Dulu dosen matkul kepribadian kami, Ibu Dama -saat ada mahasiswa yang grogi ketika disuruh perform, selalu ngendika. “Udah santai aja, anggap mereka itu fans kamu dan kamu itu artist.”

Biasakan diri depan highlight susah?
Banget!
Katanya teman-teman yang tidak terbiasa jadi pusat perhatian.

Ini mata kuliah wajib di jurusan. Yang ngampu kind-hearted strict person, jangan harap lolos tanpa ada petunjuk & petuah. Pada 15 menit awal mata kuliah tersebut, mahasiswa yang ditunjuk giliran ke depan akan dinilai oleh dosen & teman sekelas. Dari mulai warna baju, aksesoris, tinggi sepatu hingga rambutnya model kayak apa akan dikomentari, dan jika tidak sesuai, bisa disuruh pulang.

Konon tujuannya agar kami tahan banting & tidak gampang nervous. Biar lebih luwes dan terarah dalam perilaku.

Setelah itu baru yang dinilai Bu Dama isi kepalanya.

Grooming saya dulu termasuk yang paling cepat. Situasi internal dan kondisi sekeliling mendukung untuk saya cepat menerapkan mindset “Aku Seleb. Santai.”
Dipandang orang tak dikenal secara intens sudah tidak lagi bikin angot, seruangan menoleh saat masuk juga tidak lagi menakutkan. Pokoe santuyyy.

Saya tidak sedang ingin cerita masa-masa kuliah, tapi tentang pola pikir ‘Saya Selebritas’.

Jika mau meranking perhatian netizen Indonesia, Saya yakin dalam posisi 3 besar -selain Presiden atau pemerintah, maka ada NU disana. Ada kader, pengurus, karya dan kinerja, tokoh kultural hingga jumpalitannya santri dan ponpes di bawah naungan NU masuk sorotan. Selalu ada topik omongan baru tentang NU.

Akhir-akhir ini belum juga selesai dengan menu KMA diamanahi jadi Wapres; alhamdulillah Deddy Corbuzier muallaf lewat Gus Miftah susul menyusul dengan berita buruk tentang beberapa orang dipanggil KPK. Yang sedang hits adalah The Santri.

Baca Juga:  The Santri; Menjaga Tradisi Menebar Inovasi

Gaya lama tetangga sebelah yang ndak bisa hidup normal tanpa nyinyir pada nahdliyin diumbar lagi. Tuduhan ngelanggar syariat, liberal, kafir dan sejenisnya diberikan (lagi) untuk nanggapi trailer. Filmnya wae belum tayang, Allah Kariimmm. Sudah dapat pengiklan gratis. Hahahaha

Semua dipermasalahkan di trailer itu. Dari mulai
– santri lirik-lirikan sama senyum, (senyum itu kan sodaqoh bebs! Bahkan jika ada rasa sesama santri juga wajar, mereka kan manusia. Toh juga ditrailer ndak ada scene berikutnya pegangan tangan, misalnya)
– santriwati naik kuda terus ada santri yang nuntun (terlihat menuntun kudanya, bukan nuntun santriwatinya padahal. Mikir lama saya, sejak kapan manusia nuntun kuda kok dibilang langgar ajaran agama)
– Santriwati bawa tumpeng ke gereja. (Mbak Adel menuliskan banyak kemungkinan kenapa scene ini terjadi cek

https://pesantren.id/pustaka/naskah/boikot-trailer-film-the-santri-935/)

Masuk ke gerejanya juga dimasalahkan degan opini tajam begitu rupa hingga sekelas KH Imam Jazuli pun jadi ikut menanggapi https://pesantren.id/profil-pesantren/menakar-respon-instan-atas-trailer-film-the-santri-969/ Santri menempuh studi ke amerika, DLL

The Santri masih panas dikunyah dari gorengan, berita kader NU tersandung hingga mundur sebagai menpora memanaskan situasi warganet kembali. Kalau jadi wartawan saya mungkin akan menggerutu. Konten jadi kurang subyek maupun obyek lain. Kok NU lagi NU lagi.

Internal maupun eksternal berkomentar. Hujatan, cacian, dukungan, doa, komentar, kritik dan saran dan saling menguatkan semua berseliweran. Banyak teman nahdliyyin yang igit-igit, ada yang wes pokoe ‘ente jual gue beli’ ada juga yang mojok sambil ‘titeni wae, sesuk you taste your own medicine’. Hehehe

NU itu aktor besar (aktor dengan arti pelaku ya, bukan pemain sandiwara) di NKRI, sebagai rangkaian gerbong ormas dengan anggota terbesar di Dunia, tentu pengurus PBNU ada di panggung sudah jadi hal biasa. Para Kiai yang mulia itu sudah tertata pribadinya untuk menghadapi hiruk pikuk kita dengan kalem, composed dan penuh pertimbangan.

Baca Juga:  Menakar Respon Instan Atas Trailer Film The Santri

Beda dengan saya, mungkin Anda juga, yang butuh diingatkan untuk tetap beradab. Untuk bisa mencari celah agar mampu tertawa menghadapi tetangga-tetangga sebelah yang masih shobiy dalam beragama. Untuk bisa Kepala kulkas meski ati panas.

NU ini aktor besar. Sudah pasti sebagai kru background yang sudah seneng jika kebagian tugas menata sandal para Kuyaha. Ada kemungkinan juga kita adalah garda terdepan. Harus selalu jaga image dan siap untuk menghaturkan titipan berkat, karangan bunga juga surat cinta dari fansnya. Juga menghadapi anti-fans dan haters. Kudu siap dengan resiko ditonjok, diludahi, diejek dan ikut dibenci.

Antifans kan selalu menunjukkan perhatian dengan cara negatif. Klo di dunia manga & webtoon, antifans ini bisa berguna. Meski sering kelakuannya kayak orang gila.

NU ini aktor besar. Wajar jika selalu jadi topik. Wajar banget ada yang benci. Ada skandal tentu nanti ada prestasi. Hadapi dengan santai. Namanya aktor kawakan juga pasti bisa melalui segala situasi.

Sebagai kru saya juga harus berasa selebritas juga ini. Harus masuk ilmu the santuyy.

*Ah jadi pingin balik ke kelas Bu Dama lagi.

Aida Mudjib
Santriwati, Penulis Antologi Sahabat Inspirasi dan Aktivis PwD

    Rekomendasi

    4 Comments

    1. Islam rohmatan lil aalamiin. Harus selalu pondasi dhohir bathin. Semoga bisa tetap menjalankan semua perintah Allah SWT. dan berusaha meninggalkan semua larangan Allah SWT.

    2. Film Itu cerminan tapi banyak adegan yang tak mencerminkan SANTRI. Sedih aku tu..

      1. Yang keluar masih trailernya kak. Sabar untuk menonton filmnya ya kak. Jangan sedih dulu. He
        Semoga banyak hikmah yang bisa diambil.

    Tinggalkan Komentar

    More in Santri