Bani Israel (3)

Dari dua istri (Lea dan Rahel) dan dua selir (Zilpa dan Bilha), Ya’qub alias Israel memilik 12 putra, yaitu Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Dan, Naftali, Gad, Asyer, Isakhar, Zebulon, Yusuf, dan Benyamin. Putra-putra Ya’qub ini menjadi 12 kabilah Bani Israel. Al-Qur’an menyebutkan:

« وقطعناهم اثنتي عشرة أسباطا أمما » (الاعراف : ١٦٠)

“Dan Kami bagi mereka ke dalam dua belas suku yang masing-masing berjumlah besar” (QS. Al-A’raf/7: 160).

Putra ketiga Ya’qub, Lewi, menurunkan banyak Nabi dan imam seperti Musa, Harun, Samuel, Ilyas, Zakariyya, dan Yahya. Putra Ya’qub yang keempat, Yehuda, menurunkan Nabi sekaligus raja, yaitu Dawud dan Sulaiman. Putra Ya’qub yang ke-11, Yusuf, menurunkan Nabi Yusya’ dan Ilyasa’. Putra Ya’qub yang ke-12, Benyamin, menurunkan Nabi Yunus. Isa, menurut sebagian pendapat, adalah nabi Bani Israel yang terakhir. Maryam, ibunya, konon keturunan Lewi. Ada juga yang bilang keturunan Yehuda. Menurut Qurthubi (Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân/XX, h. 440), Isa bukan keturunan Israel. Ini tersirat dalam QS. Al-Shaff/61: 5-6). Musa menyeru kaumnya dengan ucapan ‘Wahai kaumku’ (يٰقوم), sementara Isa menyeru ‘Wahai Bani Israel’ (يا بني إسرائيل). Ini karena Isa tidak punya garis darah dengan mereka (لأنه لا نسب له فيهم).

Al-Qur’an menggunakan dua istilah untuk menunjuk bangsa keturunan Ya’qub, yaitu Bani Israel (misal QS. Al-Baqarah/2: 40, 47, 122) dan Yahudi (misal, QS. Al-Baqarah/2: 113, 120; Al-Maidah/5: 18) atau « الذين هادوا » (misal, QS. Al-Baqarah/2: 62; QS. Jumu’ah/62: 7). Sebagian ulama menyimpulkan, Bani Israel adalah keturunan Ya’qub dari 12 anak-anaknya. Di zaman Musa, 12 klan besar ini masih utuh. Al-Qur’an menggambarkan, ketika Bani Israel kehausan, Musa memukulkan tongkatnya ke batu, kemudian terpancarlah air dari 12 sumber. Masing-masing suku minum dari 12 sumber mata air yang terpisah (QS. Al-Baqarah/2: 60; QS. Al-A’raf/7: 160).

Baca Juga:  Tafsir Ahkam: Nash al-Qur’an mengenai Kewajiban Tertib dalam Berwudhu

Setelah wafatnya Sulaiman, 12 suku Bani Israel terbelah dua. Sepuluh suku tinggal di Utara di bawah Kerajaan Israel dengan ibu kota Samaria. Dua suku menetap di Selatan di bawah Kerajaan Yehuda/Yudea, dengan ibu kota Yerussalem.

Pada abad ke-8 SM, Kerajaan Israel di Utara diinvasi Bangsa Asyur. Mereka ditumpas. Sebagian besar dibunuh, ada yang ditawan dan dijadikan budak. Sebagian kecil melarikan diri ke Selatan. Setelah itu, 10 suku ini dinyatakan hilang. Bani Israel yang tersisa tinggal di Selatan, di bawah Kerajaan Yehuda/Yudea, dengan dua suku Yehuda dan Benyamin. Keturunan Yehuda, yang berbakat di bidang politik dan pemerintahan, mendominasi kerajaan. Merekalah yang kemudian disebut Yahudi.

Ketika Al-Qur’an menyebut Bani Israel, maksudnya adalah seluruh keturunan Ya’qub dari 12 suku. Ketika Al-Qur’an menggunakan istilah «اليهود» atau «الذين هادوا», maksudnya adalah sisa Bani Israel yang dominan dari keturunan Yehuda. Merekalah yang paling berambisi dalam politik dan pemerintahan. Dapat disimpulkan sementara, setiap Yahudi adalah Bani Israel, tetapi tidak semua Bani Israel adalah Yahudi.

Kesimpulan ini diperkuat dengan ayat:

« ومن قوم موسى أمة يهدون بالحق وبه يعدلون » (الاعراف: ١٥٧)

“Dan di antara kaum Musa terdapat suatu umat yang memberi petunjuk dengan kebenaran dan dengan itu (pula) mereka berlaku adil” (QS. Al-A’raf/7: 159).

Para mufassir menduga-duga siapa mereka. Ibn Jarir al-Thabari (Tafsîr Thabarî/X, h. 501-502) berpendapat, mereka adalah keturunan Ya’qub yang tidak mau terlibat dalam pembunuhan para Nabi. Mereka berdoa: ‘Ya Allah, pisahkanlah kami dan mereka.” Allah kemudian kuakkan bumi. Ketika bumi terbelah, mereka berjalan menyusuri lorong, satu setengah tahun, hingga sampai ke daratan China. Mereka adalah kaum hanif dari Bani Israel. Menukil Ibn Abbas, Thabari menyebut mereka adalah address dari firman Allah:

Baca Juga:  Buah Tin dan Zaitun dalam I’Jaz Lughawi dan Ilmi (Kemu’jizatan al-Qur’an)

« وقلنا من بعده لبني إسرائيل اسكنوا الأرض فإذا جاء وعد الآخرة جئنا بكم لفيفا » (الاسراء : ١٠٤)

“Dan setelah itu Kami berfirman kepada Bani Israel, ‘Tinggallah di negeri ini, maka apabila masa kebangkitan datang, Kami kumpulkan kalian berbaur’.” (Al-Isra’/17: 104).

Senada dengan ini, Qurthubi (Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân/IX h. 358-59) menegaskan keberadaan mereka eksis sampai sekarang. Mereka ada daratan Tiongkok, di belakang sungai Yangzi. Mereka mengimani Muhammad, tetapi terisolasi. Tidak ada dari kita yang sampai ke mereka, tidak ada dari mereka yang sampai ke kita (لا يصل إلينا منهم أحد ، ولا منا إليهم أحد). Artinya keberadaan mereka misterius, sebagaimana hilangnya 10 suku Bani Israel yang gaib sampai sekarang.

Ketika Al-Qur’an turun, Bani Israel yang tersisa adalah keturunan orang Selatan, warga Kerajaan Yehuda/Yudea yang koyak dan ditindas oleh bangsa Babilonia, Yunani, Romawi, dan Romawi Kristen. Merekalah yang kemudian disebut Yahudi. Setelah itu mereka berdiaspora ke berbagai belahan bumi, termasuk Jazirah Arab. Ketika menceritakan kelakuan nenek moyang mereka, Al-Qur’an menggunakan sebutan « يا بني اسرائيل ». Ketika menyebut sisa keturunan mereka yang eksis ketika wahyu turun, Al-Qur’an menyeru mereka « يا ايها الذين هادوا ». Wallahu ta’ala A’lamu bis Shawab.

Apakah Yahudi sekarang, yang tinggal di negara Israel, sebagian jadi zionis, masih bersambung nasab dengan Yahudi ketika wahyu turun? Bagian ini akan diuraikan berikutnya, insyaAllah.

Bersambung… []

M Kholid Syeirazi
Sekretaris Umum PP ISNU (Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama).

    Rekomendasi

    Tips Hidup Bahagia
    Opini

    Tips Hidup Bahagia

    Ada seseorang yang bertanya, “bagaimana agar selalu bahagia tanpa pernah sedih?, Bagaimana agar ...
    Opini

    Indonesia Bersarung

    Adalah sangat keliru apabila ulama dan kaum santri hanya mengandalkan kesalehan personal dengan ...

    Tinggalkan Komentar

    More in Pustaka