Memuliakan Ibu Tersayang

Abu Hurairah RA, berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah saw. dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi saw. menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi saw. menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi saw. menjawab, ‘Kemudian ayahmu.‘” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)

Sebaik-baik seorang anak adalah yang berbuat baik dan memuliakan ibunya – Rochmat Wahab

Secara fitrah kehadiran Ibu dibersamai Ayah di atas bumi yang fana untuk hadirkan seorang anak cucu Adam. Ibu dengan potensinya menerima tugas suci mengandung, melahirkan, membuai, menyusui, mengasuh dan mendidik anak dengan penuh kasih sayang. Dalam kondisi berkecukupan, keterbatasan, kekurangan, dan kesulitan pun selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk pertumbuhan dan perkembangan anak kesayangannya. Kecuali dalam kondisi khilaf dan kesulitan yang tiada tara, baru seorang ibu mengabaikan kehadiran anaknya, bahkan membuangnya. Begitu tinggi dan mulia jasa seorang ibu yang sepenuh hidupnya untuk kebaikan bagi anaknya.

Iklim kehidupan keluarga sangatlah menentukan, bagaimana perlakuan terhadap seorang Ibu. Di satu sisi, suatu kebahagiaan tersendiri jika melihat anak yang selalu hormat dan taat kepada ibunya. Tidak hanya ungkapan sayang, akhlak dan adab yang terpuji ditunjukkan di depan ibunya tersayang, melainkan juga memberikan apa saja yang disukai oleh ibunya. Menurut setiap perintah ibunya kecuali perintah untuk melakukan perbuatan yang dilarang oleh Tuhan.

Di sisi lain, ada anak yang selalu dan seringkali menolak perintah ibu. Bersuara keras dan menghardiknya. Juga ekstrimnya ada kasus anak yang berbuat kekerasan terhadap Ibunya, bahkan yang jauh dari nalar kita, ada anak yang membunuh ibunya, hanya karena uang. Tindakan yang biadab ini sangat jauh dari perilaku manusia yang normal. Dampak negatif kemajuan teknologi bisa merubah perilaku humanis, namun sejelek apapun dampak negatifnya seharusnya tidak boleh dijadikan alasan untuk merubah perilaku terhadap seorang ibu.

Baca Juga:  Valentine's day, kenikmatan terbalut cinta kasih

Kita semua, tanpa terkecuali, perlu menyadari akan peran Ibu dalam proses kehidupan kita. Sejak kita dalam kandungan, selama sembilan bulan telah membuat repot dan menyusahkannya. Dalam keadaan susah dan sulit pun Ibu berusaha melindungi dan mengutamakan keselamatan kita. Siang dan malam, dalam keadaan longgar dan sempit pun tetap menjaga kita dengan penuh kasih sayang. Tirakat dengan banyak wirid, salat, membaca Al-Quran, dan kendalikan kemarahan serta menkonsumsi makanan pilihan untuk kita. Terlebih-lebih di usia tua kita kandungan, semakin membuat repot dan susah Ibu kita. Hingga datanglah suatu hari yang terbaik, dengan seizin Allah swt, kita dikeluarkan dari kehidupan yang gelap menuju kehidupan yang terang benderang tanpa sehelai kainpun. Hingga saat ini tak sekejap pun jantung kita berhenti. Subhaanallah wal hamdulillah. Ada yang saat ini masih ditemani Ibunda tercinta, ada juga yang sudah ditinggal Ibu kita setahun, 10 tahu, 30 tahun yang lalu, bahkan 62 tahun yang lalu, seperti yang saya rasakan. Ibu kita dengan tulus dan doa telah antarkan kita bisa menghirup oksigen tanpa henti hingga kini.

Kita menjadi saksi, betapa berartinya jasa ibu kita setelah kelahiran kita. Beliau menyusui, menggendong, mengasuh, melatih, membimbing, dan mendidik kita sehingga kita menjadi tumbuh dan berkembang. Dari mata kita tertutup hingga bisa melihat apa saja yang menjadi kebesaran Tuhan. Telinga kita dari hanya mendengar detak jantung Ibu kita, menjadi mampu mendengar azan, suara orang anggota keluarga dan orang di sekitar, serta suara binatang dan hiruk pikuk dunia. Mulut kita yang hanya bisa menangis menjadi bisa berbicara, berteriak, bersorak, bernyanyi, berdebat, merintih, mengeluh, mengaji, wiridan, bersyukur, dan saling menasehati. Tangan dan kaki kita dari kondisi lemah tak berdaya, hingga bisa bergerak. Dari yang hanya berbaring, menjadi bisa duduk, berdiri, berjalan dan berlari. Dari kita disusui dan disuapi, hingga kita bisa minum dan makan sendiri. Proses pertumbuhan dan perkembangan kita tidaklah semata-mata berjalan sendiri tetapi selalu diiringi dengan doa dari kedua orangtua, utamanya dari ibu.

Baca Juga:  Cintailah, Muliakanlah dan Berbuat Baiklah kepada Ahli Ilmu, Niscaya Kamu akan Beruntung

Ibu dalam mengasuh, melatih, membimbing dan mendidik kita selama pertumbuhan dan perkembangan sangatlah bervariasi. Umumnya orangtua yang berkecukupan bisa mewujudkan kasih sayangnya dengan memenuhi segala kebutuhan anak. Sebaliknya orangtua yang dalam keterbatasan tidaklah selalu bisa mewujudkan semua yang seharusnya diberikan kepada anak. Walaupun ukuran itu bersifat relatif. Ibu selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya. Karena yang memuaskan kehidupan anak tidak selalu bersifat material, melainkan juga bisa bersifat non material.

Ibu yang berkecukupan secara ekonomi dan berstatus sosial ekonomi tinggi dan baik, boleh jadi tidak bisa memenuhi kebutuhan anak untuk tumbuh dan berkembang secara baik. Karena tidak sedikit dijumpai untuk mengawal pertumbuhan dan perkembangan anak, banyak waktu diserahkan kepada babysitter, pembantu, atau caregiver. Sebaliknya ibu yang berstatus sosial ekonominya kurang baik, sepenuhnya bisa mengasuh dan mendidik anak, sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak relatif lebih baik.

Yang kita semua harapkan adalah Ibu dalam kondisi status sosial ekonomi tinggi atau rendah, seyogyanya tetap memberikan perhatian optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Jika Ibu sebagai wanita karir, bisa diupayakan mencari Tempat Pengasuhan Anak (TPA) atau Child Care Center, yang profesional, daripada menghadirkan seorang pembantu atau babysitter. Kecuali mereka bisa dipercaya sepenuhnya untuk mengawal anaknya. Namun sebaiknya diutamakan yang profesional. Inilah peluang adanya pendirian TPA profesional. Lebih bagus jika TPA plus, artinya ada bimbingan agama dan kemandirian yang baik sejak dini. Di samping ibu tetap berusaha menjaga kualitas waktu ketika bertemu dengan anak. Jika ibu tidak menjadi wanita karir, maka sangat diharapkan juga pengawalan pertumbuhan dan perkembangan dapat mengikuti perkembangan yang ada. Ibu benar-benar memainkan peran pengasuh dan pendidik dengan cara-cara yang mendekati profesional. Dengan begitu parenting education menjadi kebutuhan pokok untuk membesarkan anak kesayangannya.

Baca Juga:  Penafsiran Al-Qur’an Terhadap Kasus Pembunuhan Seorang Ibu yang Dilakukan Oleh Anak Kandungnya Sendiri

Demikianlah betapa mulianya seorang ibu dalam posisi apapun memainkan peran yang sangat penting bagi proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Fitrah ini harus bisa diwujudkan dengan baik tanpa melihat status sosialnya. Allah swt dan Rasulullah saw tidak pernah menyoal ibu dikaitkan dengan statusnya. Bicara tentang ibu, bicara ibu secara keseluruhan. Memperhatikan posisi ibu di hadapan Allah swt dan Rasul-Nya, yang mendapatkan makam yang sangat mulia, di samping wujud nyata tugas yang dimainkan ibu terhadap anaknya sehingga menjadi dewasa dan mandiri, maka kita wajib menghormati, menyayangi, berbuat baik, dan memuliakan ibu serta selalu berdoa untuknya baik ketika masih hidup maupun sudah wafat. Karena kita seharusnya bisa sisihkan waktu dalam kesibukan apapun  dengan ibu. Sungkem dan meladeni apa yang diperlukan Ibu. Memberikan bantuan apapun yang diperlukan Ibu. Memberikan tempat istirahat dan hidup yang sebaik-baiknya untuk Ibu. Berdoa tiada henti untuk Ibu Sebagai wujud birrul walidain. Beramal kebaikan apapun sekiranya dibenarkan secara syar’iyyah untuk ibu. Merawat ibu yang sudah tak berdaya pun dengan senang dan kasih sayang. Tidak risih seperti Ibu merawat kita ketika bayi. LOVE YOU FOREVER, MOM! Semoga Allah swt meridai kita, karena ridanya. [HW]

Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.
Beliau adalah Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Anak Berbakat pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Ia menjabat Rektor Universitas Negeri Yogyakarta untuk periode 2009-2017, Ketua III Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) masa bakti 2014-2019, Ketua Umum Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI) periode 2011-2016, dan Ketua Tanfidliyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY masa bakti 2011-2016

    Rekomendasi

    Menjadi pejuang
    Hikmah

    Menjadi Pejuang

    Melanjutkan serial tulisan tentang pesan-pesan bapak kepada para guru dan pengurus, kali ini ...

    Tinggalkan Komentar

    More in Hikmah