Dikisahkan oleh Haji Masnuh dalam suatu acara pengajian, ketika itu tahun 1994 beliau mengikuti undangan haji dari pemerintah Arab Saudi bersama Kyai Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan tokoh PBNU lain seperti KH. Amanullah (Tambakberas), Kyai Nu’man dan Kyai Muadz (Kajen), Kyai Ja’far Shodiq Aqil Siroj, dan beberapa orang lainnya. 

Keberangkatan haji 10 tokoh Nahdhatul Ulama ini sangat istimewa karena membawa misi khusus dari sesepuh NU untuk mengamalkan wiridan khusus sebelum berlangsungnya Muktamar NU di Cipasung tahun 1994.

Haji Masnuh mengatakan bahwa undangan haji dari Arab baru sampai ke PBNU 12 hari menjelang wukuf, maka jadinya mereka ikut kloter terakhir. Sehingga tiga hari dari berlangsungnya wukuf di Arafah, baru sampai di tanah suci. Saat rombongan menuju Arafah, mereka berada dalam satu mobil. Gus Dur dawuh yang menurut Haji Masnuh adalah guyonan belaka.

“Nanti yang tahu langit terbuka hanya Haji Masnuh.” Ungkap Gus Dur sebagaimana penuturan Haji Masnuh.

Ia pun menyahuti, “Gus, sejak kemarin saat mau berangkat, njenengan kok suka menggoda saya.” Jawab Gus Dur, “Nggak Ji, ini tidak guyon.”

Saat itu Haji Masnuh dalam hatinya masih tetap belum percaya dengan perkataan Gus Dur. Tetapi Gus Dur juga melanjutkan, “Nanti begini Ji, kalau langit terbuka segera melafalkan doa sapu jagat (Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah waqina ‘adzabannar.)” 

Gus Dur juga memerintahkan Haji Masnuh untuk berdoa dengan cepat, sebab penututannya langitnya nanti akan terbuka hanya sesaat. Gus Dur bahkan mengulangi kata sesaat itu hingga tiga kali. Meskipun begitu, beliau masih belum percaya dan menganggap Gus Dur hanya bercanda. Beliau tidak bisa membayangkan bagaimana langit dapat terbuka.

Baca Juga:  Penerapan Kaidah Fiqh dan Usul Fiqh seputar Kebijakan Pembatalan Haji

Sampailah pada prosesi wukuf. Di tengah-tengah melakukan wukuf bersama jamaah lainnya di maktab, Gus Dur kemudian mengajak Haji Masnuh untuk keluar dan menggelar sajadah serta bersandar di bawah pohon dengan suasana teriknya panas matahari di padang Arafah.

Gus Dur lantas meminta Haji Masnuh melihat ke langit, seperti yang telah beliau katakan sebelumnya. Gus Dur juga menyuruh Haji Masnuh agar memberi tahunya dengan cara menepuk paha, jika langit sudah terbuka. Sebab, saat itu penglihatan Gus Dur sudah mulai menurun, karenanya beliau meminta bantuan Haji Masnuh.

Merasa takdzim dengan Gus Dur, Haji Masnuh akhirnya menurut saja dengan perintah Gus Dur. Ia terus melihat ke langit tanpa protes dan menanyakan maksud Gus Dur.

Ternyata benar apa yang didawuhkan Gus Dur, betapa terkejutnya Haji Masnuh ketika melihat langit benar-benar terbuka. Dalam penglihatannya, langit di Arafah yang saat itu berwarna biru terbuka bak rolling door secepat kilat. Haji Masnuh lantas menepuk kaki Gus Dur dan bersegera juga berdoa seperti yang diperintahkan tadi dengan cepat.

Haji Masnuh menggambarkan langit yang terbuka sembari mengingat kejadian ajaib itu, “Saya melihat ada sinar terang seperti matahari sebesar tempeh sebanyak tiga, tiga, tiga, dengan total jumlah sembilan.”

Kemudian beliau melanjutkan ceritanya, bahwa setelah langit tertutup kembali Gus Dur mengajak Haji Masnuh untuk masuk tenda, kata Gus Dur langitnya sudah tutup dan malaikatnya sudah nyingkrih (pergi).

“Ji, ayo kembali kita tidur saja dalam tenda.” Ajak Gus Dur

“Lho, Gus ini waktu wukuf Kan masi lama? (bahkan belum masuk waktu ashar).” tanya penasaran.

“Nggak papa, biarkan kyai-kyai lainnya masih terus berdzikir mereka tidak tahu langitnya sudah tertutup, saya mau tidur saja.” Jawab Gus Dur sambil terkekeh-kekeh khas beliau. Wallahu a’lam bi as-shawwab.

Rasyida Rifa'ati Husna
Khadimul ilmi di Yayasan Taftazaniyah

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Karamah