Pesantren Nurudl Dlolam Bangil, “Mercusuar NU”

Bangil adalah kota tua yang kaya dengan khazanah Islam serta beragam pondok pesantren. Setiap pesantren yang ada di Bangil memiliki ciri khas tertentu sebagai identitas dari lembaga tersebut. berbagai pondok pesantren yang ada di Bangil bisa dibilang kekuatan yang aneka ragam untuk berjuang melanjutkan risalah nabi Muhammad SAW. Keberagaman dari ciri khas serta kuatnya dalam berdakwah menjadikan pesantren-pesantren di kota Bangil cukup banyak pilihan sesuai karakteristik pesantrennya.

Pesantren Nurudl Dlolam Bangil bertempat di Bangil bagian selatan dekat dengan pasar baru. Pesantren tersebut sangat dekat dengan jalan utama arah ke pasar Bangil, sehingga banyak sekali dari kalangan sopir angkutan atau orang yang melakukan aktifitas pekerjaan sehari-hari singgah/istirahat di musholla pesantren Nurudl Dlolam. Tidak hanya sekedar istirahat, musholla pesantren yang berada di depan komplek tersebut menjadiakan sebuah tempat yang sangat mudah bagi siapapun yang ingin menunaikan sholat jika sudah waktunya.

Pendiri pesantren Nurudl Dlolam adalah KH. Anwar Siroj, berasal dari Boyolali Jawa Tengah. Berdirinya pesantren tersebut memiliki sanad rantai yang cukup panjang. Tidak se-sederhana yang dilihat orang (tiba-tiba ada pesantren dan ada seorang kyai, bunyai serta keluarganya). Sebagai pesantren yang kuat dengan etika ke”santri”annya, maka tentu terbangunnya (berdirinya) pesantren tersebut sangat sarat dengan sanad guru yang muttasil. Ini yang selalu menjadi ciri khas sekaligus standart umum bagi pondok pesantren ahli sunnah wal jama’ah annahdliyyah yaitu berdirinya pesantren tidak karena ada sebuah kepentingan, tetapi sanad juang li i’lai kalimatillah sesuai konsep Nahdlotul Ulama.

Kyai Haji Anwar selaku pendiri pesantren Nurudl Dlolam adalah murid dari Kyai Haji Mansur dari Popongan, sedangkan beliau (KH Mansur) adalah murid dari Kyai Haji Zainuddin Mojosari Nganjuk. Mbah Kyai Haji Zainuddin ini merupakan guru dari semua muassis Nahdlotul Ulama’. Sebuah perjalanan yang tidak pendek untuk mendirikan pesantren Nurudl Dlolam tersebut, karena melalui berbagai rangkaian tabaruk (memohon mendapatkan berkah/kebaikan yang bertambah) dalam tiap sudut pencarian ilmu yang dilakukan oleh Kyai Haji Anwar (pengasuh dan pendiri pesantren Nurudl Dlolam).

Baca Juga:  Ketua NU Jakpus : Kepedulian Adalah Sumber Kebahagiaan

Setelah berguru kepada Kyai mansur, Kyai Anwar kemudian mencari ilmu di pesantren asuhan Mbah Kyai Haji Zainuddin Nganjuk Mojosari selama tiga tahun. Ayahandanyapun juga santri dari Mbah Kyai Haji Zainuddin Nganjuk. Di pesantren itu pula pernah ada beberapa pendiri Nahdlotul Ulama yang nyantri di situ, diantaranya adalah Mbah Hasyim Asyari dan Mbah Kyai Haji Abdul Wahab Chasbulloh, bahkan di pondok Nganjuk Mojosari Mbah Wahab Chasbulloh sangat terlihat keistimewaannya (khos) serta terlihat sangat cerdas nalar politiknya.

Tidak hanya di Mojosari Nganjuk beliau (Kyai Anwar) menimbah ilmu, setelahnya dilanjutkan tholabul ilmi ke Mbah Kyai Haji Juwaini Nuh Treteg Kediri. Profil dari Kyai Haji Juwaini Nuh adalah santri dari Maha Kyai Haji Hasyim Asyari sang pendiri ormasy besar di dunia yaitu Nahdlotul Ulama’. Dalam melakukan kajian-kajian kitab kuning, Mbah Kyai haji Juawaini Nuh sering menggunakan referensi dari karya Hadrotus Syekh Kyai Haji Hasyim Asyari. Dari sinilah kemudian cikal bakal pesantren Nurudl Dlolam Bangil  berawal.

Suatu hari Mbah Kyai Anwar ingin melakukan ziarah wali yang ada di Madura. Keinginan ini didengar oleh sang guru (Mbah Kyai Juwaini Nuh), kemudian beliau memberi saran kepada Kyai Anwar agar jangan melakukan ziaroh dengan jalan kaki. Sebagai modal bekal, Mbah Kyai Anwar disuruh mencari pinjaman uang, begitu sudah mendapatkan, uang tersebut diserahkan kepada Mbah Juwaini, namun beliau menolak. Uang tersebut kemudian dibuat bekal perjalanan ziaroh ke Madura. Atas kuasa Alloh, taqdir selalu ada saja cerita tidak diduga, begitu sampai di Madura, uang dan semua baju Mbah Kyai Anwar hilang. Kondisi ini membuat beliau akhirnya bermukim di Madura. Singkat cerita, Mbah Kyai Anwar bisa kembali lagi sowan ke Mbah Juwaini. Setelah itu kemudian diberi isyaroh untuk melakukan perjalan menuju sebuah daerah. Juga dianjurkan untuk mendirikan pesantren dengan ciri-ciri dari daerah tersebut adalah “masyarakatnya tidak takut sama TNI/militer”. Begitu sampai di masjid Agung Bangil, indikator yang telah disampaikan tersebut nampak, bahwa Bangil lah daerah yang tepat untuk mendirikan pondok pesantren.

Baca Juga:  Karakteristik Kepemimpinan Kiai di Pesantren

Akan tetapi, karena beliau adalah orang yang haus ilmu, pendirian pondok pesantren tidak langsung dilakukan. Beliau masih menimbah ilmu lagi (nyantri, takror Al Quran)  ke pondok Riyadlul Ulum asuhan Kyai Haji Abdus Syakur Adnan seorang hafidz Al-quran sekaligus komandan laskar Hizbulloh di daerah Bangil. Walaupun Kyai Anwar sudah hafal Al Quran, beliau tetap belajar Al Quran/tabarukan kepada Kyai Syakur Adnan sebagai spesialis Al-Quran. Tidak hanya itu, Mbah Kyai Anwar juga banyak menimba ilmu di ulama-ulama kharismatik Bangil seperti Kyai Mu’thi serta Kyai Kholil (pengasuh pondok pesantren Cangaan Bangil).

Pesantren Nurudl dlolam berdiri tahun 1965 dengan awal kali memiliki santri sebanyak 11 orang (santri mukim). Pada perkembangannya pesantren Nurudl Dlolam ini memiliki santri 150-300, jumlah sekian adalah ideal dalam bertatap muka secara langsung dengan para santri. Bertemu santri secara langsung satu persatu merupakan kewajiban bagi Kyai Anwar, sehingga jumlah santri hanya dibatasi antara 150-300. Pernah suatu ketika jumlah santri hampir 1000, itu membuat sang kyai yang penuh kharismatik ini menangis setiap hari, karena tidak bisa melihat santri satu persatu. Kasih sayang yang sangat mendalam begitu teruntai nyata pada pengasuh dan pendiri pondok Nurudl Dlolam ini, sehingga santripun juga menerima keteladan tersebut dengan sangat lembut.

Orientasi pendidikan yang ada adalah pendidikan harus dari hati yang bersih. Karena dengan hati yang bersih, ilmu yang didapat akan bisa manfaat untuk dirinya dan orang lain. Anjuran untuk mengajar terhadap  siapapun merupakan sesuatu doktrin yang wajib bagi santri Nurudl Dlolam. Selain itu santri wajib hukumnya untuk berjam’iyyah Nahdlotul Ulama, pilihan wajib ini tentu tidak bisa digoyahkan oleh apapun. Doktrin mutlak yang ada adalah: santri wajib mengajar dan masuk dalam jam’iyyah NU.

Baca Juga:  Mengenal Kitab Hasyiyah Baijuri ‘Ala Fath al-Qarib

Salah satu hal yang unik dari pesantren ini adalah letaknya berada di tengah pasar kidul (pasar yang berada di selatan) Bangil. Menurut riwayat cerita, antara pasar dan pondok pesantren lebih dulu pondok pesantren berdirinya. Cikal bakal pasar kidul Bangil justru dibangun/dibentuk oleh Kyai Anwar dengan mengajari santrinya berjualan. Hal ini juga merupakan edukasi ekonomi kerakyatan serta kemandirian yang tangguh bagi santri. Baik santri kalong maupun santri mukim diajari untuk berjualan, jika ada yang tidak habis, kyai lah yang kemudian membeli. Lambat laun perkembangannya menjadi pasar, yang semula pasar itu berada di bagian utara Bangil. Kini pasar kidul Bangil itu sangat ramai bahkan menjadi pasar central tradisional di Bangil, tidak jarang pula para sopir lyn, pedagang yang singgah di musholla pesantren Nurudl Dlolam untuk berteduh ataupun sholat. []

Wachyuni
Ketua Litbang PC Fatayat NU Bangil, Alumni Ponpes Al Lathifiyah 1 Bahrul Ulum Tambak beras Jombang dan Alumni Ponpes Ngalah Pasuruan

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Pesantren