Nikmatnya Mondok Pengalaman jadi santri

Pondok pesantren merupakan Lembaga Pendidikan tertua di Indonesia yang sudah mencetak para pejuang, para pahlawan, dan para pemimpin yang berjasa bagi nusa, bangsa dan negara. Pondok pesantren telah memainkan perannya sebagai Lembaga Pendidikan Islam pertama di Nusantara, yang juga merupakan pusat bagi pengembangan dakwah, dan menjadi bagian terpenting dari sejarah masuknya Islam di Nusantara. Orang yang mengenyam Pendidikan di pondok pesantren disebut dengan santri. Mungkin ada sebagian orang yang menganggap miring santri, menganggap santri itu kolot, ndeso, gudigen, gaptek, dan lain sebagainya. Jikalau ada orang yang menganggap seperti, mungkin dia kurang piknik, jadi tidak tahu nikmatnya mondok dan menjadi santri. Kami akan uraikan satu persatu nikmatnya menjadi santri.

Pertama, semua terasa enak.

  • Makan pasti terasa enak. Bagi santri makan apapun terasa enak, baik menu sederhana maupun istimewa, karena biasanya santri makan dalam keadaan lapar, jadi makan apa saja terasa enak.
  • Tidur selalu pulas. Bagi santri tidur di mana pun, kapan pun, dalam posisi apapun pasti bisa dengan pulas. Di kamar, di beranda komplek, di serambi masjid, bahkan di kelas atau di undak-undakan tangga kulah pun bisa tidur. Ini termasuk النعمة العظمى Hehe
  • Bahagia ketika dikirim. Setiap bulan santri biasanya akan dikirim bekal oleh orang tua, baik berupa uang maupun makanan. Terasa sangat bahagia apabila ada panggilan ke ruang pertemuan yang menunjukkan bahwa orang tua atau saudara datang berkunjung ke pondok untuk memberi makanan atau uang. Anda santri? Pasti sering merasakannya, jika bukan, mondoklah, biar pengalaman.
  • Very very happy jika akan libur Panjang, seperti hari libur Ramadan dan Hari Raya Idulfitri. Santri akan sangat senang jika libur panjang tiba. Bahkan ada santri yang menuliskan dalam buku agendanya H-59, esok harinya H-58, hari selanjutnya H-57, terus sampai H-1, dan sampai hari libur panjang tiba. Apakah Anda termasuk santri kategori ini?
  • Cerdas dadakan. Jumlah santri yang banyak, dan terkadang fasilitas yang sudah ada namun kurang banyak, maka mau tidak mau santri harus selalu berimprovisasi untuk menyikapi kondisi tersebut. Misalnya, ada santri kepingin makan mie instan namun piringnya sudah habis dipakai temannya, maka dia akan berfikir bagaimana caranya agar bisa makan mie dengan nikmat, maka ide cerdas pun muncul yaitu menggunakan ciduk.
Baca Juga:  Ilmu Nahwu menuju Pembaruan?

Kedua, mempunyai banyak teman. Di pondok pesantren tentu ada banyak santri yang punya latar belakang sosial yang berbeda-beda. Sehingga santri akan mempunyai banyak teman dari daerah yang berbeda-beda, antar desa, antar kecamatan, antar kabupaten, bahkan antar provinsi. Dan pertemanan di pondok adalah pertemanan yang terjalin dengan kuat, susah senang bareng. Jika ada teman yang kirimannya telat, santri akan rela untuk meminjaminya. Jika ada yang sakit, akan rela untuk merawatnya. Jika ada yang punya masalah apapun santri akan rela untuk saling membantu. Serta pertemanan mereka tidak hanya di pondok saja, melainkan sepanjang hayat, bahkan sampai akhirat.

Ketiga, luwes/pantas menjadi apapun. Santri selalu siap dan pantas untuk menempati posisi apapun. Jadi petani pantas, jadi pedagang pantas, jadi kiai pantas, jadi pejabat pantas, jadi presiden dan wakil presiden pun pantas. Santri yang menjadi kiai/ulama sudah tak terhitung, saking banyaknya, seperti KH Maimoen Zubair, KH Said Agil Siradj, KH M. Anwar Mansur, KH Marzuqi Mustamar, KH Ubaidillah Sodaqoh dan lain-lain. Santri yang menjadi pejabat contohnya KH Ma’ruf Amin Wapres, Gus Yasin Wagub Jateng, TGB Zainul Majdi Gubernur NTB dan sebagainya.

Keempat, selalu mendapatkan barokah doa dari para guru dan para masyayikh. Salah satu hal yang hanya dimiliki santri adalah ta’alluq (hubungan batin) dengan Kiai yang menjadi pengasuh pondok. Santri sampai kapanpun akan tetap menjadi santrinya Kiai, walaupun sudah mukim di rumah, tetap ada ta’alluq dengan seorang Kiai. Doa seorang Kiai untuk kebaikan para santrinya akan selalu dipanjatkan tanpa henti, maka santri pun sebaliknya harus selalu mendoakan Kiai. Ini termasuk yang menjadikan ilmu santri manfaat dan barokah.

Itulah sebagian kecil dari nikmatnya menjadi santri, jika Anda ingin meraskannya, mondoklah! Wallahu a’lam bish shawab. [HW]

Amin Makruf
Santri Ponpes Al-Iman Bulus Gebang Purworejo Jateng

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Hikmah