Mengenal Diri Mengenal Tuhan

Dalam hadits, nabi menyebutkan bahwa barang siapa yang mengenal dirinya, maka akan mengenal Tuhannya. Dalam hadits yang lain, jangan berfikir tentang Tuhan, tapi pikirkanlah ciptaannya. Hal ini akan membuat manusia sadar akan dirinya, siapa, dari mana dan mau kemana. Jika sudah demikian, sulit sekali manusia akan membusungkan dada dengan segala apa yang dimiliki.

Siapa manusia? Manusia adalah hamba allah yang diberi tugas untuk memakmurkan muka bumi. Sebagai khalifah, manusia dibekali intelektual tinggi sehingga bisa mengembangkan akal pikirannya untuk menjadi manusia yang lebih baik. Sebagai khalifah, manusia diberi tugas untuk mengelola dan memanfaatkan seluruh potensi bumi, mulai dari yang ada di perut bumi hingga permukaannya untuk kemaslahatan segala makhluk di dalamnya.

Allah menciptakan manusia dengan bentuk yang paling baik dan sempurna. Dilengkapi ruh dan jasad. Jasad adalah lambang dari sesuatu yang bersifat materi yang ada pada diri manusia, sementara ruh adalah lambang dari non materi yang ada pada diri manusia. Namun, jangan sampai manusia kehilangan ruhnya. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Jasad tanpa ruh tiada berguna, karena kehilangan jati diri. Demikian pula ruh, tanpa jasad, tiada berguna. (25)

Manusia juga dilengkapi akal. Dengan akal, manusia bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Mana yang harus dikerjakan dan yang ditinggalkan. Hal ini yang membedai manusia dengan makhluk Allah lainnya. Dengan akal, manusia bisa mengembangkan segala macam ilmu dan pemahamannya.

Dalam hal lain, manusia harus sadar dari mana asal dirinya. Manusia diciptakan dari tanah agar manusia sadar bahwa segala sesuatu yang di milikinya tiadalah berharga. Jangankan barang, dirinya pun tiada berguna jika tidak diisi dengan nilai ukhrawi, ketaatan, takwa dan ibadah. Manusia dicipta dari tanah, hidup di atas tanah dan akan kembali menjadi tanah.

Baca Juga:  Maqashid al-'Ibadat: Menuju Kesempurnaan Memahami Agama

Tidak ada yang erlu kita banggakan. Kita semua sama, tidak ada yang berbeda dalam hal asal kejadian. Manusia diciptakan atau berasal dari tanah. Hadits nabi,  Allah tidak akan memandang kepada bentuk dan tubuhmu (fisik) tetapi Allah hanya memandang kepada amal shaleh dan hati kalian. (54)

Segalanya adalah titipan, manusia hanya menjalankan. Sejauh mana manusia taat sebagai hamba atau menjadi laknat. Tuhan menurunkan al-qur’an sebagai pedoman, diterima atau tidak, tergantung masing individu. Namun, jika tidak menerima, menolak atau bahkan membangkan, maka manusia akan menerima konsekuensi di kemudian hari.

Jika semua adalah titipan, tentu akan kembali kepada pemiliknya. Manusia akan kembali kepada Tuhannya. Segala yang ada akan kembali pada Tuhan, yang menciptakannya. Lalu, apa yang benar-benar dimiliki manusia? Amal ibadah. Satu satunya yang akan menyelamatkan manusia dari segala yang tidak baik ketika sudah dibangkitkan.

Dunia hanya batu loncatan untuk menuju ke alam yang kekal dan abadi. Namun, banyak dairi manusia terlena atau banyak tersesat karena mata hatinya dibutakan oleh gemerlap dunia. Dan bahkan, hal yang harusnya taat menjadi laknat. Mereka berbuat semena-mena dan membusungkan dada.

Maka tak heran ketika Allah mendeklarasikan diri muntuk menciptakan manusia di muka bumi, banyak dari kalangan makhluk lain protes karena akan menimbulkan kerusakan dan pertumpahan darah di atas bumi.

Selama hidup di dunia, manusia diberi kewenangan untuk memanfaatkan segala bentuk fasilitas bumi yang telah disiapan. Baik yag ada pada dirinya, daratan, lautan atau bahkan di luar angkasa sekalipun untuk kemaslahatan dan kehidupannya. Manusia diberi hak oleh Allah untuk menikmati segala rezeki yang tidak terhitung banyak, jenis dan ragamnya. (123).

Baca Juga:  Kelebihan Dibalik Kekurangan

Buku ini disuguhi dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. Bahkan, penulis menggunakan bahasa ‘saya’ sebagai subjek agar pembaca benar-benar masuk dan terlibat dalam bacaannya. Sehingga, buku yang dibaca seakan dirinya menjadi cermin dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, sumber dari buku ini dari al-qur’an dan hadits sebagai rujukan utama. Didukung juga qaul ulama yang dapat dipercaya pendapatnya.

Mari baca buku ini untuk mengenal kembali tujuan, hendak kemana dan mau berbuat apa kita semasa hidup. Tujuan akhir dari perjalanan hidup manusia ada dua, surga atau neraka. Sekali lagi, manusia diberi kebebasan memilih, akankah menjadi hamba yang taat atau laknat. Selama manusia mengena dirinya, akan mengenal penciptanya. []

Resensi Buku:
Judul             : Memahami Perjanan Hidup dan Mati
Penulis          : Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A
Penerbit        : Qaf
Terbitan        : Juni, 2017
ISBN              : 978-623-60244-1-1
Tebal Buku   : 180

Musyfiqur Rozi
Alumnus Institut Ilmu Keislaman Annuqayah dan Santri Annuqayah Lubangsa Utara

    Rekomendasi

    1 Comment

    Tinggalkan Komentar

    More in Pustaka