Saya punya teman karib yang bisa menghabiskan waktu senggangnya selama berjam-jam hanya untuk menonton video YouTube-nya pengobatan alternatif Ningsih Tinampi yang pernah banyak diperbincangkan itu. Tidak bosan-bosannya nonton dari satu video ke video yang lain. Habis nonton, lalu mencari calon pendengar untuk cerita-cerita menarik yang akan dia tuturkan. Cerita berbagai pasien Ningsih yang aneh-aneh dengan antusias dia ceritakan. Kisah kehidupan Ningsih pun fasih dia paparkan. Mata, telinga, otak dan hatinya, bahkan mungkin sekujur tubuh, segenap jiwa, seolah hanya untuk video-video pengobatan yang cukup femomenal itu. Mungkin seperti itulah kecanduan!
Saya juga kepengin “kecanduan” yang bisa memberikan totalitas seperti teman saya. Tapi bukan yang seperti cerita di atas, tentunya. Saya ingin kecanduan menghabiskan sebagian besar waktu fokus hanya untuk sesuatu yang sangat esensial bagi sisa hidup saya: belajar al-Quran! Mempelajari “hudan lil muttaqien.” Segala sesuatu, belajar semua hal tentangnya. Belajar lewat beragam alat bantu: buku, tablet, hp dengan berbagai aplikasi menakjubkan berkaitan dengan al-Quran. Gunakan Google, Youtube, MOOC (Massive Open Online Course): Coursera, edX, dll., Podcast, radio internet, iTunes, Walkman untuk al-Quran. Apa pun yang membantu belajar al-Quran dan segala sesuatu tentang al-Quran. Mendengarkan, menonton, berbicara, memaparkan, membaca, ber-tadabbur dan menulis tentang dan mengamalkan al-Quran.
Membaca! Perintah al-Quran! Baca al-Quran, terjemahnya, tafsirnya, asbabun nuzulnya, ilmu-ilmu tentangnya, i’jaz-nya baik dari sumber ulama klasik maupun sarjana modern — muslim maupun non-muslim. ‘Divine Speech: Exploring the Quran as Literature’ karya Mufassir hebat dari Amerika, Ustdaz Nouman Ali Khan, bersama muridnya Sharif Randhawa membeberkan temuan-temuan modern terkait, di antaranya, keindahan sastrawi dan keunikan struktur teks al-Quran. Muallaf yang pakar bahasa Arab klasik dari Amerika, Raymond Farrin, menguak koherensi susunan teks Surat terpanjang, al-Baqarah dalam bukunya ‘Structure and Quranic Interpretation’, dan ‘Discovering the Quran: a Contemporary Approach to a Veiled Text’-nya Neal Robinson demikian komprehensif meneliti berbagai aspek kebahasaan, baik bahasa tulis maupun lisan dari teks al-Quran.
Karya klasik tentang i’jaz yang sangat fenomenal yang ditulis oleh Abu Sulaiman Hamd ibn Hamd ibn Ibrahim al-Khattabi, Abu al-Hasan Ali ibn ‘Isa al-Jurjani dan Abu Bakr ‘Abd al-Qahir ibn ‘Abd al-Rahman al-Rummani yang ketiga risalah mereka dirangkum dalam satu buku berjudul ‘Tsalaatsu Rasaail fi I’jaz al-Qur’an’ oleh Muhammad Khalaf Allah dan Muhammad Zaghlul Sallam harus pula dibaca. Saya sempat baca risalah al-Khattabi ‘Bayan I’jaz al-Qur’an’. Bahasa kajian kebahasaannya sangat cerdas dan sering harus berkerut kening untuk mencerna paparannya. Menurutnya, keunggulan bahasa al-Quran sudah sejak lama terbukti dengan ketidak-mampuan orang Arab menyusun satu surah yang menyamai surah al-Quran. Padahal mereka menerima tantangan itu selama tak kurang dari 20 tahun dalam rentang waktu turunnya wahyu. Padahal keunggulan yang mereka miliki hanyalah dalam bidang bahasa. Ketidak-mampuannya bukan karena sharfah — kekuatan di luar diri manusia yang mengalihkan orang untuk melakukan sesuatu, tutur al-Khattabi.
Ternyata lautan tinta kalam Tuhan demikian berlimpah-ruah sehingga tak mungkin seluruh manusia di segala zaman bisa tuntas mengarunginya!
Wallahu a’lam. [HW]