Kapan Idul Fitri 1 Syawal 1444 H?

Kapan Idul Fitri 1 Syawal 1444 H? Ini pertanyaan yang banyak ditanyakan ke saya.

Bismillah …

IJTIMA’ awal Syawal terjadi pada Kamis 20 April 2023 pukul 11.12 wib. Tinggi hilal di Indonesia pada saat ghurub hari itu berkisar antara 0 derajat 51.24 menit s.d. 2 derajat 21.39 menit.

Dipantau dari Semarang, tinggi hilal saat matahari terbenam pukul 17.35 berada pada posisi 1° 34.32′, dengan elongasi 2 derajat 33.75 menit. Posisi hilal di sebelah kanan matahari.

Maka, dengan kriteria imkanur rukyah MABIMS yang baru (tinggi minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat), prediksi 1 Syawal 1444 H jatuh pada Sabtu, 22 April 2023 M.

Kapan Idul Fitri 1 Syawal 1444 H?

Dok. Masjid Agung Jawa Tengah

Sekali lagi, itu prediksi. Ketetapan pastinya ya kita tunggu sidang isbat Kemenag RI petang nanti.

Ingat, dulu ada sahabat yang melihat hilal. Tapi sahabat ini tidak berani menyatakan besok puasa. Ia lapor dulu ke Rasulullah SAW. Setelah laporan diterima, maka Nabi mengisbatkan besok puasa.

Hak isbat berada di tangan ulil amri (pemerintah). Itulah sebabnya dalam kitab-kitab fiqh disebutkan jika ada orang berpuasa dan berhari raya yang berbeda dengan pemerintah, hendaknya dilakukan secara diam-diam. Ini diperbolehkan bagi ahli hisab (dengan kriteria imkanur rukyah) dan orang yang mempercayainya.

Dalam menentukan awal puasa dan hari raya, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari mengikuti pendapat jumhur ulama, yaitu dengan rukyah. Dalam penetapan 1 Ramadhan dan Syawal, maka rakyat dituntut mengikuti ketetapan pemerintah. Demikian yang termaktub dalam karya monumentalnya Sabilal Muhtadin.

Meski beliau ahli di bidang falak, beliau tetap mengikuti ketetapan pemerintah. Karena sadar bahwa hak isbat berada di tangan ulil amri. Dan jika puasa dan hari raya berbeda dengan pemerintah, maka beliau menghimbau agar melakukannya secara diam-diam. Bahkan, bilamana ada seseorang yang mengaku bertemu Nabi dalam mimpi bahwa besok puasa, maka tidak boleh diikuti.

Baca Juga:  Tradisi Idul Fitri di Trenggalek

Mufti Syafi’iyyah di Makkah Sayyid Ahmad Zaini Dahlan pernah ditanya tentang masalah hilal. Kata beliau: saya tidak ikut campur masalah ini, saya cuma ikut pemerintah. Jika mereka bilang puasa, ya kita puasa. Jika tidak ya tidak. Kalau mereka bilang lebaran, ya tinggal lebaran, kalau tidak ya tidak.

Syekh Salman Jalil al-Banjari al-Falaki, penulis kitab Mukhtasar Awqat fi ‘Ilmil Miqat, juga menghimbau agar mengikuti pemerintah dalam persoalan kapan puasa dan hari raya.

Demikian juga pendapat Muallim KH Syafi’i Hadzami, KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani (Guru Sekumpul), KH Hatim Salman, dll.

Saya sendiri, meski memprediksi 1 Syawal 1444 H jatuh pada Sabtu 22 April 2023 M, namun jika nanti pemerintah mengumumkan berbeda, karena menerima laporan hilal terlihat, maka saya akan berlebaran hari Jumat.

Dalam Tafsir Al-Qurthubi, ketika menafsirkan Surah An-Nisa ayat 59 tentang taat kepada pemimpin, Imam Qurthubi mengutip Sahl bin Abdullah at-Tusturi yang mengatakan: “Taatilah seorang pemimpin dalam tujuh perkara: 1) penentuan transaksi keuangan (dinar dan dirham), 2) penentuan standar ukuran dan timbangan, 3) hukum/undang-undang, 4) penentuan haji, 5) penentuan Jumat, 6) dua hari raya, dan 7) jihad.

Lebih lanjut Imam Sahl berkata: bilamana seorang pemimpin melarang seorang alim untuk berfatwa, maka tidaklah ia berfatwa. Jika ia berfatwa, maka ia telah bermaksiat, kendati pemimpin itu zhalim.

Habib Alawi bin Syihab berkata, di antara adab orang-orang sholeh dahulu, bahwa mereka tidak sibuk dalam hal kapan puasa dan hari raya, mereka sepenuhnya menyerahkan urusan kepada pemerintah.

Terakhir, bilamana ada saudara kita yang berbeda puasa dengan kita, biarlah mereka mengikuti keyakinannya. Itulah sudah ijtihad mereka. Yang terpenting kita tetap saling menyapa meski berbeda.

Baca Juga:  Sosok Fakih Ilmu Hisab, KH M Shohibul Kahfi

Kata KH Hasyim Asy’ari, memaksakan pendapat kita pada orang lain itu bagaikan membangun istana tapi menghancurkan satu kota. Perbedaan adalah suatu keniscayaan. []

Semarang, 20 April 2023 M

Nur Hidayatullah
Alumni PP Rasyidiyah Khalidiyah Amuntai Kalsel, Penulis Buku KH Idham Khalid Dimensi Spiritual & Negarawan Agamis, Dosen Ilmu Falak UIN Walisongo Semarang

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini