mengapa harus bersabar

Marah, sedih, kecewa. Itu wajar. Kadang, Kita memang sulit untuk menerima beberapa hal dan keadaan yang Allah takdirkan untuk Kita. Namun, jika Kita renungi lebih dalam, apakah dengan marah marah pun keadaan akan berubah? Tidak sama sekali. Allah hanya sedang menguji Kita. Betapapun, itu adalah bukti bahwa Allah sangat mencintai hamba-Nya.

Perihal mengeluh, tak sedikit dari Kita yang selalu mengeluh atas apa yang terjadi pada Kita, Mulai dari fisik hingga masalah ekonomi. Setiap manusia, siapapun Kita, pasti mempunyai masalah hidup. Baik ringan, berat, pun ada yang bahkan tak bisa terungkapkan. Bagi orang yang tidak dapat memikul semua permasalahan dalam hidupnya, tak heran banyak dari mereka yang mengambil jalan pintas untuk memudahkan masalahnya bahkan mengakhiri hidupnya.

Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa seseorang dengan mudahnya melakukan hal-hal yang bahkan dibenci oleh Yang Maha Menyayangi?. Hal itu bisa jadi disebabkan karena ia tidak memiliki kedekatan rohani dengan Sang Pencipta. Hal itu bisa jadi karena ia tidak mau bersabar atas apa yang menimpanya. Seringkali itu terjadi karena ia tidak mensyukuri nikmat yang berlimpah padanya.

Mengenai hal ini, mari kita tadaburi salah satu firman Allah Swt., QS. Al-Baqarah ayat 153 : “Wahai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sungguh Allah bersama orang-orang yang sabar”. Oleh karena itu, Kita sebagai manusia dengan akal yang sehat pun harus berfikir lebih jernih. Jika kita mempunyai masalah, apapun itu. Allah tidak meminta apapun, hanya saja Allah mengajarkan Kita untuk selalu sabar dan tidak meninggalkan salat.  Di dalam firman Allah yang lain pun di jelaskan bahwa salat akan menjauhkan diri Kita dari perbuatan keji dan mungkar.

Baca Juga:  Mengenal Diri, Mengenal Tuhan

Pun dengan sabar. Sabar merupakan inti atau poros segala macam kemuliaan akhlak. Sabar selalu menjadi dasar seseorang bisa disebut orang beriman. Adalah sabar jika Kita mampu menerima semua yang ditakdirkan untuk Kita dengan ikhlas hanya agar mendapat rida Allah Swt. Maka, orang yang sabar adalah yang mampu bersikap optimal dalam setiap keadaan.

Imam Al-Khudhairi mengatakan bahwa saat Kita menelusuri kebajikan serta keutamaan, maka Kita akan menemukan bahwa sabar selalu menjadi asas dan landasannya. Bisa Kita ambil contoh yaitu ‘iffah (menjaga kesucian diri) adalah bentuk kesabaran dalam menahan diri dari menuruti syahwat. Syukur, adalah bentuk kesabaran untuk tidak mengingkari nikmat yang telah Allah karuniakan. Qana’ah (menerima apa adanya) adalah bentuk kesabaran dalam menahan diri dari angan-angan. Dan masih banyak lagi.

Dari sini, bisa Kita ketahui, bahwa cakupan sabar sangatlah luas. Tak mengherankan, jika sabar bernilai setengah keimanan. Sabar terbagi dalam tiga tingkatan. Pertama, sabar dalam menghadapi suatu yang menyakitkan, seperti musibah, bencana, dan kesusahan. Kedua, sabar dalam meninggalkan maksiat. Ketiga, sabar dalam menjalankan ketaatan.

Oleh karena itu, kita sebagai manusia dengan jiwa dan akal yang tak cacat bergerak dan berfikir. Tentunya sangat ingin disebut sebagai orang yang beriman. Mari Kita mulai dari diri sendiri, kemudian ajarkan kepada keluarga, dari yang terdekat seperti anak yang harus dididik sejak dini untuk selalu berbuat baik dan berhati mulia

Kita semua, tak terkecuali Saya, pasti juga banyak problematika kehidupan. Yang bahkan, mungkin Kita saja malas untuk mengingat dan menceritakannya pada orang lain. Jika ingin mengeluh, mengeluhlah! Mengeluhlah dengan bijak. Jika ingin marah, marahlah! Marahlah dengan bijak. Sabar adalah kunci terbaik untuk menenangkan hati serta mencari dimana akan Kita temukan buah dari hasil kesabaran. [HW]

Mustika Masrur
Mahasiswa UIN Raden Intan Lampung dan Mahasantri Ma’had Al-Jami’ah UIN Raden Intan Lampung

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini