Empat sebab kesombongan yang sering terjadi menurut Kiai Dr Muhyidin Khotib

Akhirnya, pada tanggal 25 mei 2021 kemaren acara Halal Bihalal sudah terselenggara di Ma’had Aly Situbondo. Lembaga yang didirikan oleh KH. As’ad ini, sejak awal berdiri senantiasa melaksanakan acara halal bihalal setiap tahun. Tepatnya, setelah para mahasantri balik pondok. Seperti biasa acara ini dihadiri oleh setiap mahasantri, para musyrif dan beberapa masyayikh. Salah satu masyayikh yang hadir pada acara Halal Bihalal Kemaren kiai Dr. Muhyidin Khotib.

Pada kesempatan kali ini, kiai Dr. Muhyidin Khotib menyampaikan sekelumit nasihat untuk dijadikan pegangan bagi para mahasantri supaya ilmu yang selama ini terperoleh menjadi berkah dan bermanfaat bagi Agama dan Bangsa.

Menurut beliau “Ada empat sebab yang membuat seseorang menjadi sombong dan ujub”,

Pertama, bertambahnya ilmu (Ziyadat al-Ilmu). Semakin ilmu bertambah semakin berpotensi pula menjerumuskan si empunya karena seseorang yang merasa memiliki ilmu seringkali merendahkan orang lain. Meski banyak ayat al-Qur’an ataupu hadis yang menjelaskan tentang keutamaan orang yang berilmu, namun nas-nas seperti itu tidak cocok dijadikan pedoman bagi seseorang yang telah berilmu. Seharusnya, nas-nas tersebut di tujukan pada seseorang yang malas. Sementara bagi orang yang sudah berilmu harus berpegang hadis sebaliknya, yaitu hadis Nabi yang berupa ancaman, semisal hadis Nabi “siksaan yang paling dahsyat bagi orang yang berilmu namun tidak bermanfaat”.

Kedua, bertambahnya harta (Ziyadat Al-Mal). Sebagaimana di atas, seseorang yang memiliki pundi-pundi kekayaan dan terus bertambah maka akan memandang rendah bagi orang yang miskin. Jelas sifat seperti itu tidak dibenarkan oleh Agama.  Oleh karena itu, seseorang yang memiliki kekayaan seharusnya menyisihkan sedikit hartanya untuk disalurkan pada tetangganya yang membutuhkan. Dengan demikian, seseorang akan terhindar dari sifat sombong sebab bertambahnya pundi-pundi kekayaan.

Baca Juga:  Tempa Doa

Ketiga, bertambahnya ibadah (Ziyadat Al-Ibadah). Orang yang sering melakukan ibadah sangat berpotensi sekali untuk ujub. Karena merasa hanya dirinyalah yang paling suci, hanya dirinyalah yang paling berbakti di dalam menjalankan aturan Agama. Dengan bertambahnya amalan-amalan ibadah seseorang tidak sedikit menjerumuskan pada sifat sombong dan memandang orang lain dengan pandangan sinis. Maka bagi seseorang yang semakin giat melaksanakan ibadah harus introspeksi diri agar ibadah yang dilaksanakan tidak sia-sia sebab sifat ujub. Karena Tuhan tidak memandang sedikit-banyak amal yang dikerjakan, melainkan lebih memandang kualitas ibadah itu sendiri. Tidak heran kiranya, Syekh Ibnu ‘Athaillah mengatakan dalam kitab al-Hikam, “lebih baik maksiat yang mengantarkan pada kesadaran dan bertaubat dari pada ibadah yang mengantarkan pada sifat ujub dan sombong”.

Terakhir, adalah naiknya pangkat (Ziyadat al-Jah). Betapa banyak orang yang jumawa sebab naik pangkat, dan merendahkan orang lain yang masih belum sama dengannya. Apa lagi jabatan atau pangkat yang diperoleh atas dasar cinta kekuasaan, maka sangat berpotensi sekali kekuasaannya dipergunakan pada hal-hal yang negatif, baik pangkat dalam kenegaraan, keagamaan maupun pangkat yang diperoleh dari masyarakat setempat.

Oleh karena itu, banyak ulama sering menghindar dari jabatan-jabatan tertentu dan memilih hidup sederhana, karena dengan jabatan itu potensial akan membawa pada sifat kesombongan dan sifat-sifat tercela lainnya. Itulah empat sebab yang berpotensi menjerumuskan seseorang pada sifat sombong dan ujub, sebagaimana di tuturkan oleh Kiai Dr. Muhyidin Khotib pada kesempatan halal bihalal tahun ini.

Pada dasarnya, empat sebab itu hanyalah segelintir dari beberapa sebab yang membuat seseorang sombong. Namun perlu dikatahui, bagi seseorang yang ingin memulai suatu perbuatan baik (semisal mencari ilmu), tetaplah dilaksanakan tanpa harus berpikir akan sombong. Karena sifat-sifat seperti sombong tersebut tetap akan menghinggapi seseorang dan itu manusiawi.

Baca Juga:  Inilah Hikmah di Balik Bolehnya Rasulullah SAW Menikah Lebih dari Empat Orang Istri

maka, yang harus dilakukan adalah sering introspeksi setiap saat, jangan sampai ilmu, ibadah dan harta yang bertambah malah membawa kita terjerumus pada kesombongan serta kecongkaan. Bahkan terkadang naiknya pangkat menjadi keharusan jika menjadi satu-satunya jalan atau wasilah untuk menyebarkan ilmu yang diperoleh serta kemaslahatan umat lainnya.

Demikianlah, nasihat yang disampaikan beliau untuk mahasantri Ma’had Aly situbondo dalam acara Halal bihalal. Setelah acara mau’idhah hasanah langsung dilanjutkan do’a dan penutupan acara disertakan bersalam-salaman sebagaimana tradisi orang-orang NU tanpa mengesampingkan protokol kesehatan. Mengingat kondisi saat ini masih divonis covid-19 tetap meraja lela. []

Mohammad Soleh shofier
Mahasantri Ma'had Aly salafiyah Syafi'iyah Situbondo

    Rekomendasi

    Opini

    Dekengane Pusat

    Frasa “Dekengane Pusat” menjadi bahasa khas oleh jemaah pengajian Sabilut Taubah (ST) seiring ...

    Tinggalkan Komentar

    More in Hikmah