Tidak sekali duakali pengajian saya dikritisi oleh jamaah perihal hadis dhaif. Semalam, ada jamaah yang mengajukan pertanyaan: “Tanya ustaz. Terkait tema ngaji Rabu lalu. Pak Ustaz menyampaikan tentang hadis ari-ari. Setelah saya lihat di internet ternyata hadisnya dhaif”. Saya senang dengan jamaah yang kritis, sebab akan semakin membuka ilmu dan menambah pengetahuan kepada yang lain.
Memang betul, hadis tentang mengubur masyimah adalah hadis dhaif. Tapi akhirnya saya menjelaskan mengapa alergi terhadap hadis dhaif? Hadis dhaif ada banyak jenisnya dan bagaimana terkait penerimaan hadis dhaif menurut para ulama kita.
Di masa awal pembukuan hadis hanya dikenal hadis sahih dan hadis dhaif. Karena hadis dhaif ini banyak jenisnya maka tidak seluruhnya ditolak. Terbukti ada kriteria tertentu yang awalnya bagian dari istilah dhaif kemudian tidak disebut dhaif bahkan digolongkan dalam istilah hadis sahih dan bisa dijadikan hujjah, yaitu hadis Hasan yang dicetuskan oleh Imam Tirmidzi:
قال أبو عيسى كل حديث يروى لا يكون فى إسناده من يتهم بالكذب ولا يكون الحديث شاذا ويروى من غير وجه نحو ذاك فهو عندنا حديث حسن
Abu Isa Tirmidzi berkata: “Setiap hadis yang diriwayatkan, tidak ada perawi yang dituduh pemalsu hadis, tidak bertentangan dengan hadis sahih dan memiliki jalur riwayat lain, maka menurut kami adalah hadis Hasan” (Al-Hafidz Al-Iraqi, Taqyid wal Idhah, 1/45)
Bagaimana pandangan ulama 4 Mazhab Ahlissunah wal Jamaah tentang hadis dhaif?
– Mazhab Hanafi
وَإِنْ كَانَتْ ضَعِيفَةً لِلْعَمَلِ بِالْحَدِيثِ الضَّعِيفِ فِي فَضَائِلِ الْأَعْمَالِ
Meskipun hadis dhaif, maka hadis dhaif boleh diamalkan dalam keutamaan Amal (Durar Al-Hukkam 1/36)
– Mazhab Maliki
فَقَدْ اتَّفَقَ الْعُلَمَاءُ عَلَى جَوَازِ الْعَمَلِ بِالْحَدِيثِ الضَّعِيفِ فِي فَضَائِلِ الْأَعْمَالِ وَاغْتِنَامًا لِلثَّوَابِ الْوَارِدِ
Para ulama sepakat boleh mengamalkan hadis dhaif dalam keutamaan amal dan meraih pahala / motivasi (Mawahib Al-Jalil, 1/56)
– Mazhab Syafi’i
وقد قدمنا اتفاق العلماء علي العمل بالحديث الضعيف في فضائل الاعمال دون الحلال والحرام وهذا من نحو فضائل الاعمال .
Telah kami jelaskan kesepakatan ulama untuk mengamalkan hadis dhaif dalam hal keutamaan amal, bukan hukum halal dan haram (Al-Majmu’ 3/248)
– Mazhab Hambali
( فَلَا بَأْسَ ، لِجَوَازِ الْعَمَلِ بِالْحَدِيثِ الضَّعِيفِ فِي فَضَائِلِ الْأَعْمَالِ ) . قَالَ الشَّيْخُ تَقِيُّ الدِّينِ : الْعَمَلُ بِالْخَبَرِ الضَّعِيفِ ، بِمَعْنَى : أَنَّ النَّفْسَ تَرْجُو ذَلِكَ الثَّوَابَ ، أَوْ تَخَافُ ذَلِكَ الْعِقَابَ . وَمِثْلُهُ : التَّرْغِيبُ وَالتَّرْهِيبُ وَالْمَنَامَاتِ
Boleh mengamalkan hadis dhaif dalam keutamaan amal. Syekh Taqiyuddin berkata: “Artinya bahwa seseorang menginginkan pahala dan takut dengan dosa. Demikian pula hal motivasi ibadah dan dorongan menjauhi dosa” (Mathalib Uli An-Nuha, 3/234)
– Imam al-Bukhari
Ada sebagian yang alergi terhadap hadis dhaif dengan berdalil pada Imam al-Bukhari yang mengarang kitab Sahih al-Bukhari. Faktanya tidak begitu, buktinya adalah sebagai berikut:
روى له البخاري ثلاث احاديث ثالثها في الرقاق …. وكأن البخاري لم يشدد فيه لكونه من احاديث الترغيب والترهيب
Al-Bukhari meriwayatkan dari Thafawi sebanyak 3 hadis, salahsatunya tentang akhlak… Sepertinya Bukhari tidak terlalu ketat tentang Thafawi karena ini soal hadis motivasi ibadah dan dorongan menjauhi dosa (Hady As-Sari, 2/162)
ﻭﻗﺎﻝ اﻟﺒﺨﺎﺭﻱ: اﺣﻔﻆ ﻣﺌﺔ ﺃﻟﻒ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﻭﻣﺎﺋﺘﻲ ﺃﻟﻒ ﺣﺪﻳﺚ ﻏﻴﺮ ﺻﺤﻴﺢ.
al-Bukhari berkata: “Saya hafal 100.000 hadis sahih dan 200.000 hadis dhaif” (Faidl Al-Qadir 1/17)
Selain kitab Sahih al-Bukhari, Imam al-Bukhari juga memiliki beberapa kitab lain seperti At-Tarikh baik Kabir atau Shaghir, juga kitab Adab Al-Mufrad. Dalam kitab-kitab tersebut Imam al-Bukhari tetap mencantumkan hadis-hadis dhaif.
Memang ada segolongan ulama yang memvonis hadis dhaif tidak boleh diamalkan dan disetarakan dengan hadis palsu. Tapi kita tetap ikut mayoritas ulama sejak ribuan tahun silam. []