Perempuan

Sayyidah Aisyah dan Keluasan Ilmunya #3

pixabay

Perempuan-perempuan mutiara itu sangat banyak bahkan tak terhitung jumlahnya. Bila bersamudera dalam buku A’lam an-Nisa’ serasa kealiman mereka sulit tertandingi. Tidak sedikit para kibar ulama, guru mereka adalah perempuan, Imam as-Syafi’i, Imam Bukhari, Imam as-Suyuthi, as-Syakawi, Imam al-Hafidz al-Mundziri, dan ulama-ulama hebat lainnya.

Asy-Syaukani dalam Nailul Authar memuji banyak perempuan yang alim dan periwayat hadis, “Tidak seorang pun mengatakan bahwa ada sebuah riwayat ditolak dari seorang perempuan, karena dirinya perempuan. Dan sangat banyak sunah yang diambil oleh umat yang perawinya adalah seorang perempuan (sahabiyah), dan tidak ada yang mengingkarinya, walau mereka hanya memiliki ilmu hadis yang sedikit”.

Hani’ Dhawuh dalam Faqihat ‘al-Lamna Fuqahah, Nisa’un Tulaqqa al-ilma ‘Ala Ayadihihinna Kibar ‘Ulama, menjelaskan tentang perempuan-perempuan yang menjadi guru dari ulama-ulama besar. Yaitu, Sayyidah Aisyah, beliau perempuan pertama yang sangat memahami ilmu agama (Faqihah) dan menjadi guru dari para sahabat sebagai tempat bertanya dari berbagai persoalan agama setelah wafatnya Nabi Muhammad saw.

Kemudian Syifa’ binti Abdullah yang dikenal sosok intelektual perempuan, dan termasuk penulis langka pada masanya. Ada pula, Khadijah Qairuniyah, Karimah binti Ahmad, Ummu Zainab al-Baghdadiyah, Umm Abdullah Zainab binti al-Kamal, Sakinah binti al-Husain, Karimah al-Maruziyah, Umm Hasan binti al-Qhadi dan masih banyak perempuan-perempuan hebat lainnya dalam berbagai disiplin ilmu.

Nabi dan Syariat Islam tidak pernah membeda-bedakan laki-laki atau perempuan dalam mendapatkan ilmu.

نِعمَ النساءُ نساءُ الأنصار لم يمنعهن الحياء أن يتفقهن في الدين”.
Sebaik-baik perempuan, adalah perempuan Anshar, mereka tidak malu untuk mengkaji dan mendalami Agama.

Tugas perempuan bukan hanya masak (memasak), macak (berdandan), manak (melahirkan), melainkan juga mencari ilmu, atau berhak menyerap ilmu. Bagaimana peran perempuan pada masa Nabi sungguh luar biasa. Kitab al-Qur’an pertama disimpan dan dijaga oleh seorang perempuan, Sayyidah Hafsah binti Umar bin Khattab, dan Nabi meminta asy-Syifa’ mengajari Hafsah menulis.

Baca Juga:  Hidup Bersama Al-Qur'an, Hadis, Islam dan Nasionalisme

Kembali kepada ke-aliman Sayyidah Aisyah, menurut Abu Ubaidah dalam Inayah an-Nisa bi al-hadis, Aisyah telah meriwayatkan banyak hadis dari Nabi Muhammad saw yang tak lain juga sebagai suaminya, juga dari Ayahnya, Abu Bakar ra, dari Umar bin Khattab ra, Fatimah az-Zahra ra, Sa’ad bin Abi Waqash ra, Hamzah bib Amr al-Aslami ra, dan Jadzamah binti Wahab ra, sebayak 2210 hadis

Halimi Zuhdy
Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, dan Pengasuh Pondok Literasi PP. Darun Nun Malang, Jawa Timur.

Rekomendasi

1 Comment

  1. […] dari pesantren.id dikatakan bahwa Asy-Syaukani dalam Nailul Authar memuji banyak perempuan alim dan periwayat hadis, “Tidak seorang pun mengatakan bahwa ada sebuah […]

Tinggalkan Komentar

More in Perempuan