Syair

Seperti Lagu, Badai Pasti Berlalu

Tulisan ini diawali dengan sebuah kisah seorang Anak mengemudikan mobilnya bersama ibunya.

Setelah beberapa puluh kilometer, Tiba-tiba awan hitam datang bersama angin kencng. Langit menjadi gelap. Beberapa kendaraan mulai menepi dan berhenti.

“Bagaimana, Bu? Kita berhenti?”, Si Anak bertanya.

“Teruslah.. !”, kata Ibu.

Anaknya TETAP menjalankan mobil. Langit makin gelap, angin bertiup kencang. Hujan pun turun.

Beberapa pohon tumbang, Bahkan ada yang diterbangkan angin. Suasana sangat mencekam. Terlihat kendaraan-kendaraan besar juga mulai menepi dan berhenti. Angin badai memporak-porandakan apa yang ditemuinya.

“Bu….?” (anak sangat ketakutan)

“TERUSLAH mengemudi..!!” kata Ibu, sambil terus melihat ke depan.

Anaknya TETAP mengemudi dengan bersusah payah.

Hujan lebat menghalangi pandangan HANYA berjarak bebarapa meter saja.

Si Anak mulai takut.
Namun… tetap mengemudi WALAUPUN sangat perlahan.

Setelah melewati beberapa kilo ke depan, dirasakan hujan mulai mereda dan angin mulai berkurang.

SETELAH beberapa kilometer, SAMPAILAH mereka pada daerah yg kering dan matahari bersinar.

“Silahkan berhenti dan keluarlah”, kata Ibu
“Kenapa sekarang ?”, tanya sang anak.
“Agar kau BISA MELIHAT seandainya berhenti di tengah badai”.

Akhirnya Sang Anak berhenti dan keluar. Dia melihat jauh di belakang sana badai masih berlangsung. Dia MEMBAYANGKAN orang-orang yang terjebak di sana.

Dia BARU mengerti bahwa JANGAN PERNAH BERHENTI di tengah badai karena akan terjebak dalam ketidak pastian.

JIKA kita sedang menghadapi “BADAI” kehidupan, TERUSLAH berjalan, JANGAN berhenti dan putus asa karena kita akan tenggelam dalam keadaan yang terus menakutkan. Terus LAKUKAN saja apa yang dapat kita lakukan dan yakinkan diri bahwa BADAI PASTI BERLALU.

KITA tidak kan pernah berhenti, tetapi maju terus karena kita yakin bahwa di depan sana Kepastian dan Kesuksesan ada untuk kita.

HIDUP tak selamanya BERJALAN MULUS!!!

Baca Juga:  Menumbuhkan Tradisi Literasi Santri di Era Digital

BUTUH batu kerikil supaya kita BERHATI-HATI.

BUTUH semak berduri supaya kita WASPADA.

BUTUH Pesimpangan supaya kita BIJAKSANA dalam MEMILIH.

BUTUH Petunjuk jalan supaya kita punya HARAPAN tentang arah masa depan.

HIDUP BUTUH masalah supaya kita tahu kita punya KEKUATAN.

BUTUH Pengorbanan supaya kita tahu cara KERJA KERAS.

BUTUH air mata supaya kita tahu MERENDAHKAN HATI.

BUTUH dicela supaya kita tahu bagaimana cara MENGHARGAI.

BUTUH tertawa dan senyum supaya kita tahu MENGUCAPKAN SYUKUR.

BUTUH Orang lain supaya kita tahu kita TAK SENDIRI.

Hal tersebut senada dengan Dawuh guru saya Alm. KH. Imam Hasan Kauman Bondowoso “Derita membuat kita berfikir, Berfikir membuat kita Bijak, dengan Bijak Hidup kan lebih bermakna”

selesaikan MASALAH dan jangan dengan mengeluh, berkeluh kesah, dan marah”, Selesaikan saja dengan sabar, bersyukur dan jangan lupa TERSENYUM.

Teruslah MELANGKAH walau mendapat RINTANGAN, Jangan takut.
Saat tidak ada lagi tembok untuk bersandar, masih ada lantai untuk bersujud.
Bukankah sebuah pohon akan teruji kekuatannya saat angin badai datang menerjangnya

Perbuatan baik yang paling sempurna adalah perbuatan baik yang tidak terlihat. Namun, dapat dirasakan hingga jauh ke dalam relung hati.

Saat kita memohon Kekuatan kepada Allah, Dia tidak memasang Energi dalam tubuh kita, Tapi Allah memberi kesempatan untuk berproses melalui ujian.

Saat kita memohon kesabaran Allah tidak menginstall “Chip” kesabaran dalam diri kita, tetapi Allah kesempatan dengan menghadirkan ujian agar kita berproses di dalamnya.

Saat kita memohon pengetahuan Allah tidak menginstall pengetahuan dalam Otak kita, tetapi Allah berikan kesempatan melalui pembelajaran dan pengalaman hidup.

Jangan menghitung apa yang hilang, namun hitunglah apa yang tersisa.

Sekecil apapun penghasilan kita, pasti akan cukup bila digunakan untuk Kebutuhan Hidup.
Sebesar apapun penghasilan kita, pasti akan kurang bila digunakan untuk Gaya Hidup.

Tidak selamanya kata-kata yang indah itu benar, juga tidak selamanya kata-kata yang menyakitkan itu salah. Allah sudah mendesain yang terbaik untuk kita, bukankah obat atau jamu rasanya pahit tetapi manfaatnnya dan hikmahnya besar untuk kesehatan kita.

Baca Juga:  Urgensi Santri Menggenggam Dunia Literasi

Bukankah pedang kan terukur kekuatannya saat digunakan. demikian kesabaran kita kan ditemukan saat digunakan menghadapi badai kehidupan, Pilar rumah kan diketahui kekuataannya saat beban dipasang di atasnya.

Namun, Segala persoalan hidup hakikatnya bukan untuk menguji kekuatan kita, tetapi untuk menguji seberapa besar “KESUNGGUHAN”  kita dalam meminta pertolongan Allah

Hidup ini terlalu singkat, lepaskan mereka yang menyakitimu, sayangi mereka yang peduli padamu.

TETAP BERJUANG SAUDARA SEPERJUANGAN..
BADAI PASTI BERLALU..
HABIS GELAP TERBITLAH TERANG…

Suheri
Alumni Pesantren Kauman Alhasani, Al lathifi Bondowoso, dan Dosen STAI At Taqwa Bondowoso, Jatim.

    Rekomendasi

    10 Comments

      1. Aamiin… Terimakasih tulisan kerennya Yai.

    1. Dalam kata kencang pada bait ke 2 baris ke 3 ada yang kurang hurufnya

    2. Bijaksana tak harus utuh tetapi bijaksana perlu tangguh😄😄😄
      Slalu berkarya ustad

      1. Yuk, ikut berkarya…

    3. Merinding membacanya, semua diciptakan ada hilkmahnya bagi orang-orang yang mau merenung.
      terimakasih ustad, membantu untuk belajar bijaksana.

      1. Tetap semangat dan usaha yang terbaik.

    4. Terima kasih semoga bisa menggugah kesadaran kita…

    5. Terima kasih ustad sdah berbagi ilmu nya

    Tinggalkan Komentar

    More in Syair