Mengetahui Hadis-hadis Nabi Muhammad Saw, merupakan sebuah pintu masuk yang harus dilalui setiap Muslim yang ingin menjadikan beliau sebagai “Uswatun Hasanah” (Suri Tauladan yang baik) dalam kehidupan, termasuk dalam soal relasi laki-laki dan perempuan. Mengingat Hadis itu sendiri tersebar dalam puluhan Kitab Hadis induk yang mendokumentasikan ratusan ribu hadis baik Ucapan, Perbuatan, Penetapan maupun Sifat-sifat beliau.
Mengingat pentingnya Hadis-hadis yang sangat populer ini, dan bisa hidup dalam alam pikiran dan praktek Keagamaan Masyarakat, seringkali tidak menggambarkan secara utuh kehidupanan, teladan dan karakter Rasulallah Saw. Bahkan terkadang penggambaran itu salah. Hadis yang populer dan hidup di alam kesadaran sebagian besar Umat adalah Hadis-hadis yang cenderung dimaknai sebagai peneguhan superioritas laki-laki atas perempuan, pelegimitasi bolehnya kekerasan dan dominasi suami terhadap istri, pembenar stereotype negatif tentang perempuan, serta pelestari budaya yang merendahkan dan membelakangkan perempuan.
Keadaan ini tentu mengusik mereka yang mengerti hadis serta meyakini keteladanan dan keadilan Rasulallah Saw, dalam relasi beliau terhadap perempuan. Seperti hadis Nabi yang akan saya jelaskan ini, yang merupakan kiprah atau hebatnya seorang perempuan yang ikut berperang dengan Nabi Muhammad SAW, :
عن الالربيع بنت معوذ رضي الله عنها قالت كنا تغزو مع رسول الله صلى الله عليه وسلم نسقسى القوم ونخدمهم ونرد القتلى والجرحى إلى المدينة
(رواه البحرى)
“Dari Rubayyi’ bint Muawwidz ra, berkata: “Sungguh kami, para perempuan, ikut berperang bersama Nabi SAW, memberi minum dan melayani kebutuhan pasukan, kami juga membawa pulang mereka yang terluka dan yang terbunuh ke Madinah”. (HR. Bukhari)
Dari hadis yang saya jelaskan di atas bagaimana kiprah seorang perempuan yang melayani kiprah laki-laki, seperti bela negara dan arena politik pada masa lalu di awal Islam. Seperti sahabat perempuan yang saya jelaskan tadi yaitu Rubayyi’ bint Muawwidz ra, beliau menjadi salah satu bukti historis keterlibatan perempuan dalam bela Negara di awal Islam.
Beliau merupakan seorang perempuan yang ikut berperang bersama Nabi Saw, di mana beliau selalu memberi minum dan melayani kebutuhan pasukan, dan membawa pulang yang terluka dan yang terbunuh ke Madinah.
Perempuan merupakan kunci dari segala urusan laki-laki, bilamana kunci tersebut hilang seorang laki-laki tidak bisa melakukan urusannya, layaknya hidup sebatang kara. Sebagai seorang hamba Allah, antara laki-laki dengan perempuan tidak ada bedanya, sama-sama memiliki satu tujuan dan keharmonisan dalam berkeluarga.
Jadi pada dasarnya kita sebagai hamba Allah, tidak boleh merendahkan satu sama lain, apalagi merendahkan perempuan (itu tidak boleh). Dari Hadis yang saya jelaskan tadi merupakan kehebatan seorang perempuan yang ikut berperang bersama Nabi Saw, bila kita merealisasikan hadis tersebut di zaman sekarang ini, tidak lah jauh berbeda. Di mana tidak ada perbedaan antara laki-laki dengan perempuan, sama-sama mempunyai pekerjaan dan kewajiban dalam berkeluarga.
Untuk menciptakan relasi yang baik dalam keluarga, penting adanya pemahaman kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Dengan begitu, di dalam sebuah keluarga tidak akan ada yang namanya diskriminasi namun saling menghargai dan bekerja sama untuk membangun keluarga yang baik.
Rujukan:
Dr. Faqihuddin Abdul Qadir, 60 Hadis hak-hak perempuan dalam Islam (teks dan interpretasi), Umah Sinau Mubahalah, yogyakarta. 2018
[…] juga, bagaimana mungkin Islam mencegah perempuan untuk belajar atau mengajar, sedangkan perempuan lah pendidik generasi? Bagaimana mungkin Islam membiarkan generasi umat dididik oleh seseorang yang […]