Kepadatan penduduk di Indonesia masih menjadi sebuah problematika serius bagi bangsa Indonesia. Pembukaan lahan baru, penggundulan hutan serta berbagai masalah sosial kerap timbul akibat jumlah populasi penduduk Indonesia yang tak terkendali.
Disisi lain, menyongsong bonus demografi pada tahun 2030-2040 dengan perencanaan pendidikan yang matang bagi generasi muda adalah sebuah keniscayaan. Akan tetapi, bagaimana nasib pemuda bangsa ketika para founder pemuda hijrah mengajak mereka untuk menikah muda?
Padahal bangsa ini berharap mereka menjadi tonggak esftafet dalam menciptakan bangsa yang berpendidikan tinggi. Tak jarang dari mereka meninggalkan bangku pendidikan karena tergiur menikah muda yang digambarkan penuh dengan kenikmatan dan suka cita.
Para founder pemuda hijrah berdalih dengan sebuah Hadits yang dicatat oleh Syekh Abdurrazaq dalam kitab al-Mushannaf dan al-Baihaqi dalam kitab Ma’rifat as-Sunan wal Atsar
عن سعيد بن أبي هلال أن النبي صلى الله عليه و سلم قال تناكحوا تكثروا فإني أباهي بكم الأمم يوم القيامة
Diriwayatkan dari Sa’id bin Abi Hilal, sesungguhnya Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda “Menikahlah perbanyaklah keturunan, sesungguhnya aku membanggakan kalian semua diantara banyak umat di hari Kiamat”.
Mereka juga mengutip sebuah Hadits yang dicatat oleh Abu Dawud dalam kitab Sunan Abu Dawud, an-Nasa’I dalam kitab sunan an-Nasa’I dan sunan al-Kubra dan masih banyak lagi diriwayatkan oleh ulama ahli Hadits
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم تَزَوَّجُوا الْوَدُودَ الْوَلُودَ فَإِنِّى مُكَاثِرٌ بِكُمُ الأُمَمَ
Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda “Menikahlah dengan perempuan yang sangat penyayang dan muda beranak banyak karena aku akan membanggakan banyaknya jumlah kalian dihadapan banyak umat.
Dalam memaknai dua Hadits diatas kita harus menyikapinya secara utuh dengan Hadits-hadits yang lain. Sehingga kita mengetahui makna yang dikehendaki oleh Rasulullah Saw.
Memang, Rasulullah menganjurkan umat Islam untuk menikah dan memperbanyak keturunan akan tetapi menikah bukanlah sebuah ibadah yang dilaksanakan dalam hitungan hari maupun bulan. Menikah adalah sebuah ibadah yang sangat panjang masanya.
Dimulai sejak seseorang telah menyatakan “Qabiltu Nikahaha” hingga berakhir ketika menutup mata untuk selama-lamanya. Tentu, untuk mengarungi samudera kehidupan dalam kokohnya bahtera rumah tangga membutuhkan kesiapan baik secara harta, jiwa maupun raga yang serius. Sebagaimana dalam Hadits
قال النبي صلى الله عليه و سلم يا معشر الشباب من استطاع منكم الباءة فليتزوج ومن لم يستطع فعليه بالصوم فإنه له وجاء
Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda “Wahai para pemuda, barang siapa diantara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barang siapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa; karena puasa dapt menekan syahwatnya sebagai sebuah tameng (HR. Bukhari).
Dalam Hadits ini, seruan menikah tidaklah untuk seluruh umat Islam melainkan kepada orang-orang yang mampu melakukannya. Menurut an-Nawawi sebagaimana yang dikutip oleh imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitab Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, lafadz al-baah (الباءة) yang bermakna bekal pernikahan.
Walhasil, pernikahan yang diserukan oleh Rasulullah terkhusus kepada seseorang yang telah memiliki bekal cukup untuk menuju jenjang pernikahan. Kemudian dalam sebuah Hadits disebutkan
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : يوشك ان تداعى عليكم الأمم من كل أفق كما تداعى الآكلة على قصعتها قلنا يا رسول الله أمن قلة بنا يومئذ قال أنتم يومئذ كثير ولكن تكونون غثاء كغثاء السيل ينتزع المهابة من قلوب عدوكم ويجعل في قلوبكم الوهن قلنا وما الوهن قال حب الحياة وكراهية الموت.
Rasulullah Saw bersabda “Umat-umat hampir saja mengerumuni kalian sebagaimana orang-orang yang kelaparan mengerumuni sebuah hidangan”.
Kemudian kami berkata “ Ya Rasulullah, apakah saat itu kami berjumlah sedikit? Rasulullah menjawab “Justru kalian ketika itu berjumlah banyak. Akan tetapi keadaan kalian seperti buih di tengah lautan. Allah mencabut kewibawaan kalian dari hati musuh kalian dan menjadikan di dalam hati kalian Wahn. Kami berkata “Apakah yang disebut dengan Wahn?. Rasulullah bersabda “Wahn adalah cinta dunia dan takut mati”(HR. Ahmad).
Hadits ini menunjukkan keadaan yang ditakutkan oleh Baginda Nabi adalah keadaan umat yang besar secara jumlah akan tetapi lemah secara kualitas. Kuantitas yang banyak justru tercerai-berai tanpa adanya persatuan.
Selain itu, jumlah banyak justru tergerogoti oleh cinta dunia yang berlebihan. Dalam konteks zaman kita korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) adalah bentuk dari cinta dunia yang justru memperburuk citra umat Islam di kancah dunia.
Walhasil, generasi Islam tidak hanya diharapkan besar secara kuantitas sebagaimana Hadits yang pertama kita bahas akan tetapi juga berkualitas sehingga mampu benar-benar dibanggakan oleh Rasulullah Saw.
Justru dalam konteks zaman sekarang, menunda pernikahan di usia dini agar siap secara mental dan material adalah sebuah solusi untuk menciptakan tatanan masyarakat yang kuat.
Sebaliknya, gerakan menikah dini tanpa adanya kesiapan secara mental justru berpotensi menambah angka perceraian dan kerusakan tatanan masyarakat. Coba kita bayangkan, sudah berapa banyak perempuan yang berjuang sendiri menafkahi anak-anaknya sebab perceraian yang menyakitkan?
Begitu juga, berapa banyak yang bercerai akibat masalah ekonomi yang melilit keluarga yang menikah dini? Kondisi ekonomi rendah ini disebabkan pendidikan rendah. Tentunya, pendidikan rendah cenderung lebih sulit untuk meraih pekerjaan yang layak. Dan pada akhirnya menjadi sebab perceraian dini. Sebagaimana dalam sebuah Hadits disebutkan
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم المؤمن القوي خير وأحب إلى الله من المؤمن الضعيف.
Rasulullah Saw bersabda “Seorang beriman yang kuat lebih disukai Allah daripda seorang beriman yang lemah”HR. Muslim.
Imam al-Qurthubi sebagaimana yang dikutip oleh Ibnu Allan dalam kitab Dalil al-Falihin menyebutkan bahwa “kua”” dalam Hadits ini adalah kuat secara dzohir dan bathin baik dalam beribadah, berbuat baik, memerintahkan kebaikan serta mencegah kemunkaran.
Walhasil, semoga hal ini menjadi bahan renungan kita untuk menyongsong bonus Demografi 2030-2040 dengan lebih bijak khususnya dalam menyiapkan generasi muda yang tidak hanya besar secara kuantitas tetapi juga unggul secara kualitas.
[…] akan memasuki bonus demografi (2020-2035), dengan adanya generasi bangsa usia produktif yang sangat besar. Bonus demografi […]