Perbuatanku Sebatas Bunga Tidur yang Tidak Bermanfaat Apa-Apa

Umar berniat membunuh Rasulullah, namun terlebih dahulu tersungkur ke dalam perangkap Allah dan tersebab nasib mujurnya ia memperoleh percikan cahaya kebenaran.

Maka lihatlah, bahwa orang yang bertujuan membunuh Rasulullah, melainkan Allah terlebih dahulu membunuh egonya lewat perantara pedangnya itu. Sadarlah bahwa segala yang terjadi di alam semesta ini dapat terjadi atas kehendak-Nya. Hanya sifat iradah-Nya yang berlaku serta segala yang menjadi tujuan akan menuruti-Nya.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَجِيْبُوْا لِلّٰهِ وَلِلرَّسُوْلِ اِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيْكُمْۚ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ يَحُوْلُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهٖ وَاَنَّهٗٓ اِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya lah kamu akan dikumpulkan. (Qs. Al-Anfal: 24)

Dari ayat di atas dapat kita pahami bahwa orang-orang beriman dituntut untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan selanjutnya mengecam mereka yang enggan mendengar dan menggunakan akalnya, maka sebagai kesimpulannya Allah meminta orang beriman untuk memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya. Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah sebagai bukti keimananmu seruan Allah dan Rasul Nabi Muhammad, dengan sepenuh hati apabila Rasul menyerumu kepada sesuatu ajakan apa pun, karena seruan itu merupakan sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu, dengan mengerjakan perintah dan menegakkan hukum Allah yang menjamin kehidupan jiwa, raga, pikiran, dan kalbu kalian. Memenuhi seruan itu akan mendatangkan kebaikan dalam hidup di dunia dan akhirat. Dan ketahuilah, dengan penuh keyakinan, bahwa sesungguhnya Allah akan membuat dinding pemisah yang akan membatasi antara manusia dan keinginan hatinya jika mendapat bisikan hawa nafsu, karena Dialah Yang menguasai seluruh jiwa dan raga manusia. Dan ketahuilah sesungguhnya kepada-Nya lah, tidak kepada lain-Nya, kamu akan dikumpulkan untuk diminta pertanggungjawaban dan masing-masing akan mendapat balasan yang setimpal.

Konon, sebelum Umar masuk Islam pernah masuk ke rumah saudarinya yang sedang bersenandung al-Qur’an dengan suara yang lumayan keras:

Baca Juga:  Ngaji Nashaih (4): Manfaatkan Umurmu

طه ما أنزلنا عليك لتشقى

“Thaha, kami tidak menurunkan al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah.” (Qs. Thaha 1-2)

Menyaksikan saudaranya masuk ke rumahnya segera ia memelankan bacaannya sembari juga menyembunyikan kitab suci yang dibacanya itu dari penglihatan saudaranya yang tidak senang dengan ihwal yang berbau islami. Tersebab demikian, sebagai akibatnya sontak Umar menghunuskan pedang seraya menumpahlan isi hatinya dengan kata-kata yang murka: “Terus teranglah padaku apa yang kamu baca dan mengapa kau lenyapkan dari pandanganku.”

Sebagai wanita yang sudah mengenal betul tabiat bengis saudaranya itu, ia terlampau khawatir dan bercampur takut bukan kepalang.

Berdasar kepada kepasrahan yang total, tanpa berpikir panjang ia segara mengakui: “saya membaca kalam yang diwahyukan Allah kepada Rasulnya Muhammad saw.”Kemarahan Umar semakin membabi-buta : “bilamana saya menumpasmu sekarang, tak bukan saya hanya mengakhiri hayat orang yang lemah. Tunggu saya kembali. Terlebih dahulu saya hendak memenggal kepala Muhammad saw, baru kemudian kamu yang menjadi target selanjutnya.”

Dalam balutan amarah yang membara, berangkatkah Umar ke masjid nabawi dengan kondisi pedang terhunus. Siapa yang tidak mengenal Umar? Ia tak lain adalah sosok yang perkasa lagi sangat kuat pula terlampau pemberani. Hampir semua pasukan yang menjadi lawannya selalu dikalahkan, dibuktikan kemenangannya dengan memenggal kepala musuhnya. Inilah salah satu reason Rasulullah pernah bermunajat dengan penuh pengharapan yang besar: “Yaa Allah, tolonglah Islam lewat salah satu dari dua umar (Umar bin al-Khattab dan Amr bin Hisyam atau Abu Jahal).” Di masa itu, keduanya memang mashur dengan keperkasaannya.

Di selang perjalannya Umar menuju Masjid Nabawi, malaikat Jibril turun bertutur khabar kepada Rasulullah: “Ya Rasulullah, Umar akan datang untuk memeluk islam, peluklah dia.”

Setibanya Umar di pintu masjid, lantas ia menyaksikan seorang diri ada panah cahaya yang melesat dari keharibaan Rasulullah dan menancap tepat di ulu hatinya. Seketika Umar berteriak histeris hingga terjatuh tak sadarkan diri.

Baca Juga:  Sudahkah Kita Ikhlas dalam Beramal?

Pasca ihwal itu, kondisi Umar berubah derastis. Yang mulanya murka menjadi cinta dan kerinduan yang membara memenuhi relung jiwanya. Bahkan besar ia mengharap “kelakuannya” bisa lebur dalam diri Rasulullah tersebab begitu membuncah, meluap-luap kasih sayangnya, seakan tak ada lagi ruang di hatinya kecuali hanya teruntuk Muhammad saw. Ini salah satu sebabnya yang menimpakan kemujuran Umar bisa bersampingan dengan baginda Rasulullah Muhammad saw. hingga ke alam akhirat bahkan akan seterusnya demikian. MasyaAllah…..

Maka berprasangka baiklah kepada semua makhluk Allah, dalam kasus ini baginda kita berpesan kepada kita selaku ummatnya:

و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا تَحَسَّسُوا وَلَا تَنَافَسُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا

Terjemahan hadits : Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari [Abu Az Zinad] dari [Al A’raj] dari [Abu Hurairah] bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jauhilah oleh kalian prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta pembicaraan. Janganlah kalian saling memata-matai, saling mencari aib orang lain, saling berlomba-lomba mencari kemewahan dunia, saling dengki, saling memusuhi, dan saling memutuskan. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (Hadits Malik Nomor 1412)

Berkaca kepada peristiwa sayyidna Umar, Ihwal yang tidak bisa diiyakan akal pun mudah terjadi persis seperti yang dialami Umar. Maka dari sini, bolehlah kita mengurangi potensi menuduh jelek seseorang dan semacamnya, lebih buruk lagi gampang menghakimi dengan pernyataan yang buruk mengenai masa depan seseorang tersebab perilaku buruk yang yang sedang dilakukan. Jangan, sekali-kali jangan mendahului Tuhan. Sekali lagi ingat maqam kita adalah seorang hamba. Kewajibannya kita sebagai hamba ialah pasrah kepada yang dipilihkan majikan. Lebih lagi bilamana majikannya adalah Allah yang jelas sudah mengetahui baik buruknya akibat teruntuk kita. Jelas kita harus pasrah secara totalitas.

Baca Juga:  Menjadi Dewasa dengan Ilmu dan Amal

Umar berkata: “Wahai utusan Allah, segeralah tunjukkan kepadaku keimanan itu dan serukan kalimat yang didalamnya tersimpan banyak berkah itu supaya aku dapat mendengarnya.”

Bilamana Umar sudah memeluk islam, seringkali ia menangis tersedu-sedu seraya berucap: “Yaa Rasulullah, celakalah aku bilamana engkau mendahulukan Abu Jahal dalam munajatmu.”

Siapa yang menyangka bahwa sosok yang semula sangat memusuhi Nabi Muhammad saw, ternyata pada akhirnya menjadi salah satu sahabat uatama Nabi Muhammad saw. Tiada lain ialah sayyiduna Umar bin al-Khattab; beliau sebagai khalifah kedua setelah Abu Bakar yang berkuasa pada Tahun 634-644 M, bernama lengkapUmar bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Adi bin Kaah bin Lu’ai, Abu Hafs al-Adawi bahkan Rosulullah sempat memberikan julukan khusus kepadanya yaitu Al- Faaruq yang memiliki arti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan, namun dalam riwayat yang lain ada yang menyatakan bahwa gelar ini berasal dari Ahli kitab.

Setelah membaca kisah diatas, dapat kita ambil benang merahnya bahwa apa yang direncanakan Umar (manusia) akan menuruti sifat iradah Allah (pencipta alam beserta isinya), dalam arti lain bahwa semua rencana mengalir sesuai dengan kehendak-Nya.

Berikut juga kami sertakan sikap Umar Bin Khattab ketika dimarahi istrinya, ia hanya diam dan mendengarkan. Padahal pada saat itu, Umar lah satu-satunya manusia yang setan pun takut padanya. Beliau hanya terdiam dan menyimak keluh kesah wanita pendamping hidupnya itu. Ketika ditanya alasannya, beliau menjawab: “Karena ia telah melahirkan anakku, menjaga dan mendidiknya. Maka amarahnya tak sebesar pengorbanan yang ia persembahkan teruntuk keluargaku.

نرجو ان ننعم بالحظ الذي يناله سيدنا عمر

Semoga kita diimpahi kemujuran dengan kemujaran yang diperoleh panutan kita Sayyiduna Umar bin Al-Khattab. Amien Yaa Mujibassaailiin.

والله أعلم بالصواب

Akh. Sulaiman. []

Akh. Sulaiman
Wakil Ketua Forum Journal Mahasiswa Pasca Sarjana IAIN Madura dan Alumni sekaligus Tenaga Pengajar PP. Ummul Quro As-suyuty Pamekasan Madura.

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Hikmah