Perubahan zaman memberikan pengaruh yang besar terhadap kehidupan masyarakat, terutama dalam segi pendidikan. Khususnya pendidikan berbasis Islam atau pesantren. Pesantren di tuntut mampu merespon perubahan di masyarakat. Dalam hal ini yang ikut bertanggung jawab bukan hanya pengasuh pondok dan pengurusnya saja, melainkan kita sebagai kader santri nasionalis mempunyai peran penting untuk ikut serta dalam memajukan dan menstabilkan kehidupan bersosial dan bernegara. Tidak memandang santri putra maupun putri. Perbedaan gender pun tidak menjadi masalah asalkan mempunyai tujuan yang satu.
Jangan salahkan kondisi Indonesia, negara, dan agama dalam 5,10, atau 15 tahun ke depan ternyata tidak sesuai apa yang kita harapkan. Yang duduk di kursi perwakilan rakyat dalam mengambil kebijakan ternyata tidak sesuai visi dan misi hidup kita. Kalau dari sekarang anak mudanya tak melakukan persiapan apapun untuk mencapai pada titik tersebut, Maka mari kita melakukan persiapan.
Pertanyaannya, sejauh mana kita mau menarik dalil-dalil yang ada, kemudian kita terapkan. Jangan terjebak pada eksklusivitas, dimana seseorang itu hanya memikirkan dirinya sendiri. Saya 3 tahun ke depan jadi apa, bekerja dimana, dapet gaji berapa. Itu tidak zamanya lagi. Allah telah bersabda di dalam Alquran surat ar-Ra’d ayat 11 :
لَهُ مُعَقِّبٰتٌ مِنْ بَيْنَ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُوْنَهُ مِنْ أَمْرِالَّله. إِنَّ اللّٰهَ لَايُغَيِّرُمَابِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوْامَابِأَنْفُسِهِمْ. وَإِذَآ أَرَادَاللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْٓءًافَلَامُرَدَّلَهُ. وَمَا لَهُمْ مِنْ دُوْنِهِ مِنْ وَالٍ. (١١)
Pada ayat diatas yang ditekankan yaitu dalam lafal
إِنَّ اللّٰهَ لَايُغَيِّرُمَابِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوْامَابِأَنْفُسِهِمْ
“sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan pada diri mereka sendiri”.
Kalau mulai dari diri sendiri dan hasilnya hanya diri sendiri yang merasakan, maka berarti ada formulasi yang salah. Yang benar yaitu memulai dari diri sendiri, impact nya untuk orang banyak. Itulah dalil-dalil yang diajarkan Islam. Marilah kita lihat diri kita sendiri apakah sudah bermanfaat bagi orang lain atau belum. Yang jelas dunia bukan hanya mengabadikan kenangan untuk orang kaya, parasnya cantik dan tampan, melainkan Dunia itu mengabadikan orang yang memberikan kontribusi untuk kemajuan negara dan masyarakat nya.
Maka untuk melihat masa depan, mari kita break down apa persiapan yang harus kita siapkan sekarang, lihat berapa waktu yang kita punya, bandingan dengan waktu yang sudah kita habiskan dengan sia-sia “Lost time is never found again.”, yang hilang tidak pernah kembali – Benjamin Franklin-. Kenali kelebihan dan kekurangan dalam tubuh kita, lihat peluang dan tantangan yang ada di depan, pahami kontrol sosial, kemudian cari mentor dan komunitas yang sesuai dengan kebutuhan anda. Who is wise? He that learns from everyone. Who is powerful? He that governs his passions. Who is rich? He that is content. Siapa yang bijaksana? Dia yang belajar dari semua orang. Siapa yang kuat? Dia yang bisa mengatur gairah atau semangatnya. Siapa yang kaya? Dia adalah yang merasa puas.
Zaman berganti, waktu pun berlalu, teknologi hadir dan berkembang dengan pesat. Orang yang mampu beradaptasi akan maju lebih cepat, sedangkan mereka yang tidak mampu akan diam ditempat dan mundur kebelakang. “when people stop trying to get better, they Will die, stay in place, the fans fall backward”. Pastikan kita berbeda dengan orang yang seperti itu. Melakukan hal-hal yang sama berulang kali dan berharap hasil yang berbeda.
Psikolog sosial dari Harvard berkata, “The people you habitually associate with called your reperence group determine as much as 95 percent of your sucess or failure in life”, yaitu orang-orang yang diasosiasikan sebagai teman terdekat kita menunjukkan 95% sukses dan gagalnya kita di dalam kehidupan. []