Kabar duka datang dari keluarga besar Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqo Jombang, pasalnya pengasuh pesantren tersebut Abah KH Muhammad Qoyim Ya’qub yang juga merupakan mursyid Tarekat Syadziliyah Al Mas’udiyah Jombang wafat, Jum’at (4/12/2020).

Beliau merupakan anak ke tujuh dari sepuluh bersaudara, anak pasangan dari KH Ya’qub Husein dan Ibu Nyai Muchsinah Kholil.

Kiai yang tertarik pada dunia tasawuf ini, semenjak muda telah menghabiskan waktunya untuk berguru. Salah satunya kepada Abah Kiai Mas’ud Toha, Magelang. Singkat cerita, Kiai Qoyim diperintah Abah Mas’ud untuk menjalani khalwat di kaki Gunung Andong, Desa Giri Rejo, Kecamatan Ngablak Magelang, tepatnya di Pesantren Nurul Huda.

Diceritakan pula, saat menjalani khalwat tersebut Kiai Qoyim jarang sekali makan hingga kondisi fisiknya tinggal tulang sama kulit. Hingga suatu saat, Kiai Qoyim dinyatakan lulus oleh gurunya dan diperintahkan pulang ke Jombang, untuk meneruskan perjuangan Abahnya, KH Ya’qub Husein di Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqo.

Uniknya, pasca menjalani khalwat, Kiai Qoyim dilarang menemui gurunya dan juga tidak boleh mengikuti majelis pengajian gurunya. Hal ini, dalam perspektif dunia tarekat, artinya Kiai Qoyim sudah diizinkan membina murid tarekatSyadziliyah secara mandiri. Hingga pada tahun 1998 Kiai Qoyim mulai mengadakan pengajian tarekat secara mandiri di Pondok Pesantren al-Urwatul Wustqo, yakni Tarekat Syadziliyah Al Mas’udiyah Jombang.

Dalam kepemimpinan beliau, Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqo mengalami perkembangan yang sangat pesat, selain pada pembangunan infrastruktur pesantren dan kelembagaan, ajaran-ajaran beliau juga  banyak membawa perubahan pada sistem pembelajaran Alquran di Jombang. Salah satu yang beliau gentolkan adalah pembelajaran Alquran “Sistem Qur’any”, yaitu metode membaca Alquran dengan mudah dan cepat.

Baca Juga:  Mengapa “Harus” Nyantri Di Asrama Hidayatul Qur’an Darul Ulum Jombang (Refleksi Walisantri)

Beliau juga dikenal sebagai Kiai yang sangat cerdas, termasuk beliau menyebarkan dakwah melalui lagu-lagu islami yang menjiwai semangat dakwahnya. Tak jarang, beliau sendiri juga yang menciptakan lirik-lirik lagu yang menjadi alat dakwahnya.

Tidak ada biaya bukan penghalang mencari Ilmu, dan membiayai Ilmu sama dengan Jihad Fi Sabilillah”.

Ialah salah satu kalimat yang sering beliau dawuhkan kepada para santrinya. Jadi tak heran jika lembaga pendidikan yang berada di bawah asuhan beliau, dari PAUD hingga perguruan tinggi sangat memberikan kelonggaran dalam hal pembiayaan. Bahkan gratis. Beliau memberikan semangat bahwa siapapun bisa sekolah dan kuliah berkualitas meskipun tidak memiliki kecukupan ekonomi.

Kini, Abah Kiai telah kembali ke pangkuan-Nya pada Hari Jum’at. Semoga amal shaleh beliau masih terus hidup di dalam kehidupan santri-santrinya.

“Tidaklah seorang Muslim mati di hari atau malam Jumat, kecuali Allah menjaganya dari fitnah kubur.” (HR. al-Tirmidzi).

 

Rifatuz Zuhro
Pegiat Konten Keislaman dan Keindonesiaan, serta Redaktur Pesantren.ID

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Ulama