Inisiasi Zero Waste Management, Santri dan Guru di Pondok Pesantren Syarifatul ‘ulum Katerban Ngawi Ikuti Pelatihan dan Praktik Pembuatan Produk Hidroponik, Biopori, dan Vertikal Garden serta Kompos dari Sampah
Edukasi pengelolaan sampah dari sumbernya sangat penting untuk mengurangi timbulan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Santri Pondok Pesantren sebagai agent of change perlu mendapatkan pelatihan pengelolaan sampah agar menjadi pelopor zero waste management di masyarakat.
Dosen dan Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA) melakukan pengabdian masyarakat di Pondok Pesantren (Ponpes) Syarifatul ‘Ulum dengan melakukan sosialisasi pengelolaan sampah sekaligus pelatihan dan praktek pemanfaatn sampah menjadi bahan alternatif dalam pembuatan Hidroponik, Biopori, Vertikal Garden serta Kompos. Tema yang diangkat dalam Kegiatan ini adalah “Mengubah Sampah Menjadi Berkah”. Acara ini diikuti para santri dan santriwati serta Guru yang ada di Ponpes Syarifatul’ulum. Santri Pondok Pesantren sebagai Agent of Change perlu mendapatkan pelatihan pengelolaan sampah agar menjadi pelopor Zero Waste Management di Masyarakat. Program pelatihan pengolahan sampah menjadi produk (waste to product) ini juga mengajak santri untuk berpikir kritis terhadap kondisi lingkungan sekitar, menumbuhkan kreativitas dalam memanfaatkan sampah/limbah yang masih bisa dimanfaatkan.
Dosen Fakultas Sains dan Teknologi UINSA yang melakukan pengabdian ini antara lain Misbakhul Munir, S.Si., M.Kes dan Saiful Bahri,M.Si . Selain itu, pengabdian masyarakat ini diikuti empat mahasiswa dari Prodi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UINSA.
Kegiatan sosialisasi terkait pengelolaan sampah yang dilanjutkan dengan pelatihan sekaligus Praktek ini dilakukan dalam 3 hari yang berbeda. Sosialiisasi Sampah dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 04 Nopember 2023 sedangkan Pelatihan dan prakteknya adalah ari Sabtu dan Ahad 11 dan 12 Desember 2023. Peserta kegiatan ini diambil dari siswa SMP dari Ponpes Syarifatul’Ulum Katerban Ngawi Jawa Timur sebagai Upaya untuk penerapan Kurikulum Merdeka Belajar dimana kegiatan ini juga sesuai dengan program P5 (Pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) dalam tema “ Gaya Hidup berkelanjutan” bertujuan untuk mengurangi sampah plastik yang ada dilingkungan sekolah, menjaga kebersihan lingkungan sekolah, dan memberikan pembelajaran pada anak-anak agar bisa memanfaatkan plastik yang tidak berharga menjadi barang guna dan berharga . Acara ini disambut baik oleh pengasuh Ponpes, KH Anis Al Yatim yang berharap ada manfaat yang bisa diterapkan langsung oleh santri terutama dalam pemanfaatan sampah menjadi kompos dan lain sebagainya.
Program ini diharapkan dapat mempercepat terwujudnya pesantren yang berwawasan lingkungan, memberikan pembekalan kepada santri untuk terlibat langsung dalam pengolahan sampah, meningkatkan keterampilan untuk mengolah sampah menjadi produk yang dapat menambah income (pendapatan), serta mengembangkan potensi berwirausaha dari produk tersebut. Terlebih lagi, melalui kegiatan ini diharapkan akan membentuk pemuda sebagai agent of change yang peduli terhadap lingkungan dan bijak dalam mengelola sampah, terutama pada saat nanti terjun langsung ke Masyarakat. Kegiatan ini juga diharapkan bisa mengubah kebiasaan para santri dan santriwati untuk membuang sampah pada tempatnya. “Kami ingin kedepannya ponpes ini bersih, dan sehat yang membuat kota akan semakin nyaman dalam melakuka aktifitas,” tutur KH Anis.
Pihak pengelola pondok pesantren menyampaikan bahwa santri sangat membutuhkan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan lifeskill sebagai bekal kemandirian dalam berwirausaha. Pihak pengelola juga menyampaikan bahwa ada keinginan untuk mengembangkan pondok pesantren menjadi pesantren yang berwawasan lingkungan.
Sedangkan, salah satu dosen Uinsa, Misbakh mengatakan bahwa acara ini digelar di Ponpes Syarifatul Ulum Katerban Ngawi, karena ini merupakan salah satu bentuk Pengabdian Masyarakat dari Kampus UINSA karena ingin memberikan solusi terhadap permasalahan nyata yang terjadi pada Masyarakat yakni ingin mengubah kebiasaan membuang dan mengolah sampah bisa diterapkan di Ponpes tersebut. Kampus memandang perlunya memberikan support kepada Pondok Pesantren berupa pelatihan-pelatihan (life skill) untuk santri sebagai bekal untuk berwirausaha mandiri pada saat lulus dari pesantren. Untuk mendorong terwujudnya pesantren yang berwawasan lingkungan, bentuk pelatihan yang diberikan dititik beratkan pada implementasi konsep 3R (Reduce, Reuse and Recycle) dalam pengelolaan sampah. Kemudian jika berbicara mengenai keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan abdimas, diharapkan melalui pengabdian Masyarakat ini mahasiswa memiliki kesempatan/peluang untuk secara aktif mengidentifikasi masalah-masalah konkret yang dihadapi oleh masyarakat. Mahasiswa bisa terlibat langsung dalam komunitas, berinteraksi dengan warga, dan memahami tantangan yang dihadapi. Dalam hal ini dibutuhkan keaktifan dan sikap komunikatif, agar mahasiswa mampu memahami latar belakang warga dan kesehariannya.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini terlaksana dengan sukses sesuai dengan target yang direncanakan. Pendampingan pengelolaan sampah dengan system 3R, sosialasi urgensi pengolahan sampah serta pelatihan waste to product diharaplkan meningkatkan wawasan peserta kegiatan akan pengelolaan sampah serta memunculkan proyeksi untuk berwirausaha dengan memanfaatkan sampah.(GR)