukan kegiatan literasi di kelas.

  1. Aspek Tugas

Seorang siswa yang diberi tugas untuk membaca sebagaimana dalam buku teks terbitan kemendikbud harus menentukan bagaimana cara paling cocok untuk dirinya untuk menyelesaikan tugas tersebut. Misalkan ada siswa yang lebih suka menjawab soal pilihan ganda dan ada siswa yang lebih suka menjawab soal uraian. Keduanya memiliki pilihan tugas yang lebih disukai. Setiap individu harus memahami kemampuan dirinya.

  1. Aspek Diri

Aspek ini adalah yang terpenting karena seseorang harus memahami kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Dalam kegiatan berliterasi, sebagai contoh terdapat tugas untuk menyampaikan pendapat terkait novel yang telah dibaca. Ada siswa yang menyelesaikannya dengan mudah dengan langsung menuliskannya pada kertas. Ada pula siswa yang lebih mudah merekam pendapatnya dahulu pada gawai kemudian dia mentranskrip hasil rekaman tersebut dalam bentuk tulisan.

Dengan demikian, seseorang yang ingin memiliki kemampuan literasi harus memiliki kesadaran terlebih dahulu bahwa literasi merupakan hal penting yang harus dimiliki setiap individu. Tidak hanya seorang pembelajar, literasi penting bagi siapapun, terutama saat ini kita sudah memasuki era literasi digital. Literasi digital adalah kemampuan seseorang baik yang sudah berumur tua ataupun muda untuk mengolah informasi yang diperolehnya. Jika kemampuan literasi seseorang sudah baik, dia mampu menyaring hal buruk untuk tidak disebarkan kepada orang lain. Begitupun sebaliknya jika dia mendapatkan informasi baik, dia akan mengolah Kembali dan menyampaikan hal tersebut dengan bahasa yang sesuai dengan kaidah kesantunan berbahasa.

Baca Juga:  Eksistensi Literasi Santri Di Tengah Badai Digitalisasi

Selamat Hari Pendidikan, Mari Sadar Literasi Sejak Dini. [HW]

 

Alivia Nadatul Aisyi
Alumni Pesantren Nuris Jember, Editor Majalah Nuris, Mahasiswi Pascasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), founder @diksi_aisyi (perempuan berkata).

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini