Satu ketika ada seorang manusia, yang pasti bukan jin atau malaikat, ingin mendapat pekerjaan yang layak untuknya. Tidak cuma itu, ia juga ingin mendapatkan uang dengan gampang, juga dengan suatu pekerjaan yang ia anggap enteng dan tidak berat. Enak sekali keinginannya.
Untuk itu, ia melakukan “pedekate” pada Tuhan. Ia shalat malam dan berdoa kepada Allah dengan khusyuk. Dalam doanya ia menyeru: “Ya Allah, aku ingin dapat pekerjaan yang ringan, hanya dengan kipas-kipas saja uang datang kepadaku”. Sungguh enak nantinya kalau doanya menjadi kenyataan. Begitu pikirnya.
Tidak berapa lama, ternyata doanya dikabulkan oleh Allah. Sungguh Allah maha mendengar. Orang ini -sebut saja Harto- hanya dengan kipas-kipas di depan rumah, banyak orang datang kepadanya memberikan uang. Pekerjaan apa yang dia dapatkan? Dia menjadi Penjual Sate Kambing. Istrinya yang menyiapkan tetek bengeknya. Ia yang mengipasi daging yang sudah dipersiapkan sedemikian rupa.
Tidak berapa lama, ia bosan dengan pekerjaan itu dan merasa capek tiap hari mengipasi sate. Tangannya seminggu sekali harus dipijat oleh tukang pijat langganannya. Karena itu, ia ingin mencari pekerjaan yang lebih ringan lagi. Tanpa kipas-kipas. Biar tidak capek, begitu pikirnya.
Tiap hari ia salat malam, Tahajud dan Hajat. Tak lupa setelah salat ia berdoa: “Ya Allah berikanlah aku suatu pekerjaan yang mana ketika aku duduk dan diam saja uang sudah menghampiriku.” Ketika berdoa terkadang hingga menetes butiran air dari matanya.
Tidak ada yang tahu apa rahasianya, doa Harto sungguh mujarab. Keinginannya dikabulkan oleh Allah yang maha mengatur. Ia mendapat pekerjaan tanpa kipas-kipas dan tanpa perlu memijatkan tangannya seminggu sekali. Hanya duduk, diam, dan merokok (tak lupa kopinya), uang datang kepadanya. Tiap hari dan tiap waktu tanpa henti. Sungguh beruntung nasibnya. Sesuai permintaannya, ia diberi pekerjaan oleh Allah menjadi Penjaga Toilet.
Walaupun untungnya lumayan, tapi rasa-rasanya ia terlalu rendah mendapat pekerjaan sebagai penjaga toilet. Lagipula ia pernah mencicipi bangku kuliah. Meskipun tidak lulus. Yang penting tidak banyak yang tahu. Ia pun berpikir ingin ganti pekerjaan. Ia ingin mengenang seperti masa kuliah, banyak mahasiswi nempel dalam pelukannya. Sebelum usaha bapaknya bangkrut.
Maka ia ingin mendapat profesi yang lebih keren. Ia ingin digandrungi cewek-cewek seperti dulu waktu kuliah. Walaupun tidak harus mahasiswi. Ia tahu diri, ia sudah berkeluarga. Walaupun belum tua. Tapi ia masih ingin menikmati hidup dengan mendapat pekerjaan yang dikerubuti cewek-cewek. Ia akan sedikit memoles diri dan memotong rambutnya dengan rapi. Pasti menyenangkan, bayangnya. Tak lupa ia melakukan ritual malamnya seperti yang pernah ia lakukan sebelumnya.
Entah Harto yang luar biasa atau Allah memang sayang kepadanya, ia pun mendapat pekerjaan sesuai keinginannya. Tiap hari ia dikerubuti para wanita. Ada ibu-ibu yang sudah berumur, ibu-ibu separo baya, ibu-ibu muda, dan bahkan para mahasiswi yang ngekos di daerah itu. Sungguh, pulung nasibnya sangat bagus. Ia mendapat pekerjaan sebagai Tukang Sayur Keliling.
Ia mengira akan menjadi bos semacam pabrik rokok kretek yang mana akan banyak cewek yang melamar pekerjaan di sana. Ia juga akan punya banyak SPG yang keren-keren dan cantik-cantik. Juga yang aduhai. Ternyata perkiraannya meleset. Dari gunung ke jurang.
Secepat bayangan, Harto segera berdoa tiap tiap malam, agar diberikan profesi yang lebih baik dari sekedar tukang sayur. Pikirannya ia buang jauh-jauh soal cewek cantik, soal kipas-kipas, apalagi santai-santai sambil ngorok (ngopi dan ngrokok). Ia sekarang harus mau bekerja keras untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keinginannya. Ia mulai sadar. Maka kini ia ingin mendapat profesi yang lebih keren daripada yang telah dialaminya. Meskipun harus bekerja keras.
Harto ingin agar orang-orang bertekuk lutut padanya. Tidak hanya teman, tetangga, keluarga, Pak RT, Bu Camat, Pak Bupati, Bu Gubernur. Pokoknya ia ingin agar semua orang mau nurut kepadanya. Ia tidak memilih ingin menjadi presiden atau raja. Entah jadi apa pokoknya semua orang mau tunduk dan patuh pada perintahnya.
“Berdoalah kepadaku, niscaya Aku kabulkan” begitu kata Tuhan. Belum genap tujuh kali matahari terbit, ia telah diberikan profesi yang dahsyat itu. Paling tidak, satu kampung hanya Harto yang punya pekerjaan seperti ini. Semua orang mengikuti arahannya. Semua orang mau tunduk pada perintahnya. Tidak cuma sales, bos perusahaan, dosen, direktur. Bahkan bupati luar daerah pun bisa takluk kepadanya. Harto yang sekarang bukan lagi Harto yang dulu. Dulu ia kumus-kumus pegang kipas, jarang mandi walau di depan kamar mandi, kurang sehat meski jualan sayur. Kini ia lebih keren, memakai sepatu, baju seragam, ditambah rompi yang kelihatan lebih gagah. Di punggungnya tertulis “Juru Parkir”.
Profesi terbaik adalah pekerjaan kita sekarang ini yang telah diberikan oleh Allah. Seraya minta diberikan rezeki yang berkah, kita tidak usah mengeluh dengan profesi yang kita lakukan sekarang. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa datang. Sekarang pembantu, boleh jadi besok akan menjadi majikan. Sekarang sales, bisa saja kelak akan menjadi bos. Sekarang wakil gubernur, periode mendatang bisa saja naik menjadi gubernur. Sekarang rakyat mungkin saja lima tahun lagi naik (atau turun) menjadi wakil rakyat. Wallahu A’lam. [HW]