Tips Hidup Bahagia

Ada seseorang yang bertanya, “bagaimana agar selalu bahagia tanpa pernah sedih?, Bagaimana agar selalu sukses tanpa gagal?, Bagaimana harapan selalu menjadi kenyataan?”.

Saya mendapatkan pertanyaan seperti ini, seperti mendapatkan sebuah kenyataan dalam hidup, bagaimana seandainya hidup ini kenyang terus?, atau mulut ini tertawa terus? atau hujan terus tanpa henti agar tidak ada sengatan matahari? atau hanya duduk leyeh-leyeh terus kemudian uang datang sendiri dan makanan tersedia! Ah, pasti hidup ini membosankan.

Karena indahnya hidup itu bukan karena kita selalu tertawa, tetapi kita paham kapan kita harus tertawa, kapan harus bersedih, dan kapan harus terharu biru?!. Bukankan melihat orang sedih, kita merasa sedih juga adalah sebuah kebahagiaan.

Bahwa indahnya musim hujan, karena adanya musim panas. Merasakan nikmatnya kenyang, karena pernah merasakan perihnya rasa lapar. Merasakan pahitnya kopi, karena tahu manisnya gula. Menikmati keindahan pagi dengan senyum sinar mentari, karena tahu betapa gelapnya malam membuat seribu sendu.

Allah menciptakan neraka, agar manusia tahu betapa karomah Allah itu sangat luar biasa, demikian kata Ibnu Imad dalam Kasyf al-Asyrar Anma Khafiyah anil Afkar.

Suatu hari saya bertanya pada orang yang mengayuh sepeda (goes), saat itu wajahnya penuh keringat, nafasnya naik-turun, tangannya sepertinya agak gemetar, kadang terhuyung-huyung, “Bapak kan punya sepeda motor, mengapa capek-capek goes” saya bertanya pada si pengayuh sepeda ini. Apa jawabnya, “Ini yang saya cari pak, bisa berkeringat, capek, dan agar tahu banyak medan”.

Sepertinya aneh, kok susah-sudah ngayuh sepeda angin, wong ia bisa menggunakan sepeda motornya. Ternyata, tidak semua nyaman itu nikmat, ada yang ingin capek agar menemukan keindahan. Inilah kenyataan hidup, tidak semua terang itu diharapkan, terkadang gelap gulita paling dirindukan.

Baca Juga:  Belok Kanan Bahagia

Bagaimana agar selalu bahagia?!. Ini sebuah pertanyaan yang bisa dijawab oleh setiap manusia, dan juga bisa dilakukan oleh orang yang pernah bahagia dan sedih. Karena hidup di dunia itu, pasti merasakan keduanya, bahagia dan sedih. Inilah kefanaan dunia. Ia selalu silih berganti. Kebahagiaan yang abadi adalah di surgaNya. Tetapi, ada beberapa tips dari ulama yang diambil dari sabda Nabi, agar hati selalu merasa bahagia, yaitu bersabar ketika mendapat musibah, dan bersyukur ketika mendapatkan kebahagiaan. Bila dua hal ini ada pada diri seseorang, maka akan stabil dalam berbagai kondisi. Bukankah hidup itu hanya dua, kalau tidak bahagia, maka ia sedih.

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)

Ada pula tips dari Ali An-Thatawi, dalam Adz-Dzikriyat, juz 6 hal 214

” إن أقرب طريق إلى سعادة القلب أن تدخل السعادة على قلوب الناس، وإن أكبر لذات الدنيا هي لذة الإحسان؛ لا أقصد الريال الذي تلقونه للسائل، ترمونه إليه و أيديكم عالية ووجوهكم مُقطّبة ولسان حالكم يقول : انظر هوانك وعِزَّنا وفقرك وغنانا، بل إن الإحسان أن تُعطوا من قلوبكم لا من أيديكم وحدها، فيكون المال في اليد والبسمة في الشفاه “.

Cara yang paling mudah agar mendapatkan kebahagiaan hati adalah engkau membahagiakan hati orang lain (manusia), dan paling nikmat dan lezatnya dunia apabila kau berbuat baik.

Baca Juga:  Belajar Bahagia dari Generasi Sahabat

Agar selalu bahagia; bergantung padaNya, tidak bergantung pada dunia yang fana, ia akan selalu berubah dan berganti.

Allahualam Bishawab. []

Halimi Zuhdy
Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, dan Pengasuh Pondok Literasi PP. Darun Nun Malang, Jawa Timur.

Rekomendasi

menjadi guru
Hikmah

Menjadi Guru

Beberapa hari yang lalu saya menghadiri undangan dari madrasah formal Al munawaroh, yang ...

Tinggalkan Komentar

More in Opini